Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Rany Hiola, M.Kes dan pembimbing II Lia Amalia SKM, M.Kes Abstrak Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi Negara berkembang. Munculnya kembali beberapa penyakit yang tergolong penyakit saluran pencernaan adalah akibat dari rendahnya sistem sanitasi di masyarakat Mencakup akses air bersih, penanganan sampah; vektor penyakit yang tidak terkendali; perumahan yang tidak sehat; pencemaran makanan oleh mikroba patogen, telur cacing dan lain-lain. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sanitasi lingkungan wilayah pesisir danau limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 348 KK dengan jumlah sampel 186 KK tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari jumlah sampel 186 untuk sarana air bersih yang telah memenuhi syarat 178 KK (96%) dan yang tidak memenuhi syarat 8 KK (4%), untuk sarana kepemilikan jamban yang ada jamban hanya 60 KK (32%) dan yang tidak ada sekitar 126 KK (68%), untuk pengelolaan sampah yang dikumpul lalu dibakar sekitar 61 KK (31%) dan yang dibuang sembarangan sekitar 125 KK (67%), untuk saluran pembuangan air limbah yang ada hanya 44 KK (24%) dan yang tidak ada saluran pembuangan air limbah 142 KK (76%). Di sarankan bagi pemerintah agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kondisi lingkungan untuk tetap bersih, di Setiap rumah tangga harus memiliki jamban untuk mengatasi pencemaran air dan pencemaran tanah, bagi masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarangan tempat, ada baiknya sampah tersebut di olah menjadi pupuk atau di bakar, untuk SPAL agar dapat membuat peresapan agar terhindar dari penyakit berbasis lingkungan. Kata Kunci : Pesisir danau, Sanitasi Lingkungan
I. Pendahuluan Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi Negara berkembang. Pemerintah memiliki komitmen untuk pencapaian Millenium Developmert Goals (MDGs) yaitu: menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; memenuhi pendidikan dasar; mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka kematian bayi; menurunkan angka kematian ibu melahirkan; memerangi HIV/Aids; malaria dan penyakit menular; menjamin kelestarian lingkungan hidup, serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Meningkatkan akses terhadap air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses harus dipenuhi sesuai target MDGs pada tahun 2015 (Zulkifli, 2009). Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk penyehatan lingkungan fisik antara lain penyediaan air bersih, mencegah terjadinya pencemaran udara, air dan tanah serta memutuskan rantai penularan penyakit infeksi dan lainlain yang dapat membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia atau masyarakat (Chandra, 2006). Desa tabumela adalah salah satu desa yang berada di wilayah pesisir danau limboto yang terdapat di Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dengan jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 2104 Jiwa. Daerah pesisir danau ini sering terendam banjir apabila di musim penghujan yang akhirnya dapat mengganggu sanitasi yang berada di wilayah tersebut. 1. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi diatas penelitian merumuskan masalah yaitu Bagaimana Gambaran sanitasi lingkungan wilayah pesisir danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan
Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. 2. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran sanitasi lingkungan wilayah pesisir danau di Desa Tabumela Kecamatan Tilango. a. Tujuan Khusus : Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui : Sarana air bersih, Kepemilikan jamban, Pengelolaan sampah rumah tangga, Saluran pembuangan air limbah pada masyarakat wilayah pesisir danau. II. Metode Penelitian 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan Desa Tabumela yang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tilango. Adapun waktu pelaksanaan dari penelitian ini yakni pada tanggal 28 April-5 Mei tahun 2013. 2.2 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran sanitasi lingkungan wilayah pesisir danau limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango. 2.3 Populasi dan Sampel Dari jumlah populasi 348 kepala keluarga, yang menjadi sampel penelitian yaitu 186 kepala keluarga. III. Hasil dan Pembahasan Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui gambaran Sanitasi Lingkungan wilayah pesisir danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo yang meliputi, Sarana Air Bersih, Kepemilikan Jamban, Pengelolaan Sampah, dan Saluran Pembuangan Air Limbah. 3.1 Sarana air bersih Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih Kepemilikan Sarana Air Bersih Sumur Gali Jenis Sarana Total Kepemilikan Sarana PDAM Milik Sendiri 8 102 110 Bukan Milik Sendiri 10 66 76 Total Jenis Sarana 18 168 186
dilakukan untuk kualitas air bersih Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Air Bersih Kualitas Air Bersih Warna Memenuhi syarat 178 Tidak memenuhi syarat 8 3.2 Kepemilikan Jamban dilakukan untuk kepemilikan jamban Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Kepemilikan Jamban Bau 181 dilakukan untuk jenis jamban Rasa 185 Total 186 186 186 Kepemilikan Jamban 5 Ada 60 32.3 Tidak ada 126 67.7 Total 186 100.0 1 Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Jenis Jamban Jenis Jamban Jamban dengan septic tank 57 95.0 Jamban tanpa septic tank 3 5.0 Total 60 100.0 dilakukan untuk yang tidak memiliki jamban berdasarkan tempat buang air besar Tabel 4.5 Distribusi Responden Yang Tidak Memiliki Jamban Berdasarkan Tempat Buang Air Besar Tempat Buang Air Besar Sungai/danau 78 61.9 Kebun/pekarangan 20 15.9 Menumpang di WC 22.2 tetangga 28 Total 126 100.0 3.3 Pengelolaan Sampah dilakukan untuk pengelolaan sampah
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengelolaan Sampah Tempat Pengelolaan Sampah Di kumpul lalu dibakar 61 32.8 Di buang sembarangan 125 67.2 Total 186 100.0 3.4 Saluran Pembuangan Air Limbah dilakukan untuk saluran pembuangan air limbah Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Saluran Pembuangan Air Limbah Saluran Pembuangan Air Limbah Ada 44 24.7 Tidak ada 142 75.3 Total 186 100.0 dilakukan untuk jenis pembuangan air limbah Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pembuangan Air Limbah Jenis Pembuangan Air Limbah Permanen 30 16.7 Non permanen 14 8.1 Tidak memiliki 142 75.3 Total 186 100.0 Pembahasan 1. Sarana Air Bersih Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan sarana air bersih yang terbanyak terdapat pada milik sendiri yaitu sebanyak 110 (59,1%) dan distribusi responden yang bukan milik sendiri yaitu sebanyak 76 (40,9%). Sebagian besar telah berasal dari air PDAM sebanyak 168 (90,3%) dan yang berasal dari sumur gali sebanyak 18 (9,7%). Kepemilikan sarana air bersih yang ditemukan pada sebagian besar responden yaitu menggunakan air PDAM karena pemerintah telah mengupayakan air PDAM untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat sedangkan yang tidak memiliki sarana
air bersih mereka harus mengangkut air dari sumur atau membeli air PDAM dari tetangga demi mendapatkan air bersih. Ditinjau dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat (Mubarak dan chayatin. 2009: 298). 2. Kepemilikan Jamban Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa distribusi responden berdasarkan kepemilikan jamban yang terbanyak terdapat pada tidak adanya jamban sebanyak 126 (67,7%) dan distribusi responden yang ada jamban yaitu sebanyak 60 (32,3%). Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, dan kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya. Tidak adanya jamban di pengaruhi oleh faktor ekonomi dimana kepala keluarga belum mampu membuat jamban dengan harga kloset yang mereka anggap masih sangat mahal dan mereka juga menganggap bahwa jamban belum menjadi prioritas utama, adapula yang menggunakan sungai/danau untuk buang air besar hal ini di karenakan di dekat desa tersebut terdapat sungai yang bermuara dari danau, Menurut Chandra (2009) pembuangan tinja yang tidak baik dan sembarangan akan dapat menimbulkan kontaminasi pada air, tanah atau menjadi sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena penyakit yang tergolong water borne disease akan mudah terjangkit. 3. Pengelolaan sampah Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh distribusi responden terhadap pengelolaan sampah yang terbanyak yaitu dibuang sembarangan 125
(67,2%) sedangkan yang dikumpul lalu di bakar 61 (32,8%). Sesuai dengan hasil yang diperoleh sampah paling banyak dibuang sembarangan di bandingkan dengan sampah yang di kumpul lalu dibakar karena di desa tersebut berada di pinggiran sungai dan danau, sehingga mereka menganggap bahwa hal ini sangat mudah untuk dilakukan. 4. Saluran pembuangan air limbah Berdasarkan tabel 4.8 di peroleh distribusi responden terhadap jenis pembuangan air limbah yang terbanyak yaitu tidak memiliki 142 (75,3%), permanen 30 (16,7%) sedangkan yang terendah yaitu 14 non permanen (8,1%). kenyataannya masih banyak rumah yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. mereka hanya membiarkan air limbahnya tergenang, sehingga masyarakat memiliki cara tersendiri agar air limbahnya tidak merembes sampai kerumah mereka, dengan cara mereka menumpukkan sampah di sekitaran air limbah yang tergenang yang pada akhirnya bisa merusak pemandangan sekitarnya. IV. Penutup Simpulan 1. Sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat wilayah pesisir danau berasal dari PDAM sebanyak 90,3% dan yang dari sumur gali hanya 9,7%. Untuk air yang telah memenuhi syarat yaitu 95,7% dan yang belum memenuhi syarat yaitu 4,3% 2. Kepemilikan jamban responden yang memiliki jamban hanya 32,3% dan yang tidak memiliki jamban sebanyak 67,7%. 3. Pengelolaan sampah dimana sampah mereka yang dibuang sembarangan sebanyak 125 responden (67%) dan dikumpulkan lalu dibakar sebanyak 61 responden (33%) 4. Saluran pembuangan air limbah yang memiliki saluran permanen hanya 30 responden (16%) yang langsung di alirkan kedanau atau kesungai dan yang tidak memiliki ada sekitar 142 responden (76%). Saran 1. Di harapkan bagi pemerintah agar dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kondisi lingkungan untuk selalu bersih. 2. Di harapkan Setiap rumah tangga harus memiliki jamban untuk mengatasi pencemaran air dan pencemaran tanah sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit menular yang dibawa oleh lalat. 3. Untuk sarana pengelolaan sampah di harapkan kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarangan tempat, ada baiknya sampah tersebut di olah menjadi pupuk atau di bakar. 4. Untuk saluran pembuangan air limbah di harapkan kepada masyarakat agar dapat membuat peresapan apabila tidak memungkinkan untuk membuat saluran pembuangan agar terhindar dari penyakit berbasis lingkungan. Daftar Pustaka Chandra. B. 2009. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. kedokteran Jakarta. Buku Zulkifli. H. 2009. Analisis resiko kesehatan lingkungan kota Palembang sebagai dasar pertimbangan perbaikan system sanitasi perkotaan. Jurnal, fakultas MIPA Universitas Siwijaya. Notoatmodjo. S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. PT Rineka Cipta. Mubarak. W & Chayatin. 2009. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta. Salemba Medika