Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

dokumen-dokumen yang mirip
PENYISIHAN KANDUNGAN PADATAN LIMBAH CAIR PABRIK SAGU DENGAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB PADA KONDISI START-UP

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

PENGARUH WAKTU TINGGAL HIDROLIK TERHADAP PENYISIHAN PADATAN PADA PENGOLAHAN SLUDGE IPAL PULP AND PAPER MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROBIK

Agnita Febyanti, Adrianto Ahmad, Bahruddin Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia-Universitas Riau

KESTABILAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB BERMEDIA BATU PADA KONDISI START-UP DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK SAGU

Keywords: anaerobic, continuous, hybrid bioreactor, hydraulic retention time, solid concentrations, two-stage, wastewater of sagoo industry.

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari

Kajian Aklimatisasi Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Sagu Secara Anaerob

Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob

Kata kunci: Anaerob; Bioreaktor hibrid; Penyisihan COD; Waktu tinggal hidrolik

Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru

PENGARUH LAJU ALIR UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENYISIHAN PADATAN DALAM LIMBAH CAIR PULP DAN KERTAS DENGAN REAKTOR KONTAK STABILISASI

Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Produksi Biogas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

Adrianto Ahmad, Bahruddin, dan Nurhalim

PENGARUH LAJU PEMBEBANAN ORGANIK TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAGU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB

Penyisihan Minyak Lemak Yang Terkandung Dalam Limbah Cair Industri Minyak Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

Pengaruh Waktu Detensi Terhadap Efisiensi Penyisihan COD Limbah Cair Pulp dan Kertas dengan Reaktor Kontak Stabilisasi ABSTRACT

Penyisihan Karbohidrat dari Limbah Cair PKS dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap ph, Alkalinitas dan Asam Volatil Dalam Bioreaktor Hibrid Anaerob Dua Tahap Pada Pengolahan Limbah Cair Industri Sagu

KAJIAN AKLIMATISASI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK SAGU SECARA ANAEROB

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kombinasi Pengolahan Anaerob dan Membran Ultrafiltrasi Berbahan Polipropilen Untuk Proses Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR UAF (UPFLOW ANAEROBIC FILTER)

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

LAPORAN TAHUNAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING IX/1 TAHUN Bioreaktor Membran Anaerob Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak Sawit

Biokonversi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hybrid Anaerob Fasa Tunggal

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

adanya gangguan oleh zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT UNTUK LAND APPLICATION

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

Produksi Biogas Dari Limbah Peternakan Sapi

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bioreaktor Hybrid Anaerob Dua Fasa Untuk Biokonversi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

Efisiensi Penyisihan COD Dan Pembentukan Biogas Dalam Pengolahan Sludge IPAL Industri Pulp And Paper Dengan Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

3. METODE PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

Keywords : Anaerobic process, biogas, tofu wastewater, cow dung, inoculum

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR ANAEROB-AEROB BERMEDIA KARBON AKTIF DENGAN VARIASI WAKTU TUNGGAL

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

METODE Persiapan tempat

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman

OPTIMASI EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN DAN PABRIK TAHU DENGAN REAKTOR ANAEROBIK BERSEKAT

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PROSIDING SNTK TOPI 212 ISSN. 197-5 Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up Taufiq Ul Fadhli, Adrianto Ahmad, Yelmida Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia-Universitas Riau Jl. HR Subrantas Km 12,5 Kampus Bina Widya Panam Pekanbaru 28293 adriantounri@gmail.com Abstrak Limbah cair sagu meningkat seiring dengan perkembangan industri sagu di Indonesia. Limbah cair sagu bersifat asam, berbau busuk dan memiliki konsentrasi padatan yang tinggi. Padatan adalah salah satu parameter dalam mengidentifikasi tingkat pencemaran suatu limbah cair. Padatan limbah cair pabrik sagu dapat berupa padatan organik dan anorganik. Padatan organik umumnya dapat didegradasi oleh mikroorganisme, sementara padatan anorganik sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, limbah cair sagu ini perlu penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air atau perairan. Penanganan padatan dari limbah cair pabrik sagu dapat dilakukan secara anaerob menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu. Keberhasilan bioreaktor ini dalam mengolah limbah cair tergantung pada strategi melakukan start-up bioreaktor. Penelitian ini bertujuan untuk menyisihkan dan mendapatkan tingkat penurunan kandungan padatan limbah cair sagu pada kondisi start-up. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses start-up bioreaktor hibrid anaerob berlangsung selama 57 hari dengan WTH 2 L/hari, kondisi operasi suhu ruang dan ph rata rata 6,. Efisiensi penyisihan TS sebesar 63 %, TVS sebesar 43 %, sebesar 6 % dan VSS sebesar 61 %. Hal ini menunjukkan bahwa bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu baik dalam menyisihkan kandungan padatan limbah cair pabrik sagu. Kata kunci : Anaerob, Bioreaktor Hibrid, Limbah Cair Sagu, Penyisihan Kandungan Padatan, Start-up 1 Pendahuluan Perkembangan industri sagu dalam beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Dampak positif yaitu meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah. Limbah cair sagu umumnya bersifat asam, berbau busuk dan konsentrasi padatan tinggi [Banu et al, 26]. Bila limbah cair tersebut langsung dibuang ke perairan sangat berpotensi mencemari lingkungan. Untuk itu dilakukan pengolahan limbah cair sebelum limbah cair tersebut dibuang ke perairan [Ahmad, 1992]. Karakteristik padatan dalam limbah cair pabrik sagu memiliki padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, ) senilai 1,45 gr/l yang melebihi kadar maksimum baku mutu limbah yang ditentukan oleh pemerintah RI melalui KEPMEN Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 untuk senilai,1 gr/l. yang cukup tinggi tersebut mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari kedalam badan air, meningkatnya kekeruhan air dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme dan kelarutan oksigen di dalam perairan [Huda, 29]. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah cair pabrik sagu secara anaerob dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu. Bioreaktor hibrid anaerob yang digunakan merupakan penggabungan antara sistem pertumbuhan mikroorganisme tersuspensi dan pertumbuhan melekat. Pada sistem pertumbuhan tersuspensi (suspended growth), mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi didalam fasa cair. Sedangkan dalam sistem pertumbuhan melekat (attached growth), mikroorganisme tumbuh dan berkembang melekat diatas media pendukung dengan membentuk lapisan biofilm [Ahmad, 29]. Diharapkan dengan penggabungan kedua sistem pertumbuhan mikroorganisme ini, akan diperoleh hasil yang lebih

PROSIDING SNTK TOPI 212 ISSN. 197-5 maksimal, konsentrasi biomassa tinggi dan efisiensi padatan total yang tinggi. Bioreaktor ini memiliki kelebihan dalam mempertahankan konsentrasi biomassa dengan jumlah yang tinggi didalam bioreaktor sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengolahan air buangan dengan konsentrasi organik tinggi. Keberhasilan bioreaktor ini dalam mengolah limbah cair tersebut sangat tergantung kepada strategi melakukan start-up bioreaktor. Start-up ini bertujuan untuk mengembangbiakan bakteri anaerob didalam sistem bioreaktor sehingga diperoleh bakteri anaerob yang terbiasa memanfaatkan limbah cair sagu sebagai substrat. Febyanti [21] melakukan penelitian menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu dalam pengolahan limbah cair industri minyak sawit memperoleh waktu proses start-up selama 1 hari dan efisiensi penyisihan padatan tersuspensi total () sebesar 32%. Rahmi [211] melakukan penelitian menggunakan bioreaktor hibrid anaerob dalam mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit didapatkan waktu proses start-up selama 39 hari dan efisiensi penyisihan sebesar 6%. Dalam penelitian ini media pendukung pertumbuhan biomassa yang digunakan adalah batu. Batu dipilih karena dianggap lebih murah, kuat, mudah didapat, dan dianggap cukup baik sebagai tempat melekatnya mikroorganisme [Syafila et al, 23]. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyisihkan dan mendapatkan tingkat penurunan kandungan padatan limbah cair sagu pada kondisi start-up serta mendapatkan waktu optimal pada proses start-up dalam mengolah limbah cair pabrik sagu. Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Pabrik Sagu PT. SWS Parameter Nilai Satuan ph 6,2 - Total Solid (TS) 3,76 gr/ L Total Volatile Solid (TVS),64 gr/ L Total Suspended Solid () Volatile Suspended Solid (VSS) 1,27 gr/ L.34 gr/ L 2.2 Bioreaktor Hibrid Anaerob Bioreaktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah bioreaktor hibrid anaerob yang menggabungkan sistem pertumbuhan bakteri tersuspensi dan melekat. Volume dari bioreaktor ini adalah 1 L. Media padat tempat melekat mikroorganisme diisikan sebanyak ¾ tinggi cairan sampai tinggi cairan sama dengan bagian tersuspensi. Rancangan bioreaktor hibrid anaerob secara rinci ditampilkan pada Gambar 1. 2 Metode Penelitian Metode penelitian yang diuraikan dibawah ini mencakup karakteristik limbah cair, bioreaktor hibrid anaerob, start-up bioreaktor dan metode analisa. 2.1 Karakteristik limbah cair Limbah cair sagu yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT. Siberida Wahana Sejahtera (SWS) yang terletak di Desa Lalang Tanjung, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti dengan karakteristik seperti ditampilkan pada Tabel 1. Gambar 1. Rangkaian Peralatan Pengolahan Limbah Cair Dari Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa penyekat-penyekat dipasang secara vertikal memaksa agar aliran limbah cair yang masuk dari bagian atas mengalir sesuai dengan bentuk pola aliran di dalam ruang. Perjalanan aliran limbah cair tersebut kembali memaksa melewati bagian atas penyekat dan begitu seterusnya sehingga mengalir keluar dari bioreaktor. Bakteri anaerob di dalam bioreaktor cenderung terangkat dan terendapkan kembali akibat terbentuk biogas selama proses biokonversi secara anaerob. Kemudian sampel akan keluar menuju tangki efluen. 144

ph Konsentrasi Padatan (gr/l) PROSIDING SNTK TOPI 212 ISSN. 197-5 2.3 Start-up Bioreaktor Hibrid Anaerob Kondisi operasi bioreaktor selama start-up dilakukan pada suhu kamar dan ph 6,5-8,2. Pada proses start-up limbah cair sagu ditambahkan sebagai umpan sebanyak 2 L/hari dan diresirkulasi. Penambahan umpan ini bertujuan untuk menaikkan dan menahan pertumbuhan biofilm. Keluaran dari hasil start-up ditampung dan diambil sebanyak 5 ml untuk dianalisa. Proses start-up dilakukan hingga tercapai keadaan tunak (steady state) dengan fluktuasi efisiensi penyisihan padatan berkisar 1%. 2.4 Metode Analisa Paramater yang diamati selama proses start-up bioreaktor hibrid anaerob antara lain ph, padatan total (TS), padatan tersuspensi total (), padatan volatil total (TVS) dan padatan tersuspensi volatil (VSS). Analisa padatan dilakukan sesuai dengan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater [APHA, AWWA dan WPCF, 1992]. 3 Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan selama berlangsungnya proses start-up bioreaktor hibrid anaerob diketengahkan dengan melihat hubungan antara waktu start-up terhadap ph, waktu start-up terhadap konsentrasi padatan, waktu start-up terhadap efisiensi penyisihan kandungan padatan serta konsentrasi padatan pada kondisi tunak. 3.1 Perubahan ph selama Proses Start-up Perubahan ph selama berlangsung proses startup ditampilkan pada Gambar 2 ` 8 6 4 2 2 4 6 8 Gambar 2. Hubungan Waktu Start-up Terhadap ph Gambar 2 menunjukkan bahwa pada hari pertama proses start-up, ph sistem sekitar 6,2. Nilai perubahan ph sistem relatif konstan setelah hari ke- 51 proses start-up bioreaktor yaitu berkisar antara 6-6,3. Pada rentang ph tersebut diperkirakan mikroorganisme anaerobik yang digunakan di dalam bioreaktor dapat berkembang dengan optimum mengingat kondisi lingkungan optimum lingkungan mikroorganisme anaerobik adalah dengan ph antara 5,8 8,2 [Speece, 1996]. Selama proses start-up bioreaktor, fluktuasi nilai ph tidak dipengaruhi oleh peningkatan pembebanan organik [Ahmad et al, 1999]. 3.2 Konsentrasi Padatan Pada Proses Start-up Konsentrasi padatan pada proses start-up dapat dilihat pada Gambar 3. 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 5 1 Gambar 3. Hubungan Waktu Start-up Terhadap Konsentrasi Padatan Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa konsentrasi padatan baik TS, TVS, dan VSS mengalami kenaikan sampai hari ke 15 proses start-up bioreaktor dan cenderung mengalami penurunan pada hari ke 16 hingga akhir proses start-up walaupun tetap terjadi fluktuasi terhadap nilai konsentrasi padatan. Tingginya konsentrasi padatan pada 15 hari pertama proses start-up disebabkan sebagian besar mikroorganisme belum mampu bertahan dalam sistem dengan membentuk flok, sehingga lebih banyak mikroorganisme yang terbawa aliran keluar [Ahmad et al, 2]. Banyaknya mikroorganisme yang terbawa aliran keluar akan menyebabkan sedikit mikroorganisme yang tetap bertahan dalam sistem, sehingga sedikit senyawa organik pada limbah cair yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme [Ahmad et al, 2]. Konsentrasi padatan dalam sistem mulai menunjukkan penurunan pada hari ke-16. Penurunan konsentrasi TS tersebut menandakan bahwa mikroorganisme sudah bisa bertahan di dalam sistem dengan membentuk flok membentuk komunitas mikroorganisme, sehingga akan semakin banyak TS TVS VSS 145

Efisiensi Penyisihan Padatan (%) Konsentrasi Padatan (gr/l) PROSIDING SNTK TOPI 212 ISSN. 197-5 senyawa organik yang bisa didedgradasi oleh mikroorganisme [Ahmad et al, 2]. Dari Gambar juga dapat dilihat bahwa Jika dibandingkan dengan konsentrasi TS, maka konsentrasi TS di dalam sistem lebih tinggi sebesar 73 % dari konsentrasi TVS. Tingginya konsentrasi TS dibandingkan konsentrasi TVS disebabkan karena pada pengukuran konsentrasi TS juga terukur padatan yang mudah menguap dan padatan organik maupun anorganik lainnya [Ahmad et al, 2]. Konsentrasi VSS didalam bioreaktor mewakili konsentrasi bakteri anaerob dalam sistem bioreaktor [Ahmad et al, 2]. Jika dibandingkan terhadap konsentrasi padatan volatil tersuspensi (VSS), maka konsentrasi lebih tinggi sebesar 74 % daripada konsentrasi VSS. Tingginya konsentrasi tersebut diakibatkan pada saat pengukuran akan terukur seluruh padatan baik yang mudah menguap maupun seluruh padatan total yang tersuspensi, sementara pada pengukuran VSS hanya akan terukur padatan yang mudah menguap saja [Ahmad et al, 2]. 3.3 Efisiensi Penyisihan Padatan Efisiensi penyisihan pada kondisi start-up dapat dilihat pada Gambar 4. 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 4. Hubungan Waktu Start-up Terhadap Efisiensi Penyisihan Padatan Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa efisiensi penyisihan kandungan padatan untuk TS sebesar 63 %, TVS sebesar 43 %, sebesar 6 % dan VSS sebesar 61 %. Tingginya efisiensi penyisihan kandungan padatan disebabkan karena laju alir umpan yang rendah sehingga mikroorganisme TS TVS VSS memiliki waktu yang lebih lama untuk mendegradasi senyawa organik yang terkandung didalam limbah cair yang diolah. Tingginya efisiensi penyisihan padatan pada proses start-up dapat diartikan bahwa bakteri anaerob telah mampu memanfaatkan limbah cair sagu sebagai substrat sehingga konsentrasi mikroorganisme meningkat di dalam sistem dan dapat menguraikan senyawa organik yang ada di dalam limbah cair [Ahmad et al, 2]. 3.4 Konsentrasi Padatan Pada Kondisi Tunak Konsentrasi padatan pada keadaan tunak dapat dilihat pada Gambar 5 1,5 1,5 Gambar 5. 56 57 58 59 6 Konsentrasi Padatan Pada Kondisi Tunak Dari Gambar diatas menunjukkan bahwa pada hari ke-57 konsentrasi TS, TVS, dan VSS yaitu 1,36 gr/l;,36 gr/l;,5 gr/l dan,13 gr/l. Pada hari ke-58 konsentrasi TS dan TVS mengalami kenaikan yaitu 1,4 gr/l dan,38 gr/l, sedangkan untuk dan VSS juga mengalami kenaikan yaitu,54 gr/l dan,14 gr/l. Pada hari ke-59 TS, TVS, dan VSS mengalami penurunan. Penurunan konsentrasi padatan tersebut adalah pertanda bahwa konsentrasi mikroorganisme telah meningkat di dalam sistem dan dapat menguraikan senyawa organik yang ada di dalam limbah cair [Ahmad et al, 2]. 3.5 Studi Komparatif Efisiensi Penyisihan Padatan dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up Studi komparatif ditinjau dengan membandingkan efisiensi penyisihan padatan dengan bioreaktor yang sama yakni bioreaktor hibrid anaerob namun berbeda media melekat dan limbah cair yang digunakan. TS TVS VSS 146

PROSIDING SNTK TOPI 212 ISSN. 197-5 Tabel 2. Perbandingan efisiensi Padatan Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Substrat dan Media Imobilisasi lainnya Media Substrat Efisiensi Penyisihan Batu Cangkang Sawit Batu Limbah Cair Minyak Sawit Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah Cair Pabrik Sagu Pustaka 32 % Febyanti (21) 6 % Rahmi (211) 6 % Penelitian ini Tabel 2. menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan limbah cair sagu dengan menggunakan media batu pada proses start-up cukup tinggi yaitu sebesar 6%. Hal ini disebabkan karena batu dianggap cukup baik sebagai tempat melekatnya mikroorganisme. Pada penelitian ini juga didapatkan waktu proses start-up selama 57 hari, lebih lama dibandingkan media imobilisasi lainnya. Efisiensi yang cukup tinggi tersebut menunjukkan bahwa bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu baik dalam menyisihkan kandungan padatan limbah cair pabrik sagu. 4 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Proses start-up bioreaktor hibrid anaerob berlangsung selama 57 hari 2. Proses start-up bioreaktor Hibrid Anaerob berlangsung pada ph sekitar 6-6,3 3. Konsentrasi padatan limbah cair pabrik sagu yang didapatkan pada proses start-up relatif rendah yaitu 1,36 grts/ L,,36 grtvs/l,,5 gr/l dan,13 grvss/l 4. Kondisi tunak berlangsug pada hari ke 57, 58 dan 59 yang ditandai dengan fluktuasi penyisihan padatan 1 % 5. Sistem bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu dapat mendegradasi senyawa organik yang relatif tinggi dengan efisiensi penyisihan sebesar 6 % pada proses start-up Daftar Pustaka Ahmad, A., 1992, Kinerja Bioreaktor Unggun Fluidisasi Anaerobik Dua Tahap dalam Mengolah Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit, Laporan Magang Pusat Antar Universitas-Bioteknologi ITB, Bandung. Ahmad, A., dan T., Setiadi,. 1993, Pemakaian Bioreaktor Unggun Fluidisasi Anaerob Dua Tahap dalam Mengolah Limbah Cair Pabrik Minyak Sawit, Makalah Seminar Nasional Bioteknologi Industri, PAU-Bioteknologi ITB, Bandung, 27-29 Januari. Ahmad, A., T. Setiadi, M. Syafila dan O.B. Liang, 1999, Bioreaktor Berpenyekat Anaerob untuk Pengolahan Limbah Industri yang Mengandung Minyak dan Lemak: Pengaruh Pembebanan Organik Terhadap Kinerja Bioreaktor, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 1999, TK-ITB, Bandung, 19-2 Oktober. Ahmad, A., T. Setiadi, M. Syafila dan O.B. Liang. 2. Bioreaktor Berpenyekat Anaerob untuk Pengolahan Limbah Industri yang Mengandung Minyak dan Lemak: Kajian Dinamik Bioreaktor dengan Pembebanan Organik Rendah, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses, FT-Universitas Diponegoro, Semarang, 26-27 Juli. Ahmad, A., 24, Studi Komperatif Sumber dan Proses Aklimatisasi BakteriAnaerob pada Limbah Cair yang Mengandung Karbohidrat, Protein dan Minyak-Lemak, Jurnal Sains dan Teknologi Vol.3 No.1, 24 : 1-1 APHA, AWWA dan WCPF,. 1992. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, American Public Health Association, Washington DC.. Banu. J.R., S. Kaliappan. dan D. Beck, 26. Treatment of Sago wastewater Using Hybrid Anaerobic Reactor. Water Quality Res J. Volume 41. No 1. Hal 56-62. Febyanti, A., 21, Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Industri Minyak Sawit dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bernedia Batu, Laporan Penelitian Universitas Riau, Riau. Huda, T., 29, Hubungan antara Total Suspended Solid dengan Turbidity dan Dissolved Oxygen, http://thorik.staff.uii.ac.id/29/8/23/hubun gan-antara-total-suspended-solid-dengan- 147

PROSIDING SNTK TOPI 212 ISSN. 197-5 turbidity-dan-dissolved-oxygen/,1 Oktober 211 Rahmi, A., 211. Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit, Laporan Penelitian Universitas Riau, Riau. Speece R.E., 1996, Anaerobic Biotechnology for Industrial Wastewaters, Archae Press, Vanderbilt University. Syafila, M., A. H. Djajadiningrat dan M.Handajani, 23. Kinerja bioreactor hybrid anaerob dengan media batu untuk pengolahan air buangan yang mengandung molase, Prosiding ITB sains & teknologi, 35 (1), 19-31 148