Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

dokumen-dokumen yang mirip
Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

ANALISIS SPASIAL PERSEBARAN PREVALENSI PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN BANGSRI JEPARA TAHUN 2011

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

ABSTRACT. Keywords: Pulmonary TB, TB examination, family members

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCARIAN PENGOBATAN KUSTA PADA PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA MAKASSAR

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA DI SD GMIM 20 MANADO.

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI DEPRESI PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI DESA SUMBERGLAGAH KECAMATAN PACET MOJOKERTO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA KUSTA DI RS DR. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

ABSTRAK. Raden Ghita Sariwidyantry, 2009, Pembimbing : Donny Pangemanan, drg., SKM. dan Surya Tanurahardja, dr., MPH., DTM&H.

Tingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sarjana dari Norwegia GH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Happy R Pangaribuan 1, Juanita 2, Fauzi 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KUSTA PADA PENDUDUK DI KECAMATAN TUKDANA KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BUGANGAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2013

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA LEPRA DI KECAMATAN ANGKAISERA DAN YAPEN SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN, PAPUA PERIODE

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KUSTA (LEPROSY) DENGAN PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS

FAKTOR RISIKO KEJADIAN KUSTA DI KOTA MANADO Natalina Silaban*, Wulan P. J. Kaunang*, Windy M. V. Wariki*

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KESEMBUHAN DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA KOTA KEDIRI

IQBAL OCTARI PURBA /IKM


**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKUDENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUNPRINGWULUNG, CONDONG CATURDEPOK SLEMAN.

SEMAKIN TINGGI PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT KUSTA SEMAKIN BAIK PERILAKU PERSONAL HYGIENE PENDERITA KUSTA DI PUSKESMAS PADAS

Keywords: knowledge, attitude, first aid practice ISPA, Mother Toddler Bibliography: 29 ( )

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PEKERJAAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI KECAMATAN KUNDURAN KABUPATEN BLORA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

Kata kunci : Perilaku, Kanker Leher Rahim, Ibu Rumah Tangga Kepustakaan : 28 buah ( )

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE PASCA BANJIR DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK

DESCRIPTIVE ANALYSIS INDICATORS GROSS DEATH RATE ( GDR ) AND NET DEATH RATE ( NDR ) IN RSUD TUGUREJO SEMARANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA. (Personal Hygiene of Skin with Practice to Leprosy Prevention)

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadiannya yang masih tinggi (World Health Organization

Transkripsi:

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) *)Alumni Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula 1 No.5-11 Semarang E-mail : ika_setyaningrum@rocketmail.com ABSTRACT Background: Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae that attacks the skin and peripheral neoron. Disease of Leprosy is spread around the world especially in were nations lack of hygiene and sanitation. Based on the source of the WHO in 2012 Indonesia has the third highest number of leprosy patients in the world after India and Brazil. In 2012 the number of registered leprosy cases as many as 23 169 and number 2 on the level of disability among new cases as many as 2,025 people or 10.11%. The importance of leprosy infection prevention is conducted in order to reduce the number of leprosy patiens. This study aims to determine the factors associated with the practice of preventing the transmission of leprosy in household contacts. Method: This study was a research observational analytic, with a cross-sectional approach. The research population were people who live with lepers, amounting to 37, the test statistic that used was Chi-square and Rank Spearman showed Result: The results indicating that there is a relationship with the practice of preventing the transmission of leprosy in household contacts is education (p value = 0.002), knowledge (p value = 0.003, and attitude (p value = 0.0001). Whereas no association namely age (p value = 0.887, sex (p value = 0.934), and employment (p value = 0.328). Conclution: Advice should be given to household contacts to increase knowledge about the practice of preventing the transmission of leprosy by following the illumination leprosy from the health center Keywords: Leprosy, household Contacts

PENDAHULUAN Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman kusta Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan syaraf tepi. Kusta masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kompleks. Masalah yang ada bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, dan budaya. 1 Berdasarkan sumber dari WHO tahun 2012 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kusta tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Pada tahun 2012 jumlah penderita kusta terdaftar sebanyak 23.169 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru sebanyak 2.025 orang atau 10,11%. Jika dibandingkan tahun 2011 terjadi peningkatan dimana jumlah penderita kusta mencapai 20.023 kasus. Data dari Puskesmas Gayamsari menunjukkan dari tahun 2011 sampai bulan Mei tahun 2013 ada 10 kasus kusta. Pada tahun 2011 terlaporkan ada 3 kasus, tahun 2012 terdapat 5 kasus dan pada bulan Januari sampai Mei tahun 2013 terdapat 2 kasus di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari. Puskesmas Gayamsari menjadi peringkat 2 kasus kusta terbanyak se-kota Semarang pada tahun 2012. 3 Perilaku pencegahan penularan kusta penting dilakukan dalam rangka menekan angka penderita kusta seperti yang ditargetkan oleh global WHO pada Eradikasi Kusta Tahun (EKT) 2000 diharapkan prevalensi penyakit kusta kurang dan 1 per 10.000 penduduk 1. Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap keluarga penderita menunjukkan bahwa masih terdapat keluarga dari penderita yang tidak mengetahui pengertian penyakit kusta, tanda & gejala penyakit kusta, dan terdapat 2 penderita kusta dalam satu rumah, ini menunjukkan bahwa terjadi penularan pada kontak serumah.

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode penelitian survey atau pengambilan sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat diukur secara bersamaan. Variabel bebas terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,pnegtahuan tentang pencegahan penularan kusta, sikap tentang pencegahan penularan kusta. Variabel terikat praktik pencegahan penularan kusta. Populasi dalam penelitian adalah orang yang tinggal serumah dengan penderita kusta yang berjumlah 37 orang, jumlah ini didapatkan dari kartu penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari, dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi HASIL A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 37 responden, sebagian besar berusia muda dan dewasa (15-49 tahun) seb Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Usia Frekuensi Persentase (%) Anak (10-14 tahun) 3 8,1 Muda dan Dewasa (15-49 tahun) 29 78,4 Orang tua ( 50 tahun) 5 13,5 Jumlah 37 100,0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 37 responden, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebesar 56,6%. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 21 56,6 Perempuan 16 43,2 Jumlah 37 100,0 Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa dari 37 responden, sebagian besar berpendidikan rendah sebesar 56,8%. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Pendidikan rendah 21 56,8 Pendidikan menengah 13 35,1 Pendidikan tinggi 3 8,1 Jumlah 37 100,0 Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa dari 37 responden, sebagian besar bekerja sebesar 59,5%. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan di di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Tidak bekerja 15 40,5 Bekerja 22 59,5 Jumlah 37 100,0

Analisa Bivariat 1. Hubungan Antara Usia dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Tabel 4.11. Tabel Silang Usia dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Praktik Pencegahan Total Usia Kurang Cukup Baik F % F % f % F % Anak (10-14 1 33,3 2 66,7 0 0,0 3 100,0 tahun) Muda dan 5 17,2 21 72,4 3 10,3 29 100,0 Dewasa (15-49 tahun) Orang tua ( 50 tahun) 1 20,0 4 80,0 0 0,0 5 100,0 Berdasarkan tabel 4.11, persentase praktik kurang baik pada responden yang berusia anak (33,3%) lebih besar daripada yang muda dan dewasa (17,2%) dan orang tua (20%). Hasil uji rank spearman nilai p lebih besar dari 0,05 yaitu 0,887 > 0,05 dapat diartikan tidak ada hubungan antara usia dengan praktik pencegahan penularan kusta. 2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta

Tabel 4.12. Tabel Silang Jenis Kelamin dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Praktik Pencegahan Total Jenis Kelamin Kurang Cukup Baik F % f % f % F % Laki-laki 4 19,0 15 71,4 2 9,5 21 100,0 Perempuan 3 18,8 12 75,0 1 6,3 16 100,0 Berdasarkan tabel 4.12, persentase praktik kurang baik pada responden yang berjenis kelamin laki-laki (19%) lebih besar daripada yang perempuan (18,8%). Hasil uji chi square nilai p lebih besar dari 0,05 yaitu 0,934 > 0,05 dapat diartikan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan praktik pencegahan penularan kusta 3. Hubungan Antara Pendidikan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Tabel 4.13. Tabel Silang Pendidikan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Praktik Pencegahan Total Pendidikan Kurang Cukup Baik f % F % f % F % Rendah 6 28,6 15 71,4 0 0,0 21 100,0 Menengah 1 7,7 12 92,3 0 0,0 13 100,0 Tinggi 0 0,0 0 0,0 3 100,0 3 100,0

Berdasarkan tabel 4.13. persentase praktik kurang baik pada responden yang berpendidikan rendah (28,6%) lebih besar daripada yang berpendidikan menengah (7,7%) dan berpendidikan tinggi (0%). Hasil uji Rank-Spearman nilai p lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,002 > 0,05 dapat diartikan ada hubungan antara pendidikan dengan praktik pencegahan penularan kusta. 4. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Tabel 4.14. Tabel Silang Pekerjaan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Praktik Pencegahan Total Pekerjaan Kurang Cukup Baik f % F % F % F % Tidak bekerja 3 20,0 12 80,0 0 0,0 15 100,0 Bekerja 4 18,2 15 68,2 3 13,6 22 100,0 Berdasarkan tabel 4.14, persentase praktik kurang baik pada responden yang bekerja (20,0%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang bekerja (18,2%). Hasil uji Chi Square nilai p lebih besar dari 0,05 yaitu 0,328 > 0,05 dapat diartikan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan praktik pencegahan penularan kusta.

5. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Tabel 4.15. Tabel Silang Pengetahuan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Praktik Pencegahan Total Pengetahuan Kurang Cukup Baik f % f % f % f % Kurang 5 62,5 3 37,5 0 0,0 8 100,0 Cukup 2 10,5 15 78,9 2 10,5 19 100,0 Baik 0 0,0 9 90,0 1 10,0 10 100,0 Berdasarkan tabel 4.15. persentase praktik kurang baik pada responden yang berpengetahuan kurang (62,5%) lebih besar daripada yang berpengetahuan cukup (10,57%) dan pengetahuan baik (0%). Hasil uji Rank-Spearman nilai p lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,003 > 0,05 dapat diartikan ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan penularan kusta. 6. Hubungan Antara Sikap dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Tabel 4.16. Tabel Silang Sikap dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Praktik Pencegahan Total Sikap Kurang Cukup Baik f % f % f % f % Kurang 5 83,3 1 16,7 0 0,0 6 100,0 Cukup 2 7,4 24 88,9 1 3,7 27 100,0 Baik 0 0,0 2 50,0 2 50,0 4 100,0

Berdasarkan tabel 4.16. persentase praktik kurang baik pada responden yang mempunyai sikap kurang (83,3%) lebih besar daripada yang mempunyai sikap cukup (7,4%) dan sikap baik (0%) Hasil uji Rank-Spearman nilai p lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,0001 > 0,05 dapat diartikan ada hubungan antara sikap dengan praktik pencegahan penularan kusta. PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara Usia dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Tahun 2013, dengan p value sebesar 0,887. Hal ini didukung dengan fakta di lapangan bahwa persentase praktik kurang baik pada responden yang berusia anak (33,3%) lebih besar daripada yang muda dan dewasa (17,2%) dan orang tua (20%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa responden yang berusia lebih tua tidak menjamin praktiknya lebih baik dibanding dengan responden yang berusia lebih muda. Kusta menyerang semua golongan umur dan Anakanak lebih peka dari pada orang dewasa. 32 Dan semakin tua umur seseorang belum tentu pengetahuan tentang penularan kusta lebih baik sehingga praktik pencegahan penularannya juga akan lebih baik 2. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan praktik pencegahan penularan kusta di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Tahun 2013, dengan p value sebesar 0,934. Hal ini didukung dengan fakta pada penelitian ini bahwa persentase praktik kurang baik pada responden yang berjenis kelamin laki-laki (19%) lebih besar daripada yang perempuan (18,8%). Namun hasil uji statistik membuktikan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki tidak menjamin praktiknya lebih buruk dibanding dengan responden yang berjenis

kelamin perempuan, begitu juga sebaliknya. Walaupun ditemukan praktik kurang baik lebih banyak pada responden laki-laki. Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan dibanding laki-laki. Lebih lanjut menurutnya bahwa angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria. 6 3. Hubungan Antara Pendidikan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan praktik pencegahan penularan kusta di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Tahun 2013, dengan p value sebesar 0,002. Hal ini didukung dengan fakta bahwa persentase praktik kurang baik pada responden yang berpendidikan rendah (28,6%) lebih besar daripada yang berpendidikan menengah (7,7%). Dari fakta tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan berpengaruh pada praktiknya yang semakin baik. Green dalam Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan berperan dalam melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku seseorang sesuai dengan nilainilai kesehatan. 6 Jadi dalam penelitian ini responden yang berpendidikan lebih tinggi mempunyai lebih banyak informasi tentang kesehatan sehingga mempengaruhi perilakunya untuk bertindak sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan seperti praktik pencegahan penularan kusta. 4. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan praktik pencegahan penularan kusta di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Tahun 2013, dengan p value sebesar 0,328. Hal ini didukung dengan fakta pada penelitian ini bahwa praktik kurang baik pada responden yang tidak bekerja (20%) lebih besar dibanding responden yang bekerja (18,2%). Jadi pekerjaan merupakan faktor

yang menentukan baik dan buruknya praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah 5. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan penularan kusta di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Tahun 2013, dengan nilai p value sebesar 0,003. Hal ini didukung dengan fakta bahwa persentase praktik kurang baik pada responden yang berpengetahuan (62,5%) lebih besar daripada yang berpengetahuan cukup (10,57%). Fakta dalam penelitian ini membuktikan bahwa baik buruknya pengetahuan seseorang menentukan baik dan buruknya orang tersebut melakukan praktik pencegahan penularan kusta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). 6 6. Hubungan Antara Sikap dengan Praktik Pencegahan Penularan Kusta Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan praktik pencegahan penularan kusta di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Tahun 2013 dengan p value sebesar 0,0001. Hal ini didukung dengan fakta pada penelitian ini bahwa persentase praktik kurang baik pada responden yang mempunyai sikap kurang (83,3%) lebih besar daripada yang mempunyai praktik cukup (7,4%). Jadi sikap seseorang menentukan baik dan buruknya praktik pencegahan penularan kusta. Sikap yang baik atau mendukung, akan memudahkan responden melakukan praktik pencegahan penularan kusta sedangkan sikap yang tidak mendukung maka membuat responden enggan melakukan praktik pencegahan penularan kusta.

SIMPULAN 1. Tidak ada hubungan antara usia responden dengan praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang Tahun 2013, dengan p value = 0,887. 2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang, dengan p value = 0,934. 3. Ada hubungan antara pendidikan responden dengan praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang, dengan p value = 0,002 dan mempunyai kekuatan hubungan cukup kuat atau sedang. 4. Tidak ada hubungan antara pekerjaan responden dengan praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang, dengan p value = 0,328 dan mempunyai kekuatan hubungan lemah. 5. Ada hubungan antara pengetahuan responden dengan praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang, dengan p value = 0,003 dan mempunyai kekuatan hubungan cukup kuat atau sedang. 6. Ada hubungan antara sikap responden dengan praktik pencegahan penularan kusta pada kontak serumah di wilayah kerja Puskesmas Gayamsari Semarang, dengan p value = 0,0001 dan mempunyai kekuatan hubungan kuat atau tinggi.

SARAN 1. Bagi kontak seruamah a. Meningkatkan status pendidikan yang ditempuh b. Meningkatkan status perekonomian dengan mencari pekerjaan yang lebih mapan. c. Meningkatkan pengetahuan tentang praktik pencegahan penularan kusta dengan cara mengikuti penyuluhan tentang kusta yang diadakan pihak Puskesmas. Agar responden lebih mengetahui tentang definisi, penyebab, tanda-tanda dan cara penularan kusta sehingga dapat menghindari penularan kusta secara dini. 2. Bagi Petugas Puskesmas Petugas puskesmas perlu melakukan penyuluhan tentang cara penularan, pencegahan, penyebab dan tanda-tanda penyakit kusta serta tujuan pengobatan penyakit kusta. Dan tindakan yang perlu dilakukan petugas kesehatan adalah pemeriksaan kontak serumah minimal enam bulan sekalali kepada anggota keluarga maupun penderita yang sudah selesai minum obat.

DAFTAR PUSTAKA 1. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Penularan. Jakarta: Erlangga. 2005 3. Rekapitulasi Data Penyakit Kusta.Puskesmas Gayamsari tahun 2011-2013 4. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003 32. Zulkifli. 2002. Penyakit kusta dan masalah yang di timbulkannya. Diperoleh dari:http:library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-zulkifli2.pdf

RIWAYAT HIDUP Nama : IKA SETYANINGRUM Tempat tanggal lahir : Blora,10 Maret 1991 Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Temuireng Rt/Rw 07/02, Kec.Jati. Kab. Blora Riwayat pendidikan 1. SD Negeri Temuireng 1, tahun1997-2003 2 SLTP Negeri 2 Randublatung, tahun 2003-2006 3. SMU St.LOUIS Randublatung, tahun 2006-2009 4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro tahun 2009

Ika Setyaningrum