BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki objek yang spesifik. Cemas dialami secara subjektif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

mendalam (insight) (Suparyo, 2010) : (1) Identifikasi, anak mengidentifikasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut, Seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO (1998) dalam Nugroho (2000) lanjut usia meliputi : usia

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh Siti Rohmah, S.SiT. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Ada beberapa pengertian tentang kecemasan, diantaranya disampaikan oleh Kaplan dan Saddok (1997) kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan atau memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan adalah perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang. Kecemasan juga didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom (Hudak & Gallo, 1997). Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002) kecemasan merupakan reaksi yang normal terhadap stres dan ancaman bahaya, kecemasan juga dapat dikatakan sebagai reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun yang dibayangkan. 7

8 b. Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan, menurut Stuart & Sundeen ( 1998 ) meliputi : 1). Faktor predisposisi Ada beberapa teori yang mendukung munculnya kecemasan antara lain : a). Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan, konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian (id dengan superego), dimana id mewakili dorongan insting sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya, ego memenuhi tuntutan ke dua elemen (mengingatkan adanya bahaya). b). Dalam pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal, kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. c). Dalam pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

9 d). Dalam kajian keluarga menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal biasa yang ditemui dalam suatu keluarga. e). Dalam kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines, reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan dan penghambat asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) mungkin memainkan peranan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. 2). Faktor presipitasi Stressor pencetus kecemasan mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori : a). Ancaman terhadap integritas seseorang Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b). Ancaman terhadap sistem diri seseorang Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat membahayakan identitas, harga diri, fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

10 c. Rentang respon kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut, kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan dan tingkat kecemasan terdiri atas : 1). Kecemasan ringan Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. 2). Kecemasan sedang Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami rentang perhatian yang lebih selektif namun masih dapat melakukan sesuatu lebih terarah. 3). Kecemasan berat Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang terhadap suatu objek, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memuasatkan pada suatu area lain.

11 4). Panik Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror, perhatian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali sehingga orang mengalami kepanikan dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik disertai dengan dengan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. RENTANG RESPONS ANSIETAS Respons adaptif Respons maladaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998 ) d. Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan Respon perilaku, kognitif dan afektif pasien terhadap kecemasan antara lain : 1). Respon perilaku Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari

12 hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindar, dan hiperventilasi. 2). Respon kognitif Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, takut kehilangan control, takut pada gambar visual, takut cedera atau kematian. 3). Respon afektif Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan, teror. Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada pasien yang mengalami kecemasan antara lain : 1). Tanda fisik a). Gemeteran, kedutan, merasa terguncang b). Nyeri punggung, nyeri kepala c). Ketegangan otot d). Nafas pendek, hiperventilasi e). Mudah capai f). Respon mengejutkan

13 g). Hiperaktivitas otonomik : kemerahan dan pucat, takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan dingin, diare, mulut kering, (xerostomia), frekuensi menurun, parestesia, sulit menelan 2). Gejala psikologis a). Perasaan ketakutan b). Sulit berkonsentrasi c). Insomnia d). Penurunan libido e). Tenggorokan terasa seperti tersumbat f). Seperti ada kupu-kupu di lambung 2. Pembedahan a. Pengertian Pembedahan adalah cara pengibatan dengan memotong, mengiris dan sebagainya bagian tubuh yang sakit (Smeltzer dan Bare, 2002). Pra operasi adalah merupakan kondisi dimana seseorang telah siap dilakukan pembedahan untuk tujuan pengobatan. Perioperatif adalah kegiatan yang terjadi selama melakukan tindakan pembedahan (operasi) terhadap seseorang atau pasien dengan penyakit tertentu untuk suatu tujuan pengobatan atau penyembuhan. Post operatif adalah kondisi pasien telah selesai dilakukan tindakan pembedahan

14 baik itu operasi besar ataupun kecil dengan menggunakan general anestesi ataupun lokal anesteri. b. Pengaruh fisiologis dan psikologis akibat pembedahan Pengaruh pembedahan yang dialami oleh pasien pada fase pre operasi dibedakan menjadi dua macam antara lain : 1). Respon fisiologis Operasi besar merupakan stressor dan memicu respon neuroendocrine. Respon ini terdiri dari sistem saraf simpati dan respon hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cedera, gejala fisik kecemasan terdiri dari kenaikan kecepatan nadi pernafasan, telapak tangan menjadi basah, gerakan tangan yang terus- menerus (tremor), kegiatan motorik verbal dan gelisah, sehingga salah satu yang sangat dikehendaki sebelum operasi bedah adalah mencegah kecemasan (Rasmun, 2004). 2). Respon psikologis Orang berbeda-beda dalam menanggapi operasi atau pembedahan sehingga responnya berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu terjadi ketakutan dan penghayatan yang umum. Sebagaian ketakutan pra bedah adalah keingingan untuk mengelak dan orang tidak ingin mengetahui penyebabnya. Takut yang belum diketahui penyebabnya adalah umum, bila diagnosis belum pasti, takut hasil pemeriksaan keganasan, takut anesthesia dan takut tidak bangun

15 lagi, takut nyeri, berubah bentuk, kurang pengetahuan atau salah persepsi (Nightingale, 2003). 3. Perilaku Keluarga a. Pengertian Menurut S. Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan peran manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan berketuhanan. b. Faktor-faktor pembentuk perilaku Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku terbentuk dari tiga faktor, yaitu : a. Faktor - faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. b. Faktor - faktor pendukung (enambling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas - fasilitas atau sarana - sarana kesehatan. c. Faktor -faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain.

16 Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadik (timbul dan hilang saat - saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya, sehingga perilaku timbul karena dorongan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ( Purwanto, 1999 ). 4. Dukungan Keluarga Terdapat tiga mekanisme instrinsik pada peningkatan kesehatan : perawatan diri, bantuan bersama (dukungan sosial) dan peningkatan lingkungan. Perlunya dukungan sosial telah diakui di banyak bidang kehidupan mulai dari perawatan kesehatan fisik sampai pada perawatan kesehatan mental pasien. Penerimaan dukungan emosional dari orang lain dapat membantu pasien mengatasi hambatan atau belajar ketrampilan atau perilaku baru, dukungan sosial ini sangat penting bagi kesembuhan pasien ( Stolte, 2004 ). Dengan memberi dukungan mental pasien menghadapi stres dan kecemasan, berarti keluarga telah meningkatkan kemampuan pasien, menghemat hari rawat, menghemat biaya perawatan dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan pasien dalam menghadapi pembedahan (Keliat, 1999).

17 5. Pengetahuan Keluarga Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain : a. Tahu (Know) Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintegrasikan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

18 c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan mater atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dalam penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

19 penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 6. Sikap (attitude) keluarga Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak, dimana pembentukan sikap seseorang sangat ditentukan oleh faktor intrinsik yang meliputi kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan serta kebutuhan dan motivasi seseorang dan faktor ekstrinsik meliputi pendidikan, ideologi, ekonomi, politik dan pertahanan dan keamanan (Widayatun, 1999). Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : a. Menerima (Receiving) yaitu orang yang mau dan memperhatikan stikulus yang diberikan. b. Merespon (Responding) yaitu memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Menghargai (Valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (Responsible) yaitu bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.

20 B. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan teori bab II, dapat disusun kerangka teori sebagai berikut : Faktor presdisposisi : 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Sikap 4. Tradisi Faktor pendukung : Fasilitas atau sarana kesehatan Perilaku keluarga Faktor pendorong : Sikap dan perilaku petugas kesehatan Gambar 2.2. Kerangka Teori, modifikasi dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003). C. Kerangka Konsep Variabel bebas Pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga Variabel terikat Perilaku keluarga dalam mengurangi kecemasan pra operasi Gambar 2.3. Kerangka Teori Konsep D. Hipotesa Penelitian Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga dengan perilaku keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien pra operasi. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang dukungan keluarga dengan perilaku keluarga dalam mengurangi kecemasan pasien pra operasi.