PROGRAM PEMINATAN SISWA KURIKULUM NURHAYATI, M.Pd

dokumen-dokumen yang mirip
Peminatan Siswa dalam Kurikulum 2013

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

EKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK CBT UNTUK MENINGKATKAN KEMANTAPAN PEMILIHAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XI UPTD SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM SKRIPSI

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

PEMINATAN PESERTA DIDIK SMA DAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

PERBEDAAN PERENCANAAN KARIR SISWA SMK DAN SMU SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

Kelompok Materi : Materi Pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sikap ( attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations) dan keterampilan

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh: Drs. Kuntjojo

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

KOMPETENSI KONSELOR DALAM KURIKULUM Oleh: Gudnanto, S.Pd., M.Pd., Kons. 1 Drs. Arista Kiswantoro, M.Pd. 6 Edris Zamroni, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB II KAJIAN TEORI. industri. Istilah kinerja berasal dari kata Job performance (prestasi kerja). Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN. berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. Surabaya semakin di percaya oleh mayarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang berkualitas pula.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Standar Kompetensi Konselor

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

Struktur Kurikulum..

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

SURVEY PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JALAN JAWA SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Menguasahi ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Menguasahi ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

Transkripsi:

PROGRAM PEMINATAN SISWA KURIKULUM 2013 NURHAYATI, M.Pd Abstrak. Tuntutan kurikulum 2013 menghendaki konselor sekolah memperhatikan secara proporsional program peminatan yang menjadi sentral dalam kurikulum 2013. Implementasi kurikulum tahun 2013 menekankan penilaian berbasis proses dan hasil, dengan tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian target-target kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran akademik saja, tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik. Potemsi psikologis seperti kejujuran, kerja keras dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian proses. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, dan untuk SMA/MA dan SMK memberikan peluang yang lebih terbuka kepada peserta didik untuk memilih mata pelajaran yang diminati, mendalami materi mata pelajaran dan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel sesuai dengan kemampuan dasar umum (kec erdasan), bakat, minat dan karakteristik kepribadian tanpa dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku. Peminatan pada dasarnya adalah proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan utuh Pendidikan Nasional. Dilihat dari konteks ini maka bimbingan dan konseling sebagai salah satu wilayah layanan pendidikan di sekolah memiliki peran strategis untuk membantu peserta didik agar dapat menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan dalam rangka memilih, meraih dan mempertahankan kariernya guna mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum. Berkaian dengan itu, profesi Bimbingan dan Konseling (2013) telah merumuskan hakikat peminatan dalam implementasi Kurikulum 2013 bahwa peminatan dapat difahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum Kata Kunci : Peminatan,Siswa, Kurikulum 2013 Jurnal Bimbingan dan Konseling 55

PENDAHULUAN Perkembangan jaman dan teknologi sudah barang tentu harus diikuti perkembangan dan kemajuan dalam pendidikan. Bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pendidikan harus mengikuti perkembangan paradigma pendidikan. Perkembangan dan Kemajuan dalam pendindikan menuntut pembenahan diri seluruh komponen pendidikan agar tercapai perubahanperubahan yang menjadi misi dan tujuan pendidikan. Pembenahan diri untuk mencapai perubahan yang menjadi sasaran mencakup seluruh aspek pendidikan, baik itu perubahan dari sisi persiapan, proses pelaksanaan, maupun proses akhir yaitu kegiatan penilaian/evaluasi. Aspek-aspek tersebut merupakan satu rangkaian hubungan yang saling terkait, saling membutuhkan, dan saling mendukung. Hal itu menjadi suatu keharusan, karena perubahan kebutuhan dan perkembangan jaman menuntut sekolah (dunia pendidikan) harus menghasilkan calon tenaga kerja yang memenuhi syarat untuk menempati job-job dalam suatu pekerjaan dan mampu menyelesaikan tugas-tugas sesuai basic ilmu dan keterampilan yang dimiliki oleh para lulusan. Untuk dapat menjadi pekerja yang kompeten pada bidang sesuai potensi bakat dan minat tersebut, baru akan diperoleh setelah melalui rentetan proses panjang yang penuh tantangan, dan semuanya di awali dari pendidikan dasar dan menengah sampai perguruan tinggi. Perubahan kebutuhan itu jugalah yang menuntut sekolah untuk melakukan pembenahan dari segala sisi termasuk menyelenggarakan perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum di sekolah berdampak pada seluruh aktivitas di sekolah, baik aktivitas guru/konselor sekolah maupun aktivitas peserta didik. Secara khusus, perubahan kurikulum dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling akan ditandai pada perubahan aplikasi peran dan fungsi konselor sekolah. Untuk itu, konselor sekolah harus jeli menangkap makna esensial perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 (peminatan). Kurikulum 2013 memiliki penekanan pada program peminatan peserta didik. Tuntutan kurikulum 2013 menghendaki konselor sekolah memperhatikan secara proporsional program peminatan yang menjadi sentral dalam kurikulum 2013. Jurnal Bimbingan dan Konseling 56

PEMBAHASAN Implementasi kurikulum tahun 2013 menekankan penilaian berbasis proses dan hasil, dengan tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian target-target kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran akademik saja, tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik. Potemsi psikologis seperti kejujuran, kerja keras dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga negara dan sebagai makhluktuhan Yang Maha Esa. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, dan untuk SMA/MA dan SMK memberikan peluang yang lebih terbuka kepada peserta didik untuk memilih mata pelajaran yang diminati, mendalami materi mata pelajaran dan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan karakteristik kepribadian tanpa dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku. Peminatan pada dasarnya adalah proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan utuh Pendidikan Nasional. Disebutkan pula, bahwa peminatan adalah sebuah proses yang didalamnya melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Dilihat dari konteks ini maka bimbingan dan konseling sebagai salah satu wilayah layanan pendidikan di sekolah memiliki peran strategis untuk membantu peserta didik agar dapat menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan dalam rangka memilih, meraih dan mempertahankan kariernya guna mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum. Berkaian dengan itu, profesi Bimbingan dan Konseling (2013) telah merumuskan hakikat peminatan dalam implementasi Kurikulum 2013 bahwa peminatan dapat difahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum. Secara operasional, kegiatan peminatan siswa ini tampaknya akan lebih dekat dengan komponen program layanan perencanaan individual, Jurnal Bimbingan dan Konseling 57

khususnya berkaitan dengan bidang bimbingan karier. Dalam hal ini, tentu saja kegiatan asesmen menjadi hal yang esensial untuk mengidentifikasi bakat, kemampuan, minat, dan karakteristik siswa lainnya, sehingga pada gilirannya siswa dapat mengambil keputusan dan menentukan pilihannya secara tepat, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dimilikinya dan berbagai peluang yang tersedia untuk kepentingan masa depannya Bimbingan dan konseling dalam konteks kurikulm 2013 dan peran asesmen dalam peminatan pesera didik, yakni bagaimana peran konselor sekolah dalam mengkonstruksikan intsrumen asesmen, baik melalui (instrumen tes maupun non tes), dan kemampuan konselor sekolah dalam membaca hasil asesmen tersebut untuk diimplementasikan dalam kegiatan peminatan peserta didik, yang mungkin akan dilaksanakan secara individual, kelompok maupun secara klasial. Berdasarkan model ASCA, bahwa layanan klasikal merupakan layanan dasar. Dalam bimbingan klasikal penekanan akan diberikan pada bagaimana konselor sekolah mengajak peserta didik belajar melalui pengalaman sendiri, sehingga dalam pengambilan keputusan peminatan tersebut, mereka menyadari bahwa itu adalah keputusannya sendiri, bukan keputusan pihak lain yang dipaksakan kepada mereka. Oleh karenanya, dalam kegiatan klasikal ini, model yang paling tepat digunakan adalah model experiential learning. Dalam konsep Dewey (1938) mengatakan bahwa harus ada hubungan antara pengalaman dan pendidikan, pengetahuan akan berkembang bila ada kontak dengan peristiwa-peristiwa kehidupan nyata dan pengetahuan itu merupakan interpretasi dari peristiwa tersebut. Berkaitan dengan itu Lewis & Williams (1994) menunjukan bahwa telah terjadi perpindahan dari pendidikan abstrak formal ke arah pendidikan yang berbasis pengalaman. Dan konsep para ahli di atas tertuang dalam kurikulum 2013 (peminatan). Dalam kegiatan bimbingan kelompok, lebih diakomodasi kolaborasi peran antar anggota kelompok untuk saling memperkuat keputusannya dalam peminatan di sekolah. Kegiatan bimbingan kelompok akan menfasilitasi perkembangan positif peserta didik pada berbagai aspek. Sedangkan pada bagian konseling individual, layanan ini menjadi wadah bagi peserta didik yang masih memiliki hambatan dan mengalami berbagai persoalan peminatan, dimana peserta didik tidak mampu menyelesaikan sendiri persoalan tersebut. Ragam masalah yang terjadi dilingkungan Jurnal Bimbingan dan Konseling 58

perkembangan peserta didik berpengaruh secara fisik, psikis dan sosial. Bila pengaruh yang melekat dalam diri peserta didik kurang baik, maka akan memberi perubahan ke arah negatif, apabila perubahan tersebut sulit untuk diprediksi, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan dalam diri dan perilaku peserta didik. Hal itu menuntut konselor sekolah untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam kegiatan wujud nyata yang bisa dirasakan oleh peserta didik. Pasca penetapan kurikulum 2013 ditetapkan untuk mulai diterapkan pada pertengahan 2013, pada awalnya disambut dengan berbagai polemik dengan ragam sikap dan statemen tercetus dari lingkungan sekolah terutama keresahan dari para pendidik di sekolah. Hal itu terwujud melalui perilaku yang menunjukan ada perasaan penolakan baik secara sadar maupun bawah sadar atas perubahan dan tuntutan yang harus dilaksanakan sebagai implementasi isi dari kurikulum tersebut. Kondisi tersebut dapat kita dilihat di sekolah, maupun statemen para praktisi pendidikan melalui media sosial. Berbagai reaksi tersebut muncul karena adanya ketidaksiapan kita sebagai pendidik untuk melaksanakan perubahan ke arah yang lebih baik. Reaksi tersebut menghendaki pemerintah dengan dinahkodai kementrian pendidikan untuk merespon secara arif dan bijak, agar menciptakan sebuah kondisi untuk membantu para praktisi pendidikan terutama konselor sekolah sehingga para guru dan konselor sekolah dapat menerapkan isi dan muatan kurikulum 2013 yang berkaitan dengan program peminatan peserta didik. Salah satu langkah yang bisa ditempuh oleh pemerintah berkaitan dengan hal tersebut adalah program pelatihan peminatan peserta didik yang bisa diikuti oleh para konselor sekolah, dan melakukan uji coba hasil pelaksanaan pelatihan tersebut. PENUTUP Sebagai upaya dalam memberikan pemahaman dan meningkatkan pemahaman peserta didik berkaitan dengan program peminatan sesuai alur dalam kurikulum 2013, konselor sekolah terlebidahulu dituntut untuk memenuhi beberapa pengetahuan dan keterampilan terkait. Pertama, konselor harus memahami bagaimana eksistensi, peran dan fungsi konselor sekolah dalam implementasi kurikulmu 2013. Kedua, konselor sekolah perlu memahami prinsip dasar dan kerangka kerja program bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013 dengan benar. Ketiga, konselor sekolah Jurnal Bimbingan dan Konseling 59

perlu memahami ragam penelusuran dan komponen-komponen peminatan peserta didik. Keempat, konselor sekolah perlu memahami bagaimana pengorganisasian, pengkriteria, dan pemetaan peminatan peserta didik. Kelima, konselor sekolah perlu memahami bagaimana menata waktu dan mekanisme pelaksanaan peminatan peserta didik. Dan keenam, konselor sekoah perlu memahami dan terampil dalam memberikan layanan peminatan pada kegiatan ekstrakurikuler peserta didik di sekolah. Bila konselor sekolah telah memiliki pengetahuan dan keterampilan tersebut di atas dan didukung oleh peran seluruh komponen di sekolah, maka tingkat pemberian layanan yang dibutuhkan dalam kurkulum 3013 tersebut akan berhasil. Keberhasilan pemberian layanan tersebut akan ditunjukan adanya peningkatan pemahaman peserta didik berkaitan dengan program peminatan di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Pedoman Peminatan Peserta Didik.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (Tidak diterbitkan). Winkel, W.S. dan M.M Sri Hartati. 2013. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi. Prayitno dan Erma Amti. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. PT. Rineka Cipta Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Jurnal Bimbingan dan Konseling 60