I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

Powered by TCPDF (

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I P E N D A H U L U A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

`BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan, baik oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANDUNG BARAT

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Insidensial. Bencana Alam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

MITIGASI BENCANA BENCANA :

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia. Indonesia juga berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia. Akibatnya kondisi ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap beragam bencana, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah penyakit, kekeringan dan gunung api. Rahmatia (2008:1) Menurut Undang- Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, pasal 1 angka 1 menerangkan Bencana ialah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan serius pada masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam ataupun faktor non alam maupun faktor manusia sehingga menyebabkan korban jiwa serta kerugian yang meluas. Kerugian tersebut dapat meliputi segi materi, ekonomi maupun lingkungan. Carter dalam Kusumasari (2014:4) mengidentifikasi empat karakteristik yang membedakan bencana dengan kejadian lainnya yang terjadi dalam kehidupan masyrakat. Pertama adalah focus pada kekacauan, yaitu dalam hal kecepatan

2 serangan, prediksi dan luasnya. Kedua adalah kaitan efek atau dampak dari kejadian tersebut terhadap manusia misalnya kematian, cedera atau penyakit,dan menyebabkan penderitaan. Ketiga adalah kerusakan atau kehancuran infrastruktur, seperti fasilitas penyangga hidup serta komunikasi dan layanan penting. Keempat adalah adanya kebutuhan terhadap bantuan kemanusiaan, seperti perawatan kesehatan, tempat tinggal, makan, pakaian, dan kebutuhan sosial lainnya. Belakangan ini sendiri bencana terjadi hampir setiap tahun di wilayah Indonesia, di daerah- daerah provinsi dan juga ibukota Negara Indonesia pun tak luput dari terjadinya bencana. Bencana- bencana yang terjadi di Indonesia sangat variatif, seperti tsunami yang terjadi di Provinsi Aceh, gempa bumi yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia yaitu Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jogja, dan Kabupaten Liwa, baniir yang juga terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti Manado bahkan juga Ibukota Negara, tanah longsor yang terjadi di beberapa wilayah, seperti Jawa Barat, dan juga Kota Bandar Lampung, gunung meletus yang terjadi di Jogja. Dampak dari bencana tersebut pada akhirnya banyak memakan korban, baik korban jiwa serta kerugian harta benda.

3 Adapun daftar kejadian bencana di Indonesia periode 2010 2014 seperti yang tertera pada tabel dibawah ini. Tabel 1.1 Daftar Kejadian Bencana di Indonesia Periode 2010 2014 No Jenis Bencana Jumlah Korban Kejadian Meninggal Hilang Terluka Mengungsi 1 Banjir 3.199 893 252 3.269 1.021.209 2 Tanah Longsor 1.576 826 67 708 39.379 3 Gempa Bumi 86 75-3.751 58.875 4 Gempa Bumi & Tsunami 1 447 56 496 15.353 5 Letusan Gunung Berapi 30 439-2217 169.891 6 Angin Siklon 2.252 151 34 952 6171 Total Korban 7.144 2.831 409 11.395 1.310.878 Sumber (dibi.bnpb.go.id diakses tanggal 21 November 2014 pukul 14.00) Dari penjelasan tabel diatas bencana banjir masih mendominasi kejadian bencana di Indonesia periode 2010 2014, dengan total kejadian bencana mencapai angka 3.199. Namun yang perlu diingat kejadian bencana yang lain juga, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, angin siklon, dan letusan gunung berapi sewaktu waktu dapat terjadi dan memakan korban yang cukup banyak seperti yang tertuang pada tabel diatas. Kejadian bencana di Indonesia tentunya sangat merugikan masyarakat yang terkena imbas dari bencana tersebut, baik mengalam kerugian materil dan non materil. Intervensi pemerintah dalam penanggulangan bencana menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan jaminan keselamatan masyarakat telah diatur dalam undang- undang dan dijamin oleh pemerintah. Pada tahun 2007 pemerintah menetapkan Undang-

4 Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dengan mendirikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menggantikan Bakornas PB, serta mendirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menggantikan satkorlak PB dan Satlak PB. Tugas pokok fungsi BNPB dan BPBD sendiri ialah menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekontruksi secara adil dan setara, serta sebagai pihak yang mengkoordinasikan kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lainnya yang terlibat dalam permasalahan bencana yang terjadi di daerah tersebut. Fungsi nya ialah merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien, dan pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terecana, terpadu dan menyeluruh. Provinsi Lampung termasuk dalam lima belas besar Provinsi yang rentan terhadap Bencana. Ini disebabkan karena kondisi Geologi dan letak topografi Provinsi Lampung yang merupakan Daerah berbukit serta berbatasan dengan pegunungan berapi aktif. Rawan bencana di Provinsi Lampung sendiri sangat variatif, seperti Banjir, Gempa Bumi, Tanah Longsor dan kebakaran. Adapun daerah yang rawan banjir seperti Bandar Lampung, Kabupaten Tanggamus, serta Kabupaten Mesuji. Tanah longsor di beberpa daerah seperti Bandar Lampung, Tanggamus, Kabupaten Pesisir Barat, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara, serta

5 Kabupaten Way Kanan. (http://antaralampung.com/print/261336/lampung-tergolongdaerah-rawan-bencana-alam. diakses tanggal 20 November 2014 pukul 09.15) Salah satu daerah di Provinsi Lampung adalah Bandar Lampung dilihat dari kondisi geografis, geologis merupakan daerah yang rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekwensi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan wilayah Bandar lampung sendiri berbatasan langsung dengan lautan lepas di bagian selatan, selat sunda, di sebagian wilayah timur, serta berbatasan dengan wilayah lain dalam provinsi Lampung yang mempunyai daerah pegunungan. ( Dokumen BPBD kota Bandar Lampung) Menurut BPBD Kota Bandar Lampung selama periode 2013-2014, di Bandar Lampung telah terjadi banyak bencana, rinciannya ialah pohon tumbang sebanyak 124 kasus, kebakaran 81 kasus, banjir 19 kasus, tanah longsor 10 kasus. Total kerugian sebanyak 1.191 unit bangunan, terdiri dari 681 unit rusak ringan serta 510 unit rusak berat. Seperti kasus yang terjadi yakni banjir berada di Jalan Pulau Morotai (Perum Gunung Madu) Kelurahan Jagabaya III, Kecamatan Way Halim, dengan ketinggian air sepinggang orang dewasa dan 425 rumah yang terendam. Lalu, di Jalan Yos Sudarso (Gunung Kunyit), Keluruhan Nila Kandi, Kecamatan Bumi Waras, air setinggi 50 cm. Mengenai tanah longsor, terjadi di Jalan Gatot Subroto, Gang Djarum Super, RT 14 LK 2, Kelurahan Bumi Raya, Kecamatan Bumi Waras. Sedikitnya 14 rumah yang tertimbun, enam di antaranya mengalami rusak parah, dan sisanya delapan rumah rusak ringan. (http://lampung.tribunnews.com/2013/10/13/ini-daerah-

6 di-bandar-lampung-yang-terkena-bencana-hari-ini diakses pada tanggal 2 mei 2014 pukul 14:20) Sejak 19 januari hingga 28 april 2014 Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Bandar Lampung mencatat sebanyak 34 kasus kebakaran telah terjadi di sebagian wilayah kota Bandar lampung, bila jumlah itu dibagi, maka setiap bulannya terjadi sebanyak delapan kasus kebakaran yang ada di Bandar lampung, dari jumlah kebakaran tersebut menimbulkan korban meninggal berjumlah dua orang. (http://www.saibumi.com/artikel-3340-tiap-bulan-delapan-kebakaran-terjadi-dibandar-lampung.html diakses pada tanggal 4 mei 2014 pukul 15:15 ) Adanya bencana yang terjadi di Bandar Lampung diperlukan kemampuan organisasi publik dalam melaksanakan penanggulangan bencana. Aspek kemampuan (kapabilitas) organisasi publik menurut Amit dan Schomaker dalam Kusumasari (2014:45) dilihat sebagai kapasitas organisasi untuk mengerahkan sumber daya, menggunakan proses organisasi untuk mempengaruhi tujuan yang diinginkan. Kapasitas pemerintah daerah dalam menaggulangi bencana yang terjadi di daerah menjadi sangat penting untuk meminimalisir dampak bencana yang terjadi serta melakukan aksi pemulihan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai pihak atau wakil dari pemerintah kehadiran dan kemampuannya dalam menjalankan tugas sangat diperlukan, selain itu juga BPBD sebagai pusat yang mengkoordinir perangkat daerah

7 lainnya yang terlibat dalam hal menanggulangi bencana harus memberikan respon yang cepat terhadap kejadian kejadian yang akan menimbulkan bencana. Dengan penanggulangan bencana yang baik BPBD harus melakukan kegiatan mitigasi sejak awal, untuk mengihindarkan bencana yang lebih besar. Penulis memilih BPBD Kota Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian, karena seperti yang telah dijelaskan diatas BPBD Kota Bandar Lampung merupakan wakil Pemerintah yang bertanggung jawab menangani serta pusat yang mengkoordinir satuan perangkat daerah lainnya dalam hal menanggulangi bencana sehingga dapat mempermudah penulis dalam mencari informasi yang dibutuhkan secara tepat. Kapabilitas ataupun kemampuan yang baik dari Pemerintah (terutama Lembaga yang menangani bencana) dalam penanganan atau penanggulangan bencana di Kota Bandar Lampung masih belum optimal. Padahal pemerintah menyadari isu isu ketidakpastian dan perubahan lingkungan telah menjadi isu terdepan serta menjadi isu global perubahan iklim. Namun masalahnya belum menjadi bagian dari kebijakan strategis dari Pemerintah Kota Bandar Lampung. Kondisi ini membuat masyarakat tidak berdaya mengahadapi bencana yang dapat datang secara tiba tiba. Selain kurang tanggapnya BPBD Kota Bandar Lampung dalam menanggulangi bencana, masalah diatas terjadi karena kurang terjalin komunikasi yang baik antara BPBD dan masyarakat,, kurangnya sosialisasi dari BPBD menyebabkan kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan masyarakat terhadap bahaya bencana. Serta belum

8 adanya Sumber Daya Manusia yang ahli dan tekhnologi yang canggih sebagai alat deteksi dini dalam melakukan kegiatan penanggulangan bencana membuat kegiatan penaggulan bencana masih belum optimal. Berbagai bencana yang terjadi di Bandar Lampung memerlukan proses manajemen bencana yang baik. Menurut Kusumasari (2014:21), dalam siklus hidup manajemen bencana, hanya ada empat aktivitas yang dilakukan yakni mitigasi, kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan. Empat komponen tersebut dapat dilaksanakan dengan melihat sejauh mana kapabilitas yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Bandar Lampung. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti kapabilitas pemerintah daerah Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan bencana. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung Dalam Penanggulangan Bencana? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diangkat, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kapabilitas BPBD Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan bencana serta kendala - kendala yang dihadapi oleh BPBD dalam penanggulangan bencana

9 D. Manfaat penelitian 1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi studi Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai organisasi dan manajemen publik. 2. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan Kapabilitas Penanggulan Bencana.