BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang Perkembangan moral anak usia pra sekolah berada pada tingkat paling dasar, yaitu kurang memperdulikan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Mereka berperilaku sesuai dengan kebiasaan atau keinginannya saja. Berkaitan dengan bentuk hukuman dan kepatuhan, anak menilai suatu tindakan baik atau buruk bergantung pada apakah hasil yang dia rasakan yaitu berupa hukuman atau penghargaan. Apabila anak dihukum, maka tindakan tersebut berarti buruk atau salah, dan apabila anak tidak dihukum tindakan tersebut dianggap baik tanpa memperhitungkan makna tindakan tersebut. Bentuk-bentuk hukuman atau penghargaan dari orang tua tersebut sebenarnya dilakukan sebagai upaya untuk menerapkan kedisiplinan pada anak (Wong, 2009). Disiplin bukan hanya perkara tepat waktu namun juga pembentukan kepribadian anak. Perlu ketegasan dari orang tua untuk mengajari anak disiplin. Orang tua sendiri dapat mengajari anak disiplin jika dirinya juga mampu memberi contoh. Orang tua harus bisa mengontrol anaknya sendiri. Mengontrol bukan berarti membatasi kreativitas anak atau memaksanya melakukan segala sesuatu yang diinginkan orang tua, melainkan membangun perilaku anak agar tetap berada di jalur yang benar. Sehingga ketika anak dewasa, pribadi mandiri dan disiplin tertanam. Masalah penanaman kedisiplinan pada anak, perlu ketegasan dari orang tua, namun ketegasan dalam hal ini lebih pada bagaimana orang tua dapat memberikan contoh terlebih dahulu berperilaku seperti yang diharapkan orang tua kepada anak pra sekolah. Orang tua dapat mengajarkan kepada anak bagaimana langkah-langkah yang diperlukan agar tujuan orang tua tercapai. Misalnya, saat membersihkan kamar, orang tua menunjukkan langkah atau cara untuk merapikan kamar dan mendampingi anak pra sekolah hingga dapat melakukannya sendiri. Penerapan rasa disiplin seperti ini merupakan bentuk 1
2 dari rasa kesadaran pada diri anak dan bukan karena rasa takut atau paksaan dari orang tua. Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat dinyatakan bahwa disiplin dapat tumbuh dan dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan yang harus dimulai sejak dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang sehingga menjadi disiplin yang semakin kuat. Proses membina disiplin pada anak ini tentunya memerlukan dukungan dan peran dari orang tua untuk membantu menanamkan disiplin pada anak. Peran orang tua ini dapat berupa pola pengasuhan yang diberikan kepada anaknya. Proses pengasuhan anak bagi orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002). Menurut Clemes (2001) bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal. Upaya menyamakan visi antara orang tua dan anak dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Proses jalinan komunikasi ini merupakan bagian dari pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara pada waktu kecil diajarkan makan, diajarkan kebersihan, disiplin, diajarkan main dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1997). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2010) yang menunjukkan bahwa perhatian orang tua memberikan pengaruh yang positif terhadap terbentuknya
3 kedisiplinan anak dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut maka orang tua menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan kedisiplinan pada anak, bagaimana orang tua memberikan perhatian sama dengan bagaimana orang tua memberikan pola pengasuhan yang tepat. Berdasarkan studi pendahuluan kepada anak usia pra sekolah di PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal sebanyak 40 anak yang dilihat dari Buku Perkembangan Individu tentang indikator-indikator kedisiplinan yang terdiri dari kedisiplinan mengerjakan tugas, mengucap salam ketika masuk kelas, ketertiban berbaris sebelum masuk ruang kelas dan absensi harian selama 3 bulan terakhir di dapatkan hasil bahwa sebanyak 23 (57,5%) anak tidak memiliki kedisiplinan yang baik saat di sekolah. Sedangkan kurangnya kedisiplinan anak saat di rumah terutama ketika di rumah anak memiliki kebiasaan bermain hingga lupa waktu, misalnya ketika sore hari sudah waktunya untuk mandi anak tetap bermain dan ketika disuruh mandi biasanya membangkang. Anak biasanya mulai patuh ketika orang tua sudah marah dengan mengeluarkan nada yang keras atau membentak. Kejadian tersebut di atas menunjukkan bahwa pembentukan kedisiplinan pada anak didasarkan pada rasa takut anak kepada orang tua dan bukan karena rasa kesadaran pada diri anak untuk menerapkan perilaku disiplin. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menerapkan disiplin pada anak orang tua memiliki kecenderungan dengan melakukan cara-cara otoriter dan bukan berdasarkan rasa kedekatan dengan memberikan nasehat dan menanamkan kedisiplinan berdasarkan kesadaran dalam diri anak. Model kedisiplinan semacam ini hanya digunakan anak untuk membuat orang tua senang atau setidaknya dirinya tidak mendapatkan hukuman dari orang tua. Hal yang dikhawatirkan adalah kepribadian ini terbawa hingga dewasa sehingga tidak ada rasa kedisiplinan yang timbul dalam diri sendiri. B. Perumusan masalah PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal memiliki siswa sebanyak 40 anak dengan 5 orang guru pengajar. Siswa-siswa dalam PAUD ini diajarkan
4 tentang kedisiplinan, namun demikian pengajaran kedisiplinan pada anak tidak dapat semata-mata diserahkan kepada para pengajar PAUD saja. Perilaku kedisiplinan anak ini tidak hanya ditunjukkan ketika di sekolah namun juga di rumah. Bentuk kurangnya kedisiplinan anak saat di rumah terutama ketika di rumah anak memiliki kebiasaan bermain hingga lupa waktu, misalnya ketika sore hari sudah waktunya untuk mandi anak tetap bermain dan ketika disuruh mandi biasanya membangkang. Kedisiplinan pada anak usia pra sekolah ini sebenarnya sangat tergantung pada cara orang tua memberikan dan menerapkan pola pengasuhan yang tepat kepada anak. Orang tua yang mampu memberi contoh yang baik akan cenderung diikuti oleh anak. Pemberian contoh atau tauladan ini berkaitan dengan bentuk pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Berdasarkan fenomena tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan pola asuh orang tua dengan kedisiplinan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kedisiplinan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal. 2. Tujuan khusus a. Teridentifikasinya karakeristik anak di PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal. b. Teridentifikasinya pola asuh orang tua siswa PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal. c. Teridentifikasinya kedisiplinan anak PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal. d. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan kedisiplinan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal.
5 e. Menganalisis hubungan pendidikan orang tua dengan pola asuh orang tua terhadap anak di sekolah PAUD Annida Kersan Pegandon Kendal. D. Manfaat penelitian 1. Orang tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi ibu dalam menerapkan pola asuh yang benar dalam mendidik anak usia pra sekolah agar mampu menerapkan kedisiplinan berdasarkan kesadaran pribadi anak. 2. Institusi pendidikan PAUD Institusi pendidikan PAUD dapat memahami proses pembentukan kedisiplinan pada anak 3. Profesi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak yang berfokus pada keluarga (family centered care) terutama stimulasi perkembangan personal sosial anak. 4. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya tentang hubungan pola asuh dan kedisiplinan pada anak serta variable-variabel lain yang berkaitan dengan kedisiplinan anak. E. Bidang ilmu Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang ilmu keperawatan anak. F. Orisinalitas penelitian Orisinalitas ini berisi tentang hasil-hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya dengan tujuan dijadikan acuan sekaligus pembanding dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
6 Tabel 1.1 Orisinalitas penelitian Nama Peneliti Judul Desain Hasil Fauzan (2010) Peran orang tua terhadap perkembangan disiplin pada anak Survei analitik Perhatian orang tua memberikan pengaruh yang positif terhadap terbentuknya kedisiplinan anak Indah Lestari (2011) Hubungan pola asuh orang tua dengan kedisiplinan anak di sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 24 Malang Deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional dalam belajar Hasil penelitian dinyatakan tidak ada hubungan antara pola asuh dengan kedisiplinan anak di rumah Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu peran orang tua. Peran orang tua dalam hal ini lebih ditekankan pada bagaimana orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak. Sementara bentuk pola asuh dalam penelitian ini adalah penerapan pola asuh yang diberikan kepada anak. Perbedaan pada penelitian kedua adalah terletak pada kedisiplinan yang dalam penelitian ini diukur berdasarkan kedisiplinan di rumah dan sekolah sedangkan penelitian Indah Lestari hanya kedisiplinan di rumah, perbedaan lain terletak pada alat analisis yang digunakan dimana dalam penelitian ini digunakan Chi square sementara penelitian Indah Lestari menggunakan korelasi Rank Spearman.