BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan, keberadaan manusia tidak lepas dari peranannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu manusia mempunyai ciri khusus yang membedakan individu satu dengan individu yang lain. Ciri tersebut bukan saja terlihat dari adanya perbedaan ciri fisìk, melainkan juga termasuk didalamnya ciri kepribadian yang berbeda satu sama lain. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri. Dengan kata lain manusia mempunyai naluri atau dorongan untuk hidup berkelompok. Dalam hidup berkelompok terdapat tuntutan agar manusia selalu berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan keterikatan individual sebagai anggota kelompok masyarakat atau bahkan komunitas lingkungannya. Keterikatan di antara individuindividu sebagai anggota atau warga kelompok ini terwujud dalam hubungan kerjasama. 1 Untuk itu diperlukan pranata-pranata yang mengatur hubungan antara individu-individu, antara individu dengan kelompoknya bahkan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Selanjutnya, apabila kelompok manusia menetap dalam satu wilayah tertentu, maka selain keterikatan terhadap kelompok atau komunitasnya, mereka juga terikat terhadap wilayah atau tempat tinggal dimana mereka berada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 1 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1977), hlm. 55 1
2 dalam hidupnya manusia selain terikat dengan lingkungan sosial, juga ada ikatan dengan lingkungan alam dimana mereka tinggal. 2 Ditengah arus perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat laju modernisasi dan pengaruh globalisasi, terkadang membawa dampak negatif bagi kehidupan sosial masyarakat sosial itu sendiri. Sifat kepedulian sosial yang menjadi ciri masyarakat Indonesia mulai luntur, mengarah pada kehidupan yang individualistis. Fenomena ini sudah sangat terasa di kota-kota yang besar atau sedang tumbuh di Indonesia. Masyarakat Perkotaan pada umumnya mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain. Hal ini menunjukkan posisi manusia perseorangan atau individu. Selain itu, kehidupan dalam lingkungan ekonomi, perdagangan telah mengakibatkan terbentuknya kecenderungan untuk mengarah ke hal-hal yang bersifat duniawi saja. 3 Pertumbuhan industri yang dilakukan oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup seringkali tidak memperhatikan kondisi alam atau lingkungan. Alhasil ketidakpedulian ini melahirkan gejala alam yang berada di luar kendali atau perkiraan manusia. Gejala alam tersebut diantaranya berupa cuaca yang tidak menentu, munculnya bencana alam, polusi serta ketidakseimbangan lingkungan lainnya. Tentu saja gejala alam tersebut harus dihadapi manusia, baik dapat diperkirakan ataupun secara tiba-tiba. Ketidakmampuan manusia disini kemudian 2 Ibid, hlm 55 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 170
3 menimbulkan jatuh korban ataupun kecelakaan dalam menghadapi gejala-gejala alam. Kondisi ini hampir secara keseluruhan terjadi di berbagai wilayah Indonesia, baik wilayah pedesaan maupun kota-kota besar. Surakarta sebagai salah satu wilayah perkotaan yang sedang melaju pesat dalam perkembangannya pun tidak luput dalam menghadapi bencana. Beberapa gejala alam berupa banjir, kekeringan, gempa, angin besar, kecelakaan, dan gejala-gejala lainnya turut menjadi bagian dari persoalan masyarakat Surakarta. Menghadapi persoalan yang demikian, baik secara individu maupun sosial, masyarakat Kota Solo dituntut untuk lebih tanggap terhadap berbagai kondisi. Salah satu lembaga yang menunjukkan kepedulian dan aktif dalam menghadapi persoalan alam dan sosial adalah Search And Rescue Majelis Tafsir Al-Quran atau yang biasa dikenal dengan SAR MTA Surakarta. SAR MTA merupakan unit Emergency milik Majelis Tafsir Al-Quran Surakarta, yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan. Organisasi yang mulai aktif penuh dalam kegiatan kemanusiaan tahun 2010 ini, sebagian besar kegiatannya adalah dalam bidang Search And Rescue. 4 Dalam operasional Search And Rescue yang mereka tangani, anggota organisasi SAR MTA selain harus mencurahkan tenaga dan pikirannya, juga seringkali tidak menghiraukan latar belakang kepercayaan korban yang sedang dalam proses pencarian demi keberhasilan suatu misi operasi. Tentu saja 4 Wawancara dengan Ali Akbar, Ketua umum SAR MTA. 9 Juli 2015.
4 organisasi semacam ini sangatlah jarang kita temui dalam masyarakat apalagi dalam masyarakat kota (termasuk masyarakat Surakarta). SAR MTA Surakarta selalu aktif dalam kegiatan Emergency di Surakarta. Seperti penanganan bencana erupsi Merapi, musibah warga tenggelam, pendaki yang tersesat serta penanganan musibah di perkotaan seperti pohon tumbang dan kebakaran. Reputasi dan prestasi SAR MTA Surakarta dalam kegiatan kemanusiaan di Surakarta sudah tidak diragukan lagi. Meskipun banyak berita yang memberitakan sebuah unit Search And Rescue, keberadaan, arti penting dan peran unit Search And Rescue belum banyak dipahami apalagi disyukuri. Untuk tujuan itulah penelitian ini mengambil tema SAR MTA Surakarta yang berjasa dalam menangani korban bencana dan musibah di daerah Kota Surakarta. Diharapkan melalui pemahaman yang memadai tentang Organisasi sosial kemanusiaan SAR MTA Surakarta, maka apresiasi masayarakat terhadap organisasi sosial tersebut akan lebih layak. Lebih jauh, apresiasi itu diharapkan akan menumbuhkan minat untuk bergabung atau membantu unit-unit Search And Rescue lain yang sedang melaksanakan tugas-tugas mulia mereka. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penelitian ini akan diajukan beberapa permasalahannya, yaitu; 1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya SAR MTA Surakarta? 2. Bagaimana peranan SAR MTA Surakarta dalam melaksanakan SAR Accident tahun 2010-2014 di Surakarta?
5 3. Bagaimana koordinasi SAR MTA dengan organisasi lain yang bergerak dalam SAR Accident di Surakarta tahun 2010-2014? 4. Kendala apa saja yang dihadapi SAR MTA Surakarta dalam melaksanakan SAR Accident di Surakarta? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah; 1. Mengetahui latar belakang berdirinya SAR MTA Surakarta. 2. Mengetahui peranan SAR MTA Surakarta dalam melaksanakan SAR Accident tahun 2010-2014 di Surakarta. 3. Mengetahui koordinasi SAR MTA dengan organisasi lain yang bergerak dalam SAR Accident Surakarta tahun 2010 2014. 4. Mengetahui Kendala apa saja yang dihadapi SAR MTA Surakarta dalam melaksanakan SAR Accident di Surakarta 2010 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini akan memberikan informasi dan masukan tentang organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang emergency, khususnya SAR.
6 2. Manfaat Aplikatif Memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang gerakan kepedulian terhadap sesama, kegotongroyongan dan solidaritas agar mengingatkan akan pentingnya kemanusiaan yang saat ini mulai menghilang. E. Kajian Pustaka Buku yang berjudul Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) & Badan Sar Nasional (BASARNAS) karangan Haris Munandar yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga pada tahun 2010. merupakan buku yang memperkenalkan tentang sepak terjang PMI dan Basarnas. Selain membahas tentang asal-muasal terbentuknya kedua badan ini, buku ini juga membahas mengenai struktur organisasi dan komponen gerakan kedua badan ini, visi dan misinya, peran dan kiprah mereka dalam menangani aneka bencana, serta tugas-tugas mereka. Pembahasan juga menyentuh pada badan palang merah dan SAR (search and rescue) di berbagai negara di dunia. Yang tak kalah menariknya adalah sejarah pembentukan badan palang merah pusat dan badan SAR pada awalnya di tingkat internasional. Melalui buku ini, kita bisa mengetahui fakta-fakta menarik mengenai sejarah kedua badan ini. Fakta yang menarik adalah bahwa di Amerika Serikat, SAR dibagi menjadi beberapa bagian: ada Water SAR yang menangani daerah sungai, laut, dan rawa Forest Service yang menangani daerah hutan, juga Mountain Rescue yang menangani daerah pegunungan. Pada akhir buku ini disajikan juga daftar alamat kantor daerah/cabang PMI dan Basarnas di Indonesia.
7 Melalui pemahaman yang memadai tentang keduanya, masyarakat diharapkan akan lebih mengenal lembaga-lembaga tersebut serta peranannya bagi masyarakat. Lebih jauh. Dalam buku ini membantu penulis mengetahui tentang pentingnya suatu potensi SAR yang ada di daerah. Karena untuk mencakup seluruh wilayah Indonesia Basarnas terkendala personil dan peralatan yang masih kurang. Soerjono Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Suatu Pengantar yang diterbitkan tahun 1990, menjelaskan tentang perilaku sosial dalam bermasyarakat. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia tidak bias hidup tanpa manusia lainnya, manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang sinambung tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial dimana terdapat timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Modernisasi yang terjadi membuat individu semakin sedikit memiliki waktu untuk interaksi sosial. Hal ini karena pengaruh pandangan hidup yang lebih kepada orientasi mencari penghasilan. Sehingga ruang temu antara satu individu dengan individu semakin sempit. Buku ini membantu penulis memahami beberapa ciri yang menonjol dalam masyarakat kota, yang salah satunya adalah sifat individual yang terus dipupuk orang kota yang pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Sifat tersebut terus menerus berkembang dan
8 tidak dapat terbendung searah perkembangan zaman. Buku ini membantu penulis dalam menulis latar belakang penulisan penelitian ini. Buku yang berjudul Psikologi Sosial karangan WA. Gerungan, tahun terbit 1991. Buku ini lebih menekankan pada uraian mengenai bagaimana terjadinya sikap-sikap individu terhadap lingkungannya dan bagaimana cara-cara penelitiannya. Sistematis dari buku ini, pada bab satu merupakan tinjauan secara umum mengenai istilah psikologi dan ilmu jiwa. Selintas sejarah ilmu jiwa yang awal perkembangannya di Eropa Barat. Ikhtisar lapangan psikologi. Pada bab dua menerangkan tentangilmu jiwa sosial. Pokok-pokok yang terdapat dalam ilmu jiwa social. Metode-metode penelitian. Pada bab ketiga menerangkan tentanginteraksisosial. Pengertian tentang kepribadian manusia, sugesti, dan situasi sosial. Penyesuaian diri. Pada bab empat menerangkan tentang situasi kelompok social (social Group situation). Penggolongan kelompok sosial. Pada bab lima menerangkan tentang motif dan sikap (attitude). Ciri-ciri attitude, yakni: faktor internal dan eksternal attitude; interaksi kelompok; keluar dari kelompok; perubahanattitude; dan beberapa eksperimen. Penjelasn prasangka sosial, hubungan prasangka sosial dengan stereotip, metode penilaiannya, dan upaya menguranginya. Pada bab enam atau terakhir ini menerangkan tentang pengaruh masyarakat terhadap perkembangan sosial. Dalam buku ini membantu penulis memahami, pada dasarnya pribadi manusia tidak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psikis rohaniahnya, walaupun secara biologis. Fisiologis ia mungkin dapat hidup /mempertahankan diri pada tingkat kehidupan negatif. Tulisan ini membantu penulis untuk
9 mengetahui bagaimana seorang anggota SAR MTA yang harus hidup berhari-hari di kawasan yang tertimpa bencana demi melaksanakan tugas kemanusiaan yang mereka emban. Skripsi Wiwit Dyan Noviyanti dengan judul Peranan SAR (Search And Rescue) sebagai organisasi sosial dalam penanganan bencana alam (deskriptif kualitatif mengenai peranan sar sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar) tahun 2010 penelitian menggambarkan Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam terutama bencana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dimana di kabupaten tersebut sering terjadi bencana tanah longsor. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai Peran SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini membantu penulis dalam memahami pentingya Sebuah unit Search And Rescue mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan mutu pelayanan terhadap masyarakat, seperti peralatan, system pendidikan dan struktur kepengurusan. F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup empat tahap yaitu menghimpun sumber-sumber sejarah yang sesuai dengan permasalahan (heuristik), kritik sumber, interpretasi yang merupakan analisa
10 dan sintesa serta penyusunan atas penulisan sejarah (historiografi) dengan penjelasan sebagai berikut 5 : 1. Heuristik Heuristik adalah tahap mengumpulkan data atau sumber-sumber sejarah. Menghimpun sumber-sumber sejarah yang sejaman dan dalam bentuk tercetak, tertulis maupun lisan. Dalam penulisan ini teknik yang digunakan untuk mendapatkan sumber adalah dengan studi dokumen dan wawancara. a. Studi Dokumen Dalam melaksanakan pengumpulan data untuk penulisan penelitian ini menggunakan studi dokumen. Studi dokumen dalam hal ini adalah suatu cara untuk mendapatkan data primer atau data sejaman atau sumber utama dari tangan pertama yang bisa digunakan untuk menceritakan peristiwa tersebut. Dokumen sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu dokumen dalam arti sempit dan dokumen dalam arti luas. 6 Dokumen dalam arti sempit adalah kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan seperti surat kabar, catatan harian, laporan dan lainlain. Penelitian ini menggunakan sumber-sumber tertulis berupa dokumendokumen yang relevan dengan permasalahan dan bermanfaat untuk mendukung penulisan sehingga menghasilkan tulisan yang dapat dipercaya. Dalam penelitian sejarah penggunaan dokumen merupakan hal yang sangat penting dan vital. Menurut Sartono Kartodirdjo, dokumen mengandung dua pengertian yaitu 5 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1994), hlm. 79. 6 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 98.
11 dokumen dalam arti luas, yang meliputi monumen, foto-foto dan dokumen dalam arti sempit yang meliputi catatan harian memori surat kabar sebagainya. 7 Di dalam dokumen itu terdapat banyak data. Kumpulan data tersebut bukanlah sejarah tetapi data sebagai bahan yang memerlukan pengolahan, penyeleksian dan pengelompokan yang semua berdasarkan kriteria seleksi tertentu. Kriteria itu bergantung pada subyek yang melakukan pengkajian, bagaimana data itu disusun agar bermakna, sudah barang tentu bergantung pada masalah yang akan dipecahkan. 8 Dokumen yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain arsip SAR MTA Surakarta, Surat Keputusan Ketua Umum Yayasan Majlis Tafsir Al Qur an Surakarta. Nomor: 181/Kep-50/MTA-10/7/2010. b. wawancara Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan keterangan dan data yang berhubungan dengan tema penulisan yang diambil. 9 Data yang berupa informasi yang diperoleh dari wawancara dengan, Pimpinan Majelis Tafsir Al-quran Kota Surakarta, Ketua Umum SAR MTA Kota Surakarta, aktivis SAR Surakarta, masyarakat penghuni daerah rawan bencana di Surakarta serta narasumber narasumber lainnya. c. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan terhadap buku-buku dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan tema yang akan dikaji. Studi pustaka berguna untuk 7 Ibid, hal. 58 8 Sartono Kartodidjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, Jakarta, Gramedia, 1993, hlm 3 9 Kartini Kartono, Pengantar metodologi riset sosial, Bandung, Mendar Maju, 1986, hlm 155
12 memperdalam pengetahuan tentang masaalah-masalah yang diteliti sehingga kita menguasai sebaik mungkin untuk menegaskan kerangka teoritis yang dijadikan landasan pikiran kita dan untuk mempertegas konsep-konsep yang di gunakan sehingga memudahkan perumusan. 10 Buku-buku ini diperoleh dari perpustakaan UNS dan Majelis Tafsir Al-Quran Surakarta. 2. Kritik Sumber Tahap Kedua adalah kritik sumber yang merupakan langkah untuk menguji atau menilai sumber data, setelah dari berbagai sumber terkumpul, maka pengujian terhadap sumber tersebut perlu dilakukan. Apabila kritik atau pengujian telah dilakukan maka sumber-sumber yang dianggap benar atau valid dijadikan dasar untuk membangun fakta. Secara teoritis pengujian atau kritik dibedakan menjadi 2; a. Kritik ekstern, yaitu untuk mencari otentitasnya. Dalam melakukan kritik ekstern penulis melakukan beberapa hal seperti, membuktikan relevansi sumber, melacak apakah sumber tersebut otentik, asli, turunan, atau bahkan sumber yang dipalsukan, melacak latar belakang sumber yang digunakan apabila sumber itu turunan dan kemudian mengkaji kesalahan-kesalahan atau cacat-cacatnya kemudian membetulkannya. b. Kritik intern, yaitu untuk mencari kredibilitasnya. Dalam melakukan kritik intern penulis melakukan penyalinan teks arsip ke dalam tulisan latin sesuai ejaan yang berlaku. karena beberapa arsip atau surat kabar 10 Ibid, hlm 19
13 sezaman masih menggunakan ejaan lama dan untuk arsip yang berbahasa Belanda diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 3. Interpretasi Interpretasi diartikan sebagai memahami makna yang sebenarnya dari sumber-sumber atau bukti-bukti sejarah. Fakta sebagai hasil kebenaran dari sumber sejarah setelah melalui pengujian yang kritis tidak akan bermakna tanpa dirangkaikan dengan fakta lain. Proses perangkaian itu disebut eksplanasi. Hasil eksplanasi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tertulis yang disebut rekonstruksi, yaitu dengan menyusun fakta-fakta kemudian menjadi sebuah kisah sejarah. Tujuan kegiatan ini adalah merangkaikan fakta-fakta menjadi kisah sejarah dari bahan sumber-sumber yang belum merupakan suatu kisah sejarah. Analisis dalam penulisan ini adalah deskriptif analistis. Deskriptis analitis menggambarkan sebuah fenomena dengan ciri-cirinya yang terdapat di dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang ada. Setelah itu dari bahan dokumen dan studi pustaka, tahap selanjutnya adalah diadakan analisis, diinterpretasikan dan ditafsirkan isinya apa adanya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu sosial, dimana peran sebuah organisasi masyarakat sangat berpengaruh dan saling terikat dalam kehidupan bermasyarakat. Tema ini dipilih karena penulisan sejarah dan peranan Search And Rescue memiliki kedudukan yang penting. Keberadaan Search And Rescue yang dimiliki organisasi masyarakat sangat dibutuhkan terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dari berbagai lapisan.
14 4. Historiografi Tahap keempat adalah historiografi yang merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan baru berdasarkan bukti-bukti yang telah diuji. Sumber-sumber bahan dokumen dan studi kepustakaan, selanjutnya dianalisis, diinterpretasikan dan ditafsirkan isinya. Data-data yang telah dikaji kebenarannya itu merupakan fakta-fakta yang dirangkai menjadi kisah sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. G. Sistematika Penulisan Bab I merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitiandan sistematika penulisan. Bab II membahas organisasi Potensi SAR dan sejarah berdirinya SAR MTA di Surakarta yang meliputi potensi SAR di Surakarta, latar belakang berdirinya SAR MTA, Sejarah berdirinya organisasi SAR MTA, dan perkembangan organisasi SAR MTA. Bab III berisikan peranan SAR MTA Surakarta dalam melaksanakan Search And Rescue Accident tahun 2010-2014 di Surakarta, yang meliputi Penyelenggaraan operasi Search And Rescue Secara Umum, organisasi operasi Search and rescue, Mekanisme Operasional Search And Rescue SAR MTA Surakarta, serta usaha-usaha peningkatan pelayanan. Bab IV membahas koordinasi lapangan, antara SAR MTA dengan organisasi lain yang bergerak dalam bidang SAR Accident serta kendala-kendala
15 yang dihadapi SAR MTA Surakarta dalam melaksanakan tugasnya di Surakarta. Dalam bab ini juga menjelaskan tanggapan dari instansi dan masyarakat tentang keberadaan SAR MTA. Bab V berisikan kesimpulan yang menjawab perumusan masalah dan serta analisis sejarah dalam penelitian ini.