Pendidikan Islam Di Indonesia (Studi Pemberdayaan Madrasah)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA [ SUATU KAJIAN UPAYA PEMBERDAYAAN ] Oleh Hujair AH. Sanaky

Pendidikan Islam di Indonesia (Suatu Kajian Upaya Pemberdayaan)

Pendidikan Islam di Indonesia, Suatu Kajian Upaya Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh pihak-pihak yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia masih belum selesai dengan problematika sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTER DI KABUPATEN DEMAK

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEKOLAH DASAR ISLAM DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin jauhnya dari ajaran-ajaran suci agama.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

TEORI PENDIDIKAN Abdur Rohim/

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

1 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan, 2008), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (information

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah dikenal sejak awal abad ke-11 atau 12 M, atau abad ke 5-6 H, yaitu sejak

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

MASJID REVITALISASI FUNGSI PUSAT PERADABAN ISLAM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

[PONDOK PESANTREN MODERN DI KABUPATEN DEMAK] LP3A BAB I PENDAHULUAN

File di download dari Media Pendidikan Dr. Hujair AH Sanaky

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, salah satunya yaitu dengan membaca Kitab Suci Al-Qur an dan. memahami isi dari kitab tersebut dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

Transkripsi:

Vol,1, No.1 Risâlah, Risâlah, Vol.1. Risâlah, No.1, Vol.1. Vol.1. Desember No.1, No.1, Desember 2014(20 Desember 2014-28) 2014(29-38) Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014(1-6) Desember 2014 Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra www.jurnal.faiunwir.ac.id Pendidikan Islam Di Indonesia (Studi Pemberdayaan Madrasah) Oleh: Hafsah, M.Ag Abstrak Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Secara spesifik Pendidikan Islam yang bersumber dari Nabi Saw, terfokus pada penanaman nilai akidah (ketauhidan). Ironisnya kondisi pendidikan Islam di Indonesia kurang mendapat perhatian dan kesannya terbelakang. Melihat kenyataan ini, maka inovasi atau penataan fungsi pendidikan Islam, terutama pada sistem pendidikan di sekolah, harus diupayakan secara terus menerus, berkesinambungan, dan berkelanjutan, sehingga nanti usahanya dapat menjamah pada perluasan dan pengembangan sistem pendidikan Islam luar sekolah. Di samping inovasi pada sisi kelembagaan, faktor tenaga pendidikan juga harus ditingkatkan aspek etos kerja dan profesionalismenya, serta perbaikan kurikulum. Penataan pendidikan Islam juga dengan memperhatikan dunia kerja. Saat ini sudah banyak lembaga pendidikan Islam yang menjadi sekolah favorit dan banyak diminati, namun secara umum aspirasi masyarakat terhadap sekolah-sekolah Islam masih rendah. Kesimpulan, dengan penataan dan reaktualisasi pendidikan Islam, pemberdayaan umat Islam di Indonesia akan efektif menuju masyarakat industrial dengan bekal kesalehan, etos kerja, profesionalitas, dan moralitas. Kata Kunci Madrasah, Pendidikan Islam, masjid, pesantren, keterbelakangan, penataan, reaktualisasi. A. Pendahuluan Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan Hafsah, M.Ag adalah dosen pada Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu. Menyelesaikan pendidikan Magister Pendidikan Islam di UIN Bandung. Peneliti pada Pusat Studi Wanita Universitas Wiralodra Indramayu. 29

30 Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014 generasi manusia masa lampau, tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proesproses pemberdayaannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Kemajuan peradaban yang dicapai umat manusia dewasa ini, sudah tentu tidak terlepas dari peran pendidikannya. Diraihnya kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai bangsa-bangsa di berbagai belahan bumi ini, merupakan produk suatu pendidikan, sekalipun diketahui bahwa kemajuan yang dicapai dunia pendidikan selalu di bawah kemajuan yang dicapai dunia industri yang memakai produk lembaga pendidikan. Keberadaan pendidikan Islam, tentu tidak dapat dilepaskan dari penyelenggaraannya pada masa lampau. Pendidikan Islam pada periode awal [masa Nabi Saw] tampak bahwa usaha pewarisan nilai-nilai diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia agar terbebas dari belenggu akidah sesat yang dianut oleh sekolompok masyarakat elite Quraisy yang mempertahankan status quo, melestarikan kekuasaan, dan menindas orang-orang miskin. Gagasan yang dibawa Nabi Saw dalam proses pendidikan tersebut adalah dengan menginternalisasi nilai-nilai keimanan baik secara individual maupun kolektif, dengan tujuan mengikis habis segala kepercayaan jahiliyah pada saat itu. Secara meyakinkan, pendidikan Nabi dinilai berhasil dan dengan pengorbanan yang besar, tradisi dan kepercayaan jahiliyah berangsur-angsur dapat dibersihkan dari jiwa mereka, dan kemudian menjadikan tauhid sebagai landasan moral dalam kehidupan. Proses pendidikan yang dilakukan Nabi Saw terfokus pada penanaman nilai akidah (ketauhidan). Pada proses pendidikan awal itu, Nabi lebih banyak menggunakan metode pendekatan personal-individual. Setelah semakin berkembang dan ada kemajuan, baru kemudian diarahkan pada metode pendekatan keluarga, yang pada gilirannya meluas ke arah pendekatan masyarakat. Nabi Saw menempatkan pendidikan sebagai aspek yang sangat penting, itu tercermin dengan perintah wahyu dan hadits Nabi untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya, dan setinggi-tingginya. Pada periode awal itu, masjid menjadi pusat pengembangan ilmu dan pendidikan, sekalipun masih

Hafsah, M.Ag, Pendidikan Islam di Indonesia 31 mengkhususkan pada menghafal al-qur an, belajar hadits, dan sirah Nabi. Disiplin ilmu lain seperti filsafat, ilmu kimia, matematika, dan astrologi kemudian juga berkembang. Semua disiplin ilmu ini diajarkan atas dasar kesadaran orang tua untuk mencarikan guru demi kemajuan anaknya [Aziz Talbani, terjemahan A. Syafii Maarif, 1996:2]. Model pendekatan pendidikan Islam konsisten mendukung nilai-nilai moral -spritual dan intelektual yang melandasinya, sebagaimana yang pertama kali dibangun Nabi, dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia disegala aspek kehidupan. Tetapi apa yang terjadi, kondisi pendidikan Islam pada era abad ke-20 mendapat sorotan yang tajam dan dinilai menyandang keterbelakangan. Ketertinggalan dunia pendidikan Islam pada umumnya terjadi pada konsep, sistem, dan kurikulum yang dianggap kurang relevan dengan kemajuan peradaban umat manusia saat ini dan tidak mampu menyertakan disiplin ilmu lain yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang amat pesat (Hifni Muchtar, 1992:52). Melihat kenyataan ini, dunia pendidikan Islam khususnya di Indonesia perlu mendapat perhatian serius, hal ini karena adanya keterkaitan pendidikan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Oleh karena itu perlu terobosan model dan strategi dalam pendidikan Islam sehingga relevan dengan tuntutan zaman. Upaya kreatif dan inovatif pengembangan pendidikan Islam di Indonesia akan memberikan hasil: Pertama, pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional di Indonesia akan mendapat dukungan dan citra positif. Kedua, pendidikan Islam dapat memberikan sumbangan dan alternatif bagi pembenahan Sistem Pendidikan Nasional dengan segala keunggulan dan problematikanya Ketiga, sistem pendidikan Islam akan memiliki akar yang lebih kokoh dalam realitas kehidupan kemasyarakatan (Suyata, 1992: 23). B. Problematika Pendidikan Islam.

32 Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014 Pendidikan Islam yang bermakna usaha untuk mentransfer nilai-nilai budaya Islam kepada generasi muda, masih dihadapkan pada persoalan dikotomis dalam sistem pendidikannya. Pendidikan Islam bahkan diamati dan disimpulkan terkukung dalam kemunduran, kekalahan, keterbelakangan, ketidakberdayaan, perpecahan, dan kemiskinan, sebagaimana pula yang dialami oleh sebagian besar negara dan masyarakat Islam dibandingkan dengan mereka yang non Islam. Bahkan, pendidikan yang apabila diberi embel-embel Islam, juga dianggap berkonotasi kemunduran dan keterbelakangan, meskipun sekarang secara berangsur-angsur banyak diantara lembaga pendidikan Islam yang telah menunjukkan kemajuan (Suroyo, 1991: 77). Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap sistem pendidikan Islam, yang akhirnya dipandang selalu berada pada posisi deretan kedua dalam konstelasi sistem pendidikan di Indonesia, walaupun dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan Islam merupakan sub-sistem pendidikan nasional. Tetapi predikat keterbelakangan dan kemunduran tetap melekat padanya, bahkan pendidikan Islam hanya tempat penampungan orangorang yang tidak mampu atau miskin. Pendidikan Islam di Indonesia dewasa ini memberi kesan yang tidak menggembirakan. Meskipun, kata Muchtar Buchori, tidak dapat dipandang sebagai evidensi yang kongklusif dalam penglihatannya tapi kenyataannya bahwa setiap kali ada murid-murid dari suatu lembaga pendidikan Islam yang turut serta dalam lembaga cerdas tangkas atau lomba cepat-tepat di TVRI, maka biasanya kelompok ini mendapatkan nilai terendah. Evidensi kedua ialah bahwa partisipasi siswa-siswi dari dunia pendidikan Islam dalam kegiatan nasional seperti Lomba Karya Ilmiah Remaja sangat rendah, dan belum pernah ada pemenang lomba ini yang berasal dari lembaga pendidikan Islam (Suroyo, 1991:77). Hal ini merupakan suatu kenyataan akan rendahnya mutu lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Dalam konfigurasi sistem pendidikan nasional, pendidikan Islam di Indonesia merupakan salah satu variasi dari konfigurasi sistem pendidikan nasional, tetapi kenyataannya pendidikan Islam tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Apabila dirasakan, memang terasa janggal, bahwa dalam suatu komunitas masyarakat Muslim,

Hafsah, M.Ag, Pendidikan Islam di Indonesia 33 pendidikan Islam tidak mendapat kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Apalagi perhatian pemerintah yang dicurahkan pada pendidikan Islam sangat kecil porsinya, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan agar tetap berada dalam lingkaran masyarakat yang sosialistis religius (Muslih Usa, 1991:11). Maka, dari sinilah timbul pertanyaan, bagaimana kemampuan pengelola lembaga pendidikan Islam dalam mengatasi dan menyelesaikan problem-problem yang demikian? Realitas pendidikan Islam pada umumnya memang diakui mengalami kemunduran dan keterbelakangan. A. Mukti Ali, memproyeksikan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan Islam dewasa ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti, kelemahan dalam penguasaan sistem dan metode bahasa sebagai alat untuk memperkaya persepsi dan ketajaman interpretasi, serta kelemahan dalam hal kelembagaan [organisasi], ilmu dan teknologi. Maka dari itu, pendidikan Islam didesak untuk melakukan inovasi tidak hanya yang bersangkutan dengan kurikulum dan perangkat manajemen, tetapi juga strategi dan taktik operasionalnya. Strategi dan taktik itu, bahkan sampai menuntut perombakan model-model sampai dengan institusi-institusinya sehingga lebih efektif dan efisien, dalam arti paedagogis, sosiologis dan kultural (H.M.Arifin, 1991:3). C. Penataan Pendidikan Islam di Indonesia Krisis pendidikan di Indonesia, oleh H.A. Tilaar [1991] secara umum, diidentifikasi dalam empat krisis pokok, yaitu menyangkut masalah kualitas, relevansi, elitisme dan manajemen. Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan berkenaan dengan keempat masalah tersebut, antara lain analisis komparatif yang membandingkan situasi pendidikan antara negara di kawasan Asia. Memang disadari bahwa keempat masalah tersebut merupakan masalah besar, mendasar, dan multidimensional, sehingga sulit dicari ujung pangkal pemecahannya (Sukamto, 1992). Krisis ini terjadi pada pendidikan secara umum, termasuk pendidikan Islam yang dinilai justru lebih besar problematikanya. Karena itu, menurut A.Syafii Maarif, bahwa situasi pendidikan Islam di Indonesia sampai awal abad ini tidak banyak berbeda dengan perhitungan kasar di atas. Sistem pesantren yang

34 Risâlah, Vol.1. No.1, Desember 2014 berkembang di nusantra dengan segala kelebihannya, juga tidak disiapkan untuk membangun peradaban (A. Syafii Maarif, 1996:5). Melihat kondisi yang dihadapi, maka penataan model pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu yang tidak terelakkan. Strategi pengembangan pendidikan Islam hendaknya dipilih dari kegiatan pendidikan yang paling mendesak, berposisi sentral yang akan menjadi modal dasar untuk usaha pengembangan selanjutnya. Seperti kita ketahui, bahwa lembaga-lembaga pendidikan seperti keluarga, sekolah, dan madrasah, masjid, pondok pesantren, dan pendidikan luar sekolah lainnya tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk penataan kembali pendidikan Islam, tampaknya kita perlu menoleh sejarah perkembangan pendidikan Islam pada abad ke-9, di mana dunia Islam mulai mengenal sistem madrasah yang ternyata telah menimbulkan perubahan radikal dalam sistem pendidikan Islam. Sistem madrasah yang diorganisasikan secara formal, secara berangsur-angsur mengalahkan pusat-pusat pendidikan yang lebih liberal. Inti kurikulum madrasah terpusat pada al-qur an, Hadis, Fiqh, dan Bahasa Arab. Bentuk-bentuk pengetahuan yang tidak diperoleh di madrasah seperti Filsafat, Kimia, Astronomi, dan Matematika, dipelajari secara individual dan dalam lingkungan yang terbatas. Bahkan disiplin-disiplin ini ditempatkan di bawah payung disiplin lain seperti ilmu perobatan (George Makdisi, Terjemahan A. Syafii Maarif, 1996:3). Keberadaan lembaga pendidikan Islam yang disebutkan di atas cukup variatif, sekalipun mungkin peran dan fungsinya masih dipertanyakan dalam konfigurasi pendidikan nasional. Untuk itu fungsi pendidikan Islam dari lembaga atau tempat pendidikan tersebut, perlu dirumuskan secara lebih spesifik, efektif, dan bermutu tinggi, agar dapat menjawab tantangan yang dihadapi. Kalau kita telaah literatur dalam pendidikan Islam, maka diketahui bahwa fungsi dan tujuan pendidikan Islam diletakan jauh lebih berat tanggungjawabnya bila dibandingkan dengan fungsi pendidikan pada umumnya. Sebab, fungsi dan tujuan pendidikan Islam harus memberdayakan manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Oleh karenanya, maka konsep dasarnya bertujuan untuk melahirkan manusia-manusia yang bermutu yang akan mengelola dan memanfaatkan bumi ini dengan ilmu pengetahuan untuk kebahagiannya, yang

Hafsah, M.Ag, Pendidikan Islam di Indonesia 35 dilandasai pada konsep spritual untuk mencapai kebahagian akhiratnya. Sebagaimana dikatakan para ahli, bahwa pendidikan Islam berupaya untuk mengembangkan semua aspek dalam kehidupan manusia yang meliputi spritual, intelektual, imajinasi, keilmiahan; baik individu maupun kelompok, dan memberi dorongan bagi dinamika aspek-aspek di atas menuju kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup baik dalam hubungannya dengan al-khaliq, sesama manusia, maupun dengan alam [H.M. Arifin, 1987:15]. Melihat kenyataan ini, maka inovasi atau penataan fungsi pendidikan Islam, terutama pada sistem pendidikan di sekolah, harus diupayakan secara terus menerus, berkesinambungan, dan berkelanjutan, sehingga nanti usahanya dapat menjamah pada perluasan dan pengembangan sistem pendidikan Islam luar sekolah. Di samping inovasi pada sisi kelembagaan, faktor tenaga pendidikan juga harus ditingkatkan aspek etos kerja dan profesionalismenya, serta perbaikan kurikulum yang pendekatan metodologi masih berorientasi pada sistem tradisional, dan perbaikan manajemen pendidikan itu sendiri. Untuk itu, maka usaha untuk melakukan inovasi harus secara mendasar dan menyeluruh, mulai dari fungsi dan tujuan, metode, kurikulum, lembaga pendidikan, dan pengelolaannya. Penataan pada fungsi pendidikan Islam tentu dengan memperhatikan pula dunia kerja. Sebab, dunia kerja mempunyai andil dan rentang waktu yang cukup besar dalam jangka kehidupan pribadi dan kolektif. Pembenahan pendidikan Islam dapat memilih sasaran model pendidikan bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Perbaikan wawasan, sikap, pengetahuan, keterampilan, diharapkan akan memperbaiki kehidupan sosio-kultural dan ekonomi mereka. Pilihan sasaran berikutnya dapat ditujukan bagi pendidikan terhadap anak. Konsumsi pendidikan dan hiburan untuk kelompok ini, belum tanpak sangat berkembang, kecuali usaha-usaha yang secara naluriah telah diwariskan dari waktu ke waktu [Suyata, 1992:28]. Perbaikan fungsi pendidikan Islam pada tahap lanjut, harus dilakukan menjadi satu kesatuan dengan lembaga pendidikan Islam lainnya yang terkait erat sekali, seperti masjid dengan kesatuan jamaahnya, madrasah/sekolah, keluarga muslim, masyarakat muslim di suatu kesatuan teritorial, dan lain sebagainya.