Manfaat Ice Compress Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) pada Otot Gastrocnemius

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RESPON HUNTING PADA TERAPI DINGIN PADA PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA. Oleh: Novita Intan Arovah Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi

TERAPI DINGIN (COLD THERAPY) DALAM PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA. Oleh : Novita Intan Arovah Dosen Jurusan Pendidikan dan Rekreasi FIK UNY

PENGARUH LATIHAN FOAM ROLLER

PENGARUH MASSAGE TERHADAP PENURUNAN DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS SHOULDER PADA OLAHRAGA BADMINTON

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA MASSAGE

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

PENGARUH PENAMBAHAN CONTRAST BATH PADA COOLLING DOWN TERHADAP PEMULIHAN KELINCAHAN ATLET SETELAH LATIHAN ZIG ZAG RUN

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

PADA TERAPI DINGIN PADA PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH STRETCHING DAN STRENGTHENING CORE MUSCLE TERHADAP PENURUNAN DYSMENORRHEA PRIMER

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

Pengaruh Kompres Dingin Kirbat Es terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid Arthritis

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

APLIKASI ICE MASSAGE SESUDAH PELATIHAN LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI TERJADINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. dimana telah diterangkan dalam Al-Quran yang artinya Dan sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

Pengantar Cedera Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

MUSCLE SOARNESS & MUSCLE CRAMPS

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

KEEFEKTIFAN KOMBINASI TERAPI PANAS DAN DINGIN DENGAN TERAPI PANAS, TERAPI DINGIN TERHADAP CEDERA OTOT HAMSTRING

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

PENGARUH PEMBERIAN ISCHEMIC COMPRESSION DAN STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI SINDROMA MIOFASIAL UPPER TRAPEZIUS PADA PENJAHIT WANITA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan rutin, hal tersebut menjadi suatu hal yang alamiah untuk memenuhi

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR ANGKET. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan guru pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

PENGARUH PEMBERIAN BACK EXERCISE DAN SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID PRIMER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

Abstrak. Kata kunci : Cedera perenang, rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di dunia. Daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah pribadi pasien.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keluhan dan gangguan. Hal ini terjadi karena kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN

OPINI PENYEBAB DAN PENANGANAN TERAPI MASASE PADA PASIEN CEDERA OTOT TUMIT DI PHYSICAL THERAPY CLINIC

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seseorang dituntut untuk selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah fisiologi khususnya fisiologi otot.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH PROPRIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION

PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN STEPPING STRATEGY TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

PENGURANGAN NYERI MENGGUNAKAN LATIHAN OTOT QUADRICEPS DAN TENS DENGAN LATIHAN OTOT QUADRICEPS DAN FISIOTAPING PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

Transkripsi:

Manfaat Ice Compress Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) pada Otot Gastrocnemius Dita Mirawati 1, Ari Sapti Mei Leni 2 1,2 Program Studi Fisioterapi STIKES Aisyiyah Surakarta ditamirawati20@gmail.com, hanifah_azzahra45@yahoo.co.id Keyword: Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS); Ice compress Abstrak Pendahuluan: Banyak remaja saat ini cenderung menjadi hipokinetik yang akan cepat mengalami kelelahan setelah melakukan aktivitas fisik karena kondisi kebugaran fisiknya yang kurang prima, hal ini akan mudah menyebabkan terjadinya gejala Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). Ada berbagai macam modalitas fisioterapi, salah satunya berupa terapi dingin yang digunakan untuk mencegah dan menurunkan nyeri akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh ice compress terhadap penurunan nyeri akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi eksperimental, dengan rancangan penelitian two groups posttest only with control design. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling dan didapatkan 32 responden penelitian yang sesuai kriteria inklusi dari total populasi 127 orang. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisioterapi STIKES Aisyiyah Surakarta pada tanggal 23-26 Mei 2017. Hasil: uji analisis post hoc menggunakan uji mann-whitney antara kelompok ice compress dengan kelompok kontrol diperoleh p=0,000 talag scale 24 jam, p=0,000 talag scale 48 jam, dan p=0,000 talag scale 72 jam dengan keseluruhan nilai p<0,05 yang berarti ice compress berpengaruh terhadap penurunan nyeri akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). Kesimpulan: Ice compress dapat menurunkan nyeri akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) berdasarkan nilai talag scale 24, 48, dan 72 jam. 1. PENDAHULUAN Kemajuan dan perkembangan teknologi yang semakin beragam dan inovatif telah merubah kehidupan remaja pada saat ini khususnya di perkotaan. Dampak positif dari kemajuan di bidang teknologi, salah satunya masyarakat akan dengan mudah mencari informasi terbaru dan dapat berkomunikasi tanpa batas ke seluruh belahan dunia. Namun dengan kemajuan teknologi tersebut akan membawa dampak negatif, salah satunya remaja akan semakin malas beraktivitas fisik karena waktunya akan dihabiskan di depan laptop dan handphone mereka sehingga cenderung menjadi hipokinetik yang akan cepat mengalami kelelahan setelah melakukan aktivitas fisik karena kondisi kebugaran fisiknya yang kurang prima yang sering disebut dengan Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). DOMS dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri yang kadang kita tidak mengetahui penyebab nyeri tersebut dapat timbul. Beberapa teori yang sudah dikemukakan penyebab terjadinya muscle soreness disebabkan oleh microtrauma yang terjadi pada serabut kecil muscle fiber. Muscle soreness dapat terjadi pada fase akut di mana pada fase akut ini terjadi muscle soreness yang berlangsung selama ataupun setelah melakukan aktivitas fisik yang berat dalam jangka waktu yang cepat yang disebut acute muscle soreness, kemudian 839

muscle soreness yang dapat terjadi dan dirasakan setelah 24 jam sampai 72 jam setelah melakukan aktivitas fisik (Sellwood et al, 2007). Menurut Veqar Z (2013), dalam penelitiannya Causes and Management of Delayed Onset Muscle Soreness disebutkan bahwa aplikasi terapi dingin (cold therapy) bermanfaat untuk mengurangi gejala DOMS. Terapi dingin yang banyak digunakan berupa ice massage, ice packs atau kompres es, cold bath/water immersion dan vapocoolant sprays. Kompres es merupakan bagian dari penatalaksanaan cedera olahraga yang terutama dilakukan pada fase akut cedera, dengan efek mengurangi proses pembengkakan, mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot dan resiko kematian sel (Arovah, 2016). Menurut Krityakiarana et al (2014), dalam penelitiannya Effect of Ice Bag, Dinamic Stretching, and Combined Treatments on the Prevention and Treatment of Delayed Onset Muscle Soreness disimpulkan bahwa kombinasi antara semua treatment tidak terlalu berpengaruh, ice bag atau dynamic stretching merupakan pilihan terbaik untuk menangani gejala DOMS. Berdasarkan survei pendahuluan wawancara dengan 6 Mahasiswi Fisioterapi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta didapatkan hasil bahwa 5 dari 6 orang tersebut jarang melakukan olahraga dikarenakan jadwal kuliah yang padat dan malas, sedangkan 1 orang lainnya rajin olahraga renang. 5 orang yang jarang berolahraga ketika setelah melakukan aktivitas berat/olahraga sering merasakan DOMS (pegal dan nyeri) pada betis, paha, dan bahu. Dari survei pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa Mahasiswi Fisioterapi mudah mengalami DOMS setelah melakukan aktivitas yang lebih berat dari aktivitas sehari-hari karena DOMS mudah muncul pada seseorang yang jarang melakukan aktivitas berat/olahraga. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penting untuk dilakukan penelitian lebih mengenai Pengaruh Ice Compress terhadap penurunan nyeri akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) pada otot Gastrocnemius Mahasiswi Fisioterapi STIKES Aisyiyah Surakarta 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi eksperimental, dengan rancangan penelitian two groups posttest only with control design. Lokasi penelitian ini adalah di Laboratorium STIKES Aisyiyah Surakarta. Populasi yang digunakan adalah mahasiswi fisioterapi STIKES Aisyiyah Surakarta dengan jumlah 127 mahasiswi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling dan didapatkan 32 responden penelitian. Instrumen yang digunakan untuk perlakuan yaitu stool, stopwatch, es batu, dan handuk. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur nyeri yaitu menggunakan Talag Scale. Talag scale diukur dengan kriteria: 1 : tidak nyeri 2 : nyeri samar 3 : sedikit nyeri 4 : nyeri sedang 5 : nyeri 6 : sangat nyeri 7 : nyeri tak tertahankan Responden diberikan latihan step test untuk menimbulkan efek terjadinya DOMS, yaitu dengan naik turun box dengan tinggi 30-45 cm dan lebar 2,5 m. Responden mengulang naik turun box selama 5 menit dan istirahat selama 3 menit dan kemudian mengulang naik turun box 5 menit. Intensitas latihan yaitu 20 kali setiap menit. Responden naik box dengan menggunakan kaki kanan dengan tumpuan setengah plantar dan turun dengan menggunakan kaki kiri terlebih dahulu yang dilakukan selama 15 menit. Kemudian diberikan ice compress selama 20 menit langsung setelah latihan. Setelah 24, 48 dan 72 jam dari latihan kemudian dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Talag scale untuk menentukan derajat nyeri. 840

Gambar 1. Latihan Step Test 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan usia dijelaskan dalam tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Usia Responden Usia Ice Compress Kontrol (tahun) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 18 5 31,2% 6 37,5% 19 4 25% 4 25% 20 4 25% 3 18,8% 21 3 18,8% 3 18,8% Jumlah 16 100% 16 100% Berdasarkan tabel 1. usia mahasiswi yang dijadikan responden adalah 18-21 tahun. Hasil penelitian yang sudah dilakukan, usia responden terendah adalah 18 tahun, usia responden tertinggi adalah 21 tahun, dan usia responden terbanyak pada usia 18 tahun. Hasil di atas sesuai dengan teori dari Hariyanto (2010), yang menyatakan bahwa usia remaja akhir berkisar antara 18-21 tahun. Menurut penelitian Nuraliyah et al (2014), menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa hanya melakukan aktivitas fisik ringan dan jarang melakukan olahraga rutin (kurang dari 3 kali dalam seminggu). 3.2. Skala Nyeri DOMS jam ke-24, 48, dan 72 Skala nyeri DOMS mahasiswi DIV Fisioterapi STIKES Aisyiyah Surakarta pada jam ke-24, 42, dan 72 setelah melakukan latihan pada kelompok perlakuan ice compress, dan kelompok kontrol pada tabel 2. sebagai berikut: 841

Tabel 2. Nyeri DOMS Jam ke-24, 48, dan 72 Setelah Latihan Waktu Jam ke-24 Jam ke-48 Jam ke-72 Skala Nyeri Ice Compress Kontrol Ice Compress Kontrol Ice Compress Kontrol F (%) F (%) F (%) F (%) F (%) F (%) 2 2 12,5% 0 0% 0 0% 0 0% 7 43,3% 0 0% 3 11 68,8% 1 6,2% 0 0% 0 0% 7 43,3% 0 0% 4 1 6,2% 5 31,2% 3 18,8% 0 0% 2 12,5% 2 12,5% 5 2 12,5% 9 56,2% 9 56,2% 2 12,5% 0 0% 8 50% 6 0 0% 1 6,2% 4 25% 10 62,5% 0 0% 6 37,5% 7 0 0% 0 0% 0 0% 4 25% 0 0% 0 0% Jumlah 16 100% 16 100% 16 100% 16 100% 16 100% 16 100% Karakteristik nyeri yang dirasakan responden pada kelompok perlakuan ice compress dan kelompok kontrol pada jam ke-24 jam setelah latihan memiliki rerata 3,90., pada jam ke-48 setelah latihan memiliki rerata 5,59., sedangkan pada jam ke-72 setelah latihan memiliki rerata 3,96 yang mana berarti bahwa nyeri DOMS yang dirasakan oleh responden mencapai puncak pada jam ke 48 setelah latihan dan menurun setelah 72 jam. Hal tersebut sesuai dengan teori inflamasi akut pada penelitian Veqar (2013), yang menyatakan bahwa nyeri merupakan salah satu gejala utama yang berkaitan dengan cedera jaringan dan inflamasi. Nyeri DOMS tidak timbul karena adanya gangguan persendian namun timbul stelah melakukan latihan. Seseorang akan mulai mengalami DOMS antara 24-48 jam setelah latihan dengan puncak nyeri yang terjadi selama 24-48 jam setelah latihan. Respon jaringan setelah melakukan latihan eksentrik yaitu makrofag akan bertambah banyak dan mencapai puncaknya pada 24-48 jam setelah latihan. Respon jaringan setelah melakukan latihan eksentrik adalah produksi makrofag yang meningkat pada jam ke 24-48 jam setelah latihan, di mana rasa nyeri DOMS yang timbul berkaitan dengan sintesis PGE2 oleh makrofag. Gerakan yang dilakukan pada keadaan otot tidak siap dapat mengakibatkan ketegangan berlebihan yang tidak dapat dikendalikan otot. Kejang otot ringan terjadi di awal latihan dan bertambah berat saat seseorang mengalami kelelahan. Banyak yang menyebutkan bahwa DOMS dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti penumpukan asam laktat atau olahraga yang intens (overload). Proses pembuangan penumpukan zat beracun yang tidak lancar menyebabkan terjadinya stimulus nyeri dan nyeri merupakan tahap terjadinya DOMS. Melakukan latihan yang tidak terprogram dengan latihan eksentrik dapat menyebabkan terjadinya cedera karena pemberian latihan yang berulang ulang atau overload. Jika latihan yang dilakukan secara overload maka akan menimbulkan cedera pada otot dan akan menyebabkan terjadinya kerusakan otot karena efek latihan yang berat. Latihan yang tidak dikontrol dengan baik tersebut dapat menyebabkan timbulnya kerusakan otot, peradangan, dan nyeri serta menurunnya lingkup gerak sendi (Giriwiyono & Sidik, 2012). 3.3. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda non parametrik dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis. Adapun hasil uji hipotesis Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut: 842

Tabel 3. Uji Hipotesis Kruskal-Wallis Kruskal-Wallis Test Asymp. Sig. Talag Scale 24 jam 0,000 Talag Scale 48 jam 0,000 Talag Scale 72 jam 0,000 Berdasarkan uji hipotesis Kruskal-Wallis tabel 3. diketahui bahwa nilai p=0,000 (p<0,05) pada jam ke-24, 48, 72 yang berarti terdapat berbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok perlakuan ice compress dan kelompok kontrol. Selanjutnya untuk mengetahui berbedaan antara kedua kelompok tersebut maka dilanjutkan uji analisis post hoc menggunakan uji Mann-Whitney. Uji beda post test antara kelompok Ice Compress dengan kelompok control Tabel 4. Uji Beda Perlakuan Ice Compress dengan Kontrol Setelah Latihan Asymp. Sig. (2- tailed) Keterangan Talag scale 24 jam 0,000 Ada perbedaan yang bermakna Talag scale 48 jam 0,000 Ada perbedaan yang bermakna Talag scale 72 jam 0,000 Ada perbedaan yang bermakna Berdasarkan tabel 4. didapatkan hasil bahwa pada jam ke-24, 48, dan 72 terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna antara kelompok perlakuan ice compress dan kelompok kontrol karena p<0,05. Berdasarkan hasil uji analisis post hoc menggunakan uji mann withney yang membandingkan nilai talag scale pada nyeri 24, 48, 72 jam antara kelompok perlakuan (ice compress) dengan kelompok kontrol didapatkan hasil nilai p=0,000 pada talag scale nyeri 24 jam, nilai p=0,000 pada talag scale nyeri 48 jam, dan nilai p=0,000 pada talag scale nyeri 72 jam dari ketiga hasil tersebut dapat diambil kesimpulan keseluruhan nilai p<0,05 yang berarti ice compress berpengaruh terhadap penurunan DOMS. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Poiton et al (2011), menunjukan kompres es memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri (p<0,05). Penelitian lain yang sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu dilakukan oleh Veqar (2013), dalam penelitiannya disebutkan bahwa aplikasi terapi dingin ( cold therapy) bermanfaat untuk mengurangi gejala DOMS. Terapi dingin yang banyak digunakan berupa ice massage, ice packs atau kompres es, cold bath/water immersion dan vapocoolant sprays. Menurut Arovah (2014), menyatakan bahwa efek fisiologis yang ditimbulkan terapi dingin berupa vasokontriksi arteriola dan venula, penurunan kepekaan akhiran saraf bebas dan penurunan tingkat metabolisme sel sehingga mengakibatkan penurunan kebutuhan oksigen sel. Secara klinis keseluruhan proses tadi dapat mengurangi proses pembengkakan, mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot dan resiko kematian sel. terapi dingin dapat memberikan efek vasokontriksi sehingga menurunkan produksi mediator vasodilatasi seperti histamine dan prostaglandine yang akan mengakibatkan vasodilatasi menurun. Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10 C) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf otonom dan pelepasan epinephrin dan norepinephrin. Walaupun demikian apabila dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul fase vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit, periode ini dikenal 843

sebagai respon hunting. Selain menimbulkan vasokontriksi, sensasi dingin juga menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsang nyeri. Aplikasi dingin juga dapat mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme menjadi berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan spasme otot. Ice compress digunakan untuk mengurangi proses inflamasi, mengurangi spasme otot, dan mengurangi nyeri serta resiko kematian sel, efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktivitas. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, lokal cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi (Arovah, 2016). 4. KESIMPULAN Distribusi usia responden penelitian terbanyak pada usia 18 tahun dan paling sedikit pada usia 21 tahun. Nyeri akibat DOMS jam ke-24 pada kelompok perlakuan ice compres, dan kelompok kontrol responden terbanyak merasakan nyeri pada skala 3 dan paling sedikit pada nyeri skala 6. Nyeri akibat DOMS jam ke-48 pada kelompok perlakuan ice compress dan kelompok kontrol responden terbanyak merasakan nyeri pada skala 6 dan paling sedikit pada nyeri skala 4. Nyeri akibat DOMS jam ke-72 pada kelompok perlakuan ice compres dan kelompok kontrol responden terbanyak merasakan nyeri pada skala 5 dan paling sedikit pada nyeri skala 6. Ada pengaruh pemberian ice compress terhadap penurunan nyeri akibat DOMS Saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada mahasiswi STIKES Aisyiyah Surakarta yaitu dapat menerapkan ice compress setelah melakukan aktivitas berat atau setelah olahraga berat guna menurunkan nyeri yang ditimbulkan. Untuk institusi pendidikan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan materi tambahan dalam kurikulum atau mata kuliah terkait. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan memperbanyak subyek penelitian sehingga diperoleh hasil yang lebih valid, dalam teknik menimbulkan DOMS diharapkan menggunakan teknik 1 RM supaya hasil DOMS lebih merata pada setiap subyek, diperlukan untuk membatasi aktivitas subyek selama masa penelitian sehingga aktivitas fisik yang terlalu tinggi dapat dihindari, diharapkan lebih mengatur keseragaman suhu sehingga tingkat suhu pada masing-masing perlakuan dapat setara, serta lebih memperhatikan keseragaman usia responden sehingga diperoleh hasil yang lebih valid. REFERENSI Arovah, N I. (2016). Fisioterapi Olahraga. Jakarta: EGC. Giriwiyono, S., & Sidik, D. (2012). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga) Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan dan Prestasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hariyanto. (2010). Jurnal Psikologi Perkembangan Masa Remaja. www.duniaremaja.net. Diakses 15 Maret 2017. Krityakiarana, W., Budworn, J., Khajohnanan, C., Suramas, N., & Puritasang, W. (2014). Effect of Ice Bag, Dinamic Stretching, and Combined Treatments on the Prevention and Treatment of Delayed Onset Muscle Soreness. International Journal of Physiotherapy and Research. Vol 2(6): 799-05. ISSN: 2321-1822. Nuraliyah., Syam, A., & Hendrayati. (2014). Aktivitas Fisik dan Durasi Tidur pada Penderita Overweight dan Obesitas Mahasiswa Universitas Hasanuddin. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin. Pointon, M., Duffield, R., & Cannon, J. 2011. Cold Application for Neuromuscular Recovery Following Intense Lower-Body Exercise. European Journal of Applied Phycology. 844

Volume: 111.PMID: 21445604. https://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada tanggal 9 Juli 2017. Sellwood, K L., Brukner, P., William, D., Nicol, A., & Hinman, R. (2007). Ice-water Immersion and Delayed Onset Muscle Soreness: a randomised controlled trial. Br J Sport. DOI: 10.1136. Tartibian, B., & Azizbeigi, K. (2009). The Effect of Taking Naproxen Drg on the Level of Perceived Pain and Changes of CPK Serum after Eccentric Exercise. World Journal of Sport Sciences. Vol 2 (3): 165-170. ISSN: 2078-4724. Veqar, Z. (2013). Causes and Management of Delayed Onset Muscle Soreness: A Review. Elixir Human Physio. No 55 (2013) 1305-13211. ISSN: 2229-712X. 845