BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. karakter yang baik pada setiap diri individu perlu diberikan sedini mungkin. permasalahan yang ada disekitar individu tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilakukan oleh manusia (Chaer, 2007:239). pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189).

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi

BAB I PENDAHULUAN. gamblang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Karya sastra tidak mungkin tercipta jika para penulis tidak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Adanya imajinasi pada

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya karena pada dasarnya sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan menggambarkan media pemikiran yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media lain bisa saja berbentuk gambar, melody musik, lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. Karya sastra tidak hanya sekedar bernilai estetika atau bernilai keindahan saja, tetapi juga dapat dipakai sebagai alat kontrol terhadap berbagai penyimpangan nilai-nilai dimensi kehidupan seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan agama. Karya sastra bisa berfungsi sebagai keindahan karena mempergunakan bahasa yang menarik yang bersifat menghibur dan menyenangkan pembaca. Berguna karena di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai luhur tentang kehidupan yang dapat diperoleh dan dimanfaatkan oleh pembaca. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra, baik sebagai temuan pengarang maupun pemahaman pembaca, adalah imajinasi dan kreativitas. Meskipun demikian, imajinasi dan kretivitas bukan khayalan seperti dibayangkan oleh masyarakat pada umumnya. Karya sastra memiliki acuan sebagaimana ditunjukan 1

2 melalui struktur wacana (naratif). Hal ini sejalan dengan pendapat Ratna (2009:108) Karya sastra, baik sebagai manifestasi individu maupun kelompok, sebagai periode, juga memiliki kemampuan untuk menunjukan gejala masyarakat pada saat tertentu, kecenderungan periode tertentu, pandangan dunia, sistem sosial, dan berbagai bentuk sistem kebudayaan. Bahkan karya sastra juga menampilkan adanya kecenderungan ilmu pengetahuan sebagaimana ditunjukan melalui fiksi ilmiah seperti halnya novel. Menurut Ratna (2009:107). Karya sastra hanyalah salah satu genre dari sejumlah besar hasil peradaban manusia. Sebagai aktivitas kreatif, seperti karya seni yang lain, untuk memberikan kepuasan terhadap umat manusia, karya sastra memanfaatkan aspek keindahan. Oleh karena karya sastra menggunakan bahasa sebagai medium utama, maka aspek keindahan dievokasi melalui kemampuan medium tersebut, dalam hubungan gaya bahasa. Karya sastra jelas merupakan hasil aktifitas pengarang. Gaya bahasa yang dimaksudkan berkaitan erat dengan maksud tujuan, dan ciri- ciri personalitas pengarang. Oleh karena itu pengarang juga merupakan anggota masyarakat tertentu, maka maksud yang disampaikan juga mengandung maksud kelas sosial yang diwakilinya. Karya sastra atau karya seni pada umumnya merupakan alat penghubung antara pengarang dan masyarakat, baik masyarakat sebagai genesis karya maupun masyarakat yang dibayangkan sebagai pembacanya. Dengan kata lain, karya seni adalah struktur dialogis dalam rangka membentuk sistem komunikasi antara masyarakat, karya, dan pembaca.

3 Salah satu bentuk karya sastra yaitu novel. Nurgiyanto (2010:4) menjelaskan bahwa novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif. Permasalahan yang diangkat dalam sebuah novel biasanya merupakan kondisi yang berkembang di tengah masyarakat sehingga jalan keluarnya pun di cari yang peling efektif. Novel memiliki hubungan erat dengan pembentukan kepribadian dan karakter seseorang. Dikatakan demikian karena setiap cerita dalam novel tersebut para tokohnya mewakili karakter tertentu. Ada tokoh yang memiliki karakter baik dan ada tokoh yang memiliki karakter buruk. Tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam cerita membawa karakter yang hidup. Karakter tersebut merupakan model yang dapat dijadikan acuan atau larangan dalam bertindak. Pendidikan karakter lebih dominan dilaksanakan di sekolah (lingkungan formal) sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilingkungan formal bertujuan untuk mengembangkan watak atau tabiat peserta didik dengan cara melatih menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam kehidupan peserta didik. Pendidikan karakter selain dilaksanakan di dalam lingkungan formal, dapat juga diperoleh dari pendidikan non formal yaitu melalui karya sastra. Sastra dapat mengantarkan manusia menjadi sosok yang pandai, bijaksana, dan kritis. Bahkan dengan sastra, manusia dapat menjadi orang yang beriman,

4 bertakwa, jujur, dan tanggung jawab. Pada dasarnya semua hal yang disebutkan tersebut merupakan sesuatu yang didapatkan melalui pendidikan formal, namun pendidikan tidak harus serta merta diawali pada lembaga pendidikan formal, akan tetapi pendidikan dalam keluarga juga sangat berperan dalam membentuk karakter seseorang, bahkan pendidikan dalam keluargalah yang merupakan pendidikan paling mendasar yang sangat dominan dalam pembentukan karakter seseorang. Novel yang peneliti teliti yaitu novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Tokoh utama wanita dalam novel Gadis Pantai yaitu yang biasa disebut Mas Nganten. Melalui tokoh utama, pengarang mengungkapkan bahwa terdapat nilai-nilai karakter seperti pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral yang dapat diteladani dalam setiap cerita yang disuguhkan oleh pengarang. Nilai karakter di dalam penelitian ini merupakan upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembangunan karakter individu adalah novel. Melalui novel seorang sastrawan mengangkat berbagai macam bentuk kondisi dan realita kehidupan baik yang terjadi pada dirinya sendiri atau orang lain, serta mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam melalui setiap tokoh yang ditampilkan. Harapanya adalah agar pembaca dapat mengambil pelajaran dari cerita ataupun pada karakter tokoh yang ditampilkan pada novel tersebut. Masalah yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Gadis Pantai sangat menarik untuk diteliti dari segi nilai karakter yang dimunculkan oleh tokoh wanita dalam novel tersebut. Seperti komponen karakter yang terdiri dari pengetahuan

5 moral tokoh, perasaan moral dan tindakan moral terhadap situasi yang dialami tokoh tersebut. Mengetahui nilai-nilai yang dimunculkan seperti menghargai kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, intregitas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan mendefinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi yang baik (Lickona, 2012:84). Berdasarkan penelusuran peneliti mengenai hasil kajian karakter, ditemukan beberapa penelitian yang sudah diteliti sebelumnya yaitu, yang pertama adalah penelitian yang dilakukan Monica (2013) dengan judul Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Sebelas Maret Karya Andrea Hirata. Objek kajian yang digunakan yaitu: (1) nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu (2) nilai pendidikan karakter cinta tanah air (3) nilai pendidikan karakter semangat kebangsaan (4) nilai pendidikan karakter kerja keras (5) nilai pendidikan karakter bersahabat (6) nilai pendidikan karakter gemar membaca (9) nilai pendidikan karakter peduli sosial. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Mohamad Irfan (2014) dengan judul Nilai-Nilai Karakter pada Tokoh Utama Novel Lelaki Tua Dan Laut Karya Ernest Hemingway. Objek kajian yang digunakan yaitu : (1) Jujur (2) kerja keras (3) iklas (4) tanggung jawab. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Hariyati (2005) dengan judul Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Novel Dian Tak Kujung Padam karya Sultan Takdir Alisyabana (Telaah Psikoanalisis Gustav Jung). Objek kajian yang digunakan yaitu : (1) ego (2) pesona (3) ketidak sadaran pribadi (4) bayangbayang (5) fungsi.

6 Penelitian keempat dilakukan oleh Moch Lukman Nur sholeh (2015) dengan judul Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Novel Bumi Cinta Karangan Habiburrahman El Shirazy. Objek kajian yang digunakan yaitu: (1) olah hati (2) olah pikir (3) olah raga (4) olah rasa dan karsa. Berdasarkan uraian dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang karakter dalam tokoh novel sastra sudah ada yang meneliti, adapun persamaan yang peneliti teliti saat ini dengan peneliti terdahulu adalah terletak pada aspek Karakter dan Perbedaan terletak pada objek kajian yang digunakan. Dimana peneliti saat ini meneliti tentang Nilai- Nilai Karakter Tokoh Wanita dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. Objek kajian yang digunakan yaitu: (1) pengetahuan Moral (2) perasaan moral (3) tindakan moral Tokoh Mas Nganten di dalam novel Gadis Pantai ini selain sebagai tokoh sentral, tokoh utama tersebut banyak memberikan deskripsi tentang nilainilai karakter, sehingga tokoh utama tersebut penting untuk dikaji. Dari segi komponen karakter yang baik terdiri dari tiga, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral dengan menggunakan buku teori tentang karakter dari Thomas Lickona. keseluruhan komponen tersebut digunakan peneliti dalam meneliti nilai karakter pada tokoh utama wanita dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Selain latar belakang diatas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi penikmat novel untuk memahami nilai- nilai karakter yang baik yang berkaitan dengan pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral.

7 Sehubungan dengan penjelasan diatas maka peneliti mengangkat masalah berupa kajian dengan judul Nilai-nilai Karakter Tokoh Wanita dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah : 1. Nilai- nilai karakter apa sajakah yang dicerminkan oleh tokoh wanita dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer berdasarkan pengetahuan moral? 2. Nilai- nilai karakter apa sajakah yang dicerminkan oleh tokoh wanita dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer berdasarkan perasaan moral? 3. Nilai- nilai karakter apa sajakah yang dicerminkan oleh tokoh wanita dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer berdasarkan tindakan moral? 1.3 Tujuan Penelitian 1. nilai karakter yang dicerminkan oleh tokoh wanita dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer berdasarkan pengetahuan moral. 2. nilai karakter yang di cerminkan oleh tokoh wanita dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer berdasarkan perasaan moral. 3. nilai karakter yang dicerminkan oleh tokoh wanita dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer berdasarkan tindakan moral.

8 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu 1. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pendidikan nilai-nilai karakter yang terkandung di dalam novel. 2. Bagi pengarang, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan untuk menciptakan karya sastra yang lebih baik. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia. 1.5 Penegasan Istilah 1. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjang, oleh karena itu novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, yaitu lebih terperinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks (Nurgiyantoro, 1995:9) 2. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. 3. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga mampu menjalin suatu cerita (Aminudin, 1987: 79). 4. Karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh

9 pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. 5. Pengetahuan moral adalah nilai-nilai yang mutlak ada dalam kehidupan masyarakat secara utuh yang terdiri dari kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan prespektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi. 6. Perasaan moral adalah nilai-nilai karakter dari sisi emosional manusia untuk mengukur pengetahuan moralnya sendiri. Terdiri dari hati nurani, harga diri, empati, mencintai hati yang baik, kendali diri dan kerendahan hati 7. Tindakan moral adalah perbuatan/ tingkah laku/ ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia dengan kata lain tindakan moral merupakan akibat atau hasil dari pengetahuan moral dan perasaan moral manusia. Terdiri dari kompetensi, keinginan dan kebiasaan.