KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN. Bakhtiar

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANDALAN ANALISA METODE MOCK (STUDI KASUS: WADUK PLTA KOTO PANJANG) Trimaijon. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

DAFTAR PUSTAKA. Ariansyah Tinjauan Sistem Pipa Distribusi Air Bersih di Kelurahan Talang

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN KOTA PAMEKASAN DAN SEKITARNYA

STUDI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR KAWASAN PANGANDARAN TESIS BAMBANG SUMANTRI NIM :

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA

BAB IV ANALISIS DATA

Keywords: water supply, water demand, water balance,cropping

TESIS ABDULLAH ABID NIM :

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN KANTONG LUMPUR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KABUPATEN TAPANULI SELATAN

ANALISIS PENGEMBANGAN MANFAAT SITU (STUDI KASUS : SITU CANGKUANG, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT) ABSTRACT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

PERENCANAAN EMBUNG SEMAR KABUPATEN REMBANG. Muchammad Chusni Irfany, Satriyo Pandu Wicaksono, Suripin *), Sri Eko Wahyuni *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

SIMULASI WADUK PETANI UNTUK MELAYANI AIR BAKU PDAM TIRTA DHARMA DURI

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR DAS ASAM-ASAM DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE MOCK

ANALISIS PERENCANAAN ULANG PEMBERIAN AIR IRIGASI DI D.I. ANDONG BANG CILONGOK BANYUMAS SKRIPSI

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Optimasi Irigasi pada Daerah Irigasi Segaran Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

KETERSEDIAAN DEBIT AIR UNTUK IRIGASI PEDESAAN DI SUNGAI CIPELES JAWA BARAT

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

PERENCANAAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN PURWOREJO. Claudia Ratna KD, Dwiarta A Lubis Sutarto Edhisono, Hary Budieni

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

PERENCANAAN EMBUNG TAMANREJO KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL. Bachtiar Khoironi Wibowo, Arvie Narayana, Abdul Kadir *), Dwi Kurniani *)

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO OPTIMASI PARAMETER MODEL MOCK UNTUK MENGHITUNG DEBIT ANDALAN SUNGAI MIU. I Gede Tunas *

ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

DESAIN ULANG BENDUNG UNTUK PENINGKATAN DEBIT AIR IRIGASI DI WAEKOKAK KEC LELAK KAB MANGGARAI NTT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERENCANAAN EMBUNG SIDOMULIH KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

BAB III METODE. Mulai. Pekerjaan Lapangan

water quantity and quality; the domestic needs of the population; management of potential sources of water.

Prediksi Pasok Dan Kebutuhan Air Sungai Ciliwung Pada Ruas Jembatan Panus Sampai Manggarai

ANALISIS KAPASITAS TAMPUNGAN WADUK SUNGAI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

KAJIAN SEDIMENTASI RENCANA BANGUNAN PENAHAN SEDIMEN SUNGAI KAPUR KECIL

EVALUASI DAN SIMULASI POLA OPERASI WADUK TILONG DI KABUPATEN KUPANG

Aplikasi Model Regresi Dalam Pengalihragaman Hujan Limpasan Terkait Dengan Pembangkitan Data Debit (Studi Kasus: DAS Tukad Jogading)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

ABSTRAK Faris Afif.O,

DESAIN BENDUNG KALIGENDING PADA DAERAH NON CEKUNGAN AIR TANAH (NON CAT)

KAJIAN DEBIT LIMPASAN DITINJAU DARI ASPEK TATA GUNA LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU

PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI UJUNG GURAP UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGOLAHAN AIR IRIGASI

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

PERENCANAAN BENDUNG CIKAWUNG PADA DAERAH NON-CEKUNGAN AIR TANAH DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN ABSTRACT Bakhtiar Provision of an adequate quantity of water has been a matter of concern since the beginning of civilization. Rivers is an important water resource for water supply. The availability of water to be supplied for many purpose of demand is measured in discharge. There are several methods can be used to calculate and analyze it. In this research and paper two methods was used and compared. There are FJ Mock method called water balance method, compared with actual discharges that measured at field. From the process in analyzing and comparing its appeared that there is two views in evaluate the difference between calculating result and measuring result. First is in absolute amount, and second is in percentage of amount of the difference toward actual amount from measuring in field. The data in this research is used as the case study was taken from Cimanuk River. The conclusion is there will be better to look the difference between the results from calculating method and measuring method, in the absolute amount of discharge. Keywords: available discharge, calculating method, measuring method, percentage value difference, absolute amount difference PENDAHULUAN Air yang jatuh ke permukaan tanah terpisah menjadi 2 ( dua ) bagian yaitu bagian yang mengalir di permukaan yang selanjutnya menjadi air limpasan ( overland flow ), selanjutnya dapat menjadi limpasan ( run off ) dan selanjutnya menjadi aliran sungai yang menuju ke laut. Bagian lainnya masuk ke dalam tanah melualui proses infiltrasi, tergantung dari struktur geologinya. Bagian air ini juga mencapai sungai dan atau ke laut. Memperhatikan penjelasan diatas sebenarnya aliran yang terukur di sungai terdiri dari 4 unsur penting yaitu : a) Air yang berasal langsung dari air hujan b) Limpasan permukaan c) Aliran antara d) Aliran air tanah Pada tulisan ini Daerah Pengaliran Sungai yang menjadi objek kajian adalah Daerah pengaliran Sungai Cimanuk dengan batasan daerah tangkapan terletak di outlet Bendung Rentang, dimana luas Daerah Pengaliran Sungai yang masuk ke Bendung Rentang yaitu 2.034 km² yang terdiri dari : Kabupaten Kuningan : 5.49 km² Kabupaten Majalengka : 917.50 km² Kabupaten Sumedang : 523.75 km² Kabupaten Garut : 587.64 km² METODOLOGI Metoda Water Balance Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan rata-rata bulanan dengan mengetahui jumlah hari yang terjadi se hingga dapat diketahui penguapan yang terjadi (evapotrasnpirasi potensial) dan perhitungan evapotranspirasi yang didapat adalah limited evapotranspiration. Besarnya faktor-faktor pendukung perhitungan yang diambil sebagai berikut : Expose surface diambil sebesar 20% Harga faktor resesi k diambil 0.68 Harga koefisien infiltrasi diambil sebesar 0.40 Soil moisture maksimum diambil 200 m Perhitungan dilakukan secara tabelaris Dalam perhitungan debit tersedia ini Dihitung dengan metoda dari F.J Mock Banyaknya air yang tersedia di sungai dihitung dengan rumus : dimana : (m 3 /det) (Q)n = Banyaknya air yang tersedia di sumber pada saat n Qn = Run off saat n ( m³/det/km² ) A = Luas cathment ( km² ) HASIL PERHITUNGAN Hasil aplikasi teori dan metoda dapat dilihat berupa rangkuman hasil hitungan seperti tertera pada Tabel 1 sampai Tabel 4 dan Gambar 1 sampai dengan Gambar 4.

Tabel 1 Perbandingan Debit Andalan dengan Debit Pengukuran k (FJ Mock) = 0,3 (A) 184,18 178,46 216,08 163,24 83,00 57,61 FJ Mock (B) 154,14 180,50 184,24 144,14 97,19 29,94 Selisih (B-A) -30,04 2,04-31,84-19,10 14,19-27,67 Selisih (absolut) 30,04 2,04 31,84 19,10 14,19 27,67 Prosentase Selisih 16,31% 1,15% 14,74% 11,70% 17,10% 48,03% Debit [m 3 /det] Jul (7) Ags (8) Sep (9) Okt (10) Nop (11) Des (12) (A) 34,13 17,32 18,07 59,87 138,61 192,19 FJ Mock (B) 8,53 2,56 3,39 43,34 119,91 165,84 Selisih (B-A) -25,60-14,76-14,68-16,53-18,70-26,35 Selisih (absolut) 25,60 14,76 14,68 16,53 18,70 26,35 Prosentase Selisih 75,00% 85,22% 81,24% 27,60% 13,49% 13,71% 2 Gambar 1 Perbandingan dan k=0.3 Tabel 2 Perbandingan Debit Andalan dengan Debit Pengukuran k (FJ Mock) = 0,6 (A) 184,18 178,46 216,08 163,24 83,00 57,61 FJ Mock (B) 123,82 176,05 183,95 146,06 105,47 44,74 Selisih (B-A) -60,36-2,41-32,13-17,18 22,47-12,87 Selisih (absolut) 60,36 2,41 32,13 17,18 22,47 12,87 Prosentase Selisih 32,77% 1,35% 14,87% 10,52% 27,08% 22,34%

Debit [m 3 /det] Jul (7) Ags (8) Sep (9) Okt (10) Nop (11) Des (12) (A) 34,13 17,32 18,07 59,87 138,61 192,19 FJ Mock (B) 24,81 14,89 11,62 44,84 111,21 150,15 Selisih (B-A) -9,32-2,43-6,45-15,03-27,40-42,04 Selisih (absolut) 9,32 2,43 6,45 15,03 27,40 42,04 Prosentase Selisih 27,30% 14,03% 35,71% 25,10% 19,77% 21,87% 2 Gambar 2 Perbandingan dan k=0.6 Tabel 3 Perbandingan Debit Andalan dengan Debit Pengukuran k (FJ Mock) = 0,65 (A) 184,18 178,46 216,08 163,24 83,00 57,61 FJ Mock (B) 116,74 172,79 182,19 145,21 106,22 47,28 Selisih (B-A) -67,44-5,67-33,89-18,03 23,22-10,33 Selisih (absolut) 67,44 5,67 33,89 18,03 23,22 10,33 Prosentase Selisih 36,61% 3,17% 15,69% 11,04% 27,98% 17,93% Debit [m 3 /det] Jul (7) Ags (8) Sep (9) Okt (10) Nop (11) Des (12) (A) 34,13 17,32 18,07 59,87 138,61 192,19 FJ Mock (B) 28,41 18,47 14,76 46,67 110,91 148,00 Selisih (B-A) -5,72 1,15-3,31-13,20-27,70-44,19 Selisih (absolut) 5,72 1,15 3,31 13,20 27,70 44,19 Prosentase Selisih 16,75% 6,64% 18,34% 22,04% 19,99% 22,99%

2 Gambar 3 Perbandingan dan k=0.65 Tabel 4 Perbandingan Debit Andalan dengan Debit Pengukuran k (FJ Mock) = 0,68 (A) 184,18 178,46 216,08 163,24 83,00 57,61 FJ Mock (B) 112,43 170,51 180,79 144,37 106,42 48,66 Selisih (B-A) -71,75-7,95-35,29-18,87 23,42-8,95 Selisih (absolut) 71,75 7,95 35,29 18,87 23,42 8,95 Prosentase Selisih 38,95% 4,45% 16,33% 11,56% 28,22% 15,54% Debit [m 3 /det] Jul (7) Ags (8) Sep (9) Okt (10) Nop (11) Des (12) (A) 34,13 17,32 18,07 59,87 138,61 192,19 FJ Mock (B) 30,59 20,80 16,95 48,11 111,07 146,80 Selisih (B-A) -3,54 3,48-1,12-11,76-27,54-45,39 Selisih (absolut) 3,54 3,48 1,12 11,76 27,54 45,39 Prosentase Selisih 10,36% 20,09% 6,22% 19,64% 19,87% 23,62% 2 Gambar 4 Perbandingan dan k=0.68

PEMBAHASAN Suatu model atau metoda disusun melalui proses studi yang tidak selalu mudah dengan waktu yang cukup lama, melalui pengamatan gejala alam yang diikuti oleh penyusunan premis yang menyangkut elaborasi, susunan, serta hubungan variable-variabel serta parameter untuk membentuk gambaran yang sedekat mungkin dengan gejala tersebut di alam secara aktual. Metoda FJ Mock adalah salah satu metoda untuk menggambarkan gejala alam berupa ketersediaan aliran air di alur suatu sungai, yang kita kenal sebagai debit. Aplikasi metoda ini telah diterapkan dalam penelitian ini dengan mengambil wilayah kajian di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Cimanuk di Jawa Barat. Sesuai dengan tujuan dan batasan penelitian dikumpulkan pula data debit yang tersedia berdasarkan pengukuran secara aktual di lapangan, yang untuk kedua hal tersebut ditentukan titik batasan outlet adalah di Bendung Rentang Kabupaten Majalengka. Jika dilihat rangkuman hasil aplikasi model yang sudah dibandingkan dengan hasil pengamatan di lapangan, terlihat bahwa debit andalan yang dihasilkan tidak persis sama. Penelitian ini mengambil pembatasan bahasan pada perbedaan ini, walaupun sebetulnya data lapangan biasanya digunakan untuk masukan kalibrasi. Jika dibandingkan hasil yang tertera pada Tabel 1 sampai Tabel 4, maka dapat disimak bahwa selisih perbedaan cenderung berpola tidak sama berdasarkan bulan pada nilai k yang berbeda. Dimana yang dimaksud dengan pola dalam hal ini adalah apakah hasil model dibandingkan hasil pengukuran lebih besar atau lebih kecil ((B-A) positif atau negative). Untuk nilai k=0.3 harga (B-A) positif terjadi di Februari, untuk nilai k=0.6 di Mei, k=0.65 dan k=0.68 sama di Mei dan Agustus. Nilai positif untuk selisih antara hasil model dikurangi hasil pengukuran ini (B-A), perlu diwaspadai untuk konteks pengertian debit andalan. Sebab ini akan berpotensi kesalahan disain pola pengaturan pemanfaatan air, sebab air yang diproyeksikan ada pada kenyataan lapangannya sebenarnya kemungkinan lebih besar tidak tersedia, sehingga akan terdapat wilayah yang semula diproyeksikan untuk mendapat sebagian distribusi air debit andalan, pada kenyataanya tidak kebagian. Hal ini akan berimplikasi beruntun pada aspek sosial ekonomi yang lebih luas. Nilai selisih perbedaan hasil model dan hasil pengukuran lapangan dapat pula dilihat dari sisi nilai absolutnya. Kemudian nilai absolute inipun bisa dilihat dari dua sisi, pertama adalah dari sisi besaran nilainya, dan yang kedua adalah dari sisi prosentasenya terhadap salah satu besaran debit, yang dalam hal ini ditentukan besaran debit andalan hasil pengamatan lapangan. Pada hasil analisa untuk satu tahun dari mulai bulan Januari sampai Desember, misalnya untuk nilai k=0.3, pada Gambar 1 terlihat secara visual dengan mencolok pada kurva bahwa perbedaan hasil hitungan menjadi sangat jelas untuk debit andalan bulan Maret. Kemudian jika diteliti kembali pada Tabel 1, selisih perbedaan hasil hitungan model FJ Mock dan hasil pengamatan debit dilapangan, besarnya selisih secara nilai absolute adalah 31,843 m 3 /det, dan prosentase nilai absolute selisih ini terhadap debit hasil pengamatan lapangan adalah 14,7 %. Walaupun secara visual dari kurva penyimpangan yang paling mudah terlihat adalah untuk bulan Maret, tetapi jika diteliti kembali Tabel 1 sebenarnya bukanlah merupakan penyimpangan yang paling besar dari sisi prosentase selisih terhadap besaran nilai debit lapangan. Dari sisi prosentase ini penyimpangan hasil hitungan FJ Mock dan pengamatan lapangan justru terjadi untuk bulan Agustus yaitu sebesar 85%. Masih pada Tabel 1 dan Gambar 1 untuk bulan Agustus, hal yang paling menarik adalah bahwa walaupun dari sisi prosentase merupakan yang terbesar selisih ini (85%) dibanding dengan bulan-bulan lain, tetapi sebenarnya dari sisi besaran nilai absolutnya selisih antara debit hasil perhitungan dan

pengamatan lapangan adalah 14,76 m 3 /det dan bukan yang terbesar. Untuk memperdalam kajian, masih dalam Tabel 1 (untuk nilai k=0.3) dapat dibandingakan antara bulan Agustus dan bulan Nopember. Dari sisi besaran nilai absolute selisih hasil hitungan dan hasil pengamatan untuk bulan Nopember, yaitu 18,704 m 3 /det, lebih besar dari bulan Agustus, yaitu 14,76 m 3 /det. Akan tetapi dari sisi prosentase terhadap besaran nialai debit hasil pengamatan lapangan {[(B-A)/A] x 100%}, justru sebaliknya, untuk bulan Nopember hanya 13,5%, jadi lebih besar bulan Agustus. Angka prosentasi selisih yang lebih kecil dari 5% hanya terjadi untuk bulan Februari yaitu 1,1%, dengan nilai absolute selisih 2,045 m 3 /det. Hal ini sama untuk nilai k=0,6 (Tabel 2 dan Gambar 2), k=0,65 (Tabel 3 dan Gambar 3) maupun k=0,68 (Tabel 4 dan Gambar 4). Di bulan Februari inilah debit andalan hasil hitungan metoda FJ Mock paling mendekati hasil pengamatan lapangan. Fokus perhatian terhadap hasil penelitian ini selanjutnya adalah: Apakah untuk menilai tingkat keabsahan hasil hitungan metoda FJ Mock lebih baik dilihat dari sisi nilai selisih absolute atau nilai prosentase selisih terhadap hasil pengamatan lapangan?. Untuk menjawab pertanyaan diatas perlu dikembalikan pada pengertian dan pemahaman tentang maksud dari dimunculkannya variable debit dalam kaitan dengan manfaat sumber air dalam kajian bidang teknik sipil. Selisih debit sebesar 1 satuan (m 3 /detik) sangat besar artinya dalam teknik sipil sumber air. Sebagai kaji banding, dapat dikemukakan kembali bahwa kebutuhan debit irigasi teknis untuk persawahan adalah sebesar 1 liter/detik/ha. Dengan demikian untuk mengevaluasi hasil hitungan terhadap hasil pengamatan lapangan lebih baik ditinjau dari sisi nilai absolute selisih debit daripada nilai prosentase selisih terhadap debit aktual lapangan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil penelitian, analisa, serta pembahasannya, dapat ditarik kesimpulan berikut: 1. Dalam menggunakan hasil hitungan debit andalan metoda FJ Mock perlu terlebih dahulu dikalibrasi dengan hasil pengamatan debit aktual di lapangan. 2. Untuk mengevaluasi hasil hitungan dibandingkan dengan hasil pengamatan lapangan lebih baik diteliti dari sisi nilai besaran absolute selisih debit, daripada dari sisi prosentase besaran selisih terhadap besaran debit hasil pengamatan. 3. Batasan bahwa selisih 5% terhadap hasil pengamatan lapangan dijadikan acuan keabsahan hasil hitungan debit andalan perlu dikaji ulang, sebab ternyata ditinjau dari makna debit dan manfaat sumber air hal ini terbukti dapat menyesatkan jika digunakan dalam perencanaan dan perancangan sumber daya air. DAFTAR PUSTAKA 1. Soemarto, C.D., 1995, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta, vi+316 hlm. 2. Sosrodarsono, Suyono, dan Tominaga, Masateru, (Penerjemah: Gayo, M.Yusuf), 1994, Perbaikan dan Pengaturan Sungai, Pradya Paramita, Jakarta, viii+347 hlm. 3. Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air, Ed. II, Penerbit ANDI, Yogyakarta, xvi + 210 hlm. 4. Tjahjadi, Dedi, 2007, Diktat Kuliah Pengembangan Sumberdaya Air, Program MP PSDA, ITB, Bandung.