IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi penggunaan energi dalam tubuh ayam yang artinya jika jumlahnya kurang atau lebih akan mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari ayam petelur fase akhir produksi yang diberi ransum mengandung berbagai tingkat dosis daun pegagan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Kadar Glukosa Darah Ayam Petelur Fase Akhir Produksi dengan Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3......... (mg/dl)......... 1 223.51 232.29 209.92 126.91 2 193.20 198.87 204.82 207.37 3 186.69 199.15 207.93 194.05 4 193.20 218.70 215.01 195.75 5 210.76 197.73 183.29 200.85 Rataan 201.47±0,08 209.35±0,07 204.19±0,06 184.98±0,17 Keterangan : R0 =0% Tanpa Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum R1 = 2,5% Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum R2 = 5% Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum R3 = 7,5% Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum
mg/dl Tabel 4 menunjukkan rataan kadar glukosa tertinggi hingga terendah secara berurutan R3 (184,98), R0 (201,47), R2 (204,19) dan R1 (209,35). Berdasarkan data Tabel 4, kadar glukosa darah ayam petelur fase akhir produksi menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh yaitu 184,98-209,35 mg/dl. Untuk memperjelas rataan kadar glukosa dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Ilustrasi 1. Rataan Kadar Glukosa 210 205 200 195 190 185 180 175 170 1 2 3 4 Series1 201.472 209.348 204.194 184.986 Ilustrasi 1. Rataan Kadar Glukosa Ayam Petelur Fase Akhir Produksi dari setiap Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum Keterangan : 1). P0 = Tanpa penambahan tepung daun pegagan, 2). P1= Penambahan 2,5% tepung daun pegagan, 3). P2=Penambahan 5% tepung daun pegagan, 4). P3= Penambahan 7,5% tepung daun pegagan.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kadar glukosa darah dilakukan analisis statistik (Lampiran 1). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan tidak berbeda (P<0,05) terhadap kadar glukosa. Rataan kadar glukosa hasil penelitian berada pada jumah yang lebih rendah dibandingkan dengan parameter glukosa menurut Pavlik, dkk. 2007 yaitu kadar glukosa normal berada pada kisaran 234-243 mg/dl, parameter lain juga menyebutkan bahwa kadar glukosa normal berkisar 234-252 mg/dl (Suchy, dkk. 2004). Kadar glukosa yang berada di bawah kisaran normal dapat diakibatkan karena dalam pegagan terdapat bahan aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah berupa saponin dan flavonoid (Verdayanti, 2009). Zat aktif tersebut menurunkan kadar gula darah yang mekanismenya menghambat penyerapan gula darah dari usus dan mempercepat proses pencernaan yang terjadi dalam sistem digestivus sehingga bahan karbohidrat yang ada dalam bahan makan tercerna tidak akan banyak terserap oleh usus (Verdayanti 2009). Kadar glukosa yang lebih rendah ini tidak sesuai dengan pendapat Pavlik dan Lichovnikova (2011) yang mengungkapkan bahwa semakin tua umur ayam, maka kadar glukosa dalam darah juga meningkat, hal ini dikarenakan proses pengangkutan prokursor yolk oleh darah membutuhkan energi yang cukup banyak. Energi dalam hal ini diperoleh dari glukosa. Kemampuan ayam tua dalam penyerapan glukosa berbeda dengan ayam muda. Hal ini diakibatkan oleh pada umur tua, kinerja organ reproduksi yang menurun, sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak.
4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Trigliserida Trigliserida adalah senyawa lipid dalam tubuh dan merupakan cadangan bahan bakar utama hampir pada semua organisme. Hasil pengamatan rataan kadar trigliserida dari ayam petelur yang diberi ransum mengandung tepung pegagan beragai tingkat dosis disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Kadar Trigliserida Darah Ayam Petelur Fase Akhir Produksi dengan Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3......... (mg/dl)......... 1 70,87 119,41 110,20 51,20 2 139,33 69,95 138,09 123,15 3 141,99 113,69 52,44 84,39 4 115,35 136,43 56,26 138,83 5 139,17 80,16 52,53 61,16 Rataan 121,34±0,25 103,93±0,27 81,90±0,49 91,75±0,42 Keterangan : 1). P0 = Tanpa penambahan tepung daun pegagan, 2). P1= Penambahan 2,5% tepung daun pegagan, 3). P2=Penambahan 5% tepung daun pegagan, 4). P3= Penambahan 7,5% tepung daun pegagan. Tabel 5 menunjukkan rataan kadar trigliserida dari yang tertinggi hingga yang terendah secara berurutan yaitu R0 (121,34 mg/dl), R1 (103,93 mg/dl), R3
mg/dl (91,75 mg/dl) dan R2 (81,90 mg/dl). Untuk memperjelas Rataan kadar trigliserida darah dari masing-masing perlakuan dalam dilihat pada Ilustrasi 2. Rataan Kadar Trigliserida 140 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 Series1 121.3444 103.9338 81.9086 91.751 Ilustrasi 2. Rataan Kadar Trigliserida Ayam Petelur Fase Akhir Produksi dari setiap Penambahan Tepung Daun Pegagan dalam Ransum Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kadar trigliserida dilakukan analisis statisik (Lampiran 1). Hasil sidik ragam meunjukkan bahwa pengaruh perlakan yang tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar trigliserida, namun walaupun tidak berbeda nyata rataan dari kadar trigliserida berada dalam jumlah yang normal yaitu dibawa 150 mg/dl (Basmacioglu dan Ergul, 2005). Trigliserida yang berasal dari makanan akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol dan kemudian diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus (Linder, 2006). Setelah melewati mukosa usus halus, asam lemak bebas akan kembali disintesis kembali menjadi trigliserida. Bersamaan dengan fosfolipid dan apolipoprotein trigiserida akan membentuk lipoprotein yang disebut dengan kilomikron.
Kilomikron akan masuk ke dalam sistem limfe dan akhirnya akan menuju ke aliran darah yang kemudian dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas akan diserap oleh endotel pembuluh darah dan sebagian akan disimpan di jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida. Sebagian trigliserida akan diambil oleh hati untuk dibentuk menjadi trigliserida hati jika berada dalam jumlah yang banyak (Shepherd, 2001). Trigliserida hati disekresikan ke dalam sirkulasi darah dalam bentuk VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Linder, 2006). Tannin dalam pegagan (Centella asiatica L) diduga mengakibatkan terjadinya pelapisan membran usus sehingga menghambat penyerapan zat makanan. keadaan seperti ini akan mengakibatkan trigliserida yang berfungsi sebagai cadangan energi banyak digunakan (Malinow dkk., 1987), sehingga kadar dalam darah berkurang. Adanya flavonoid juga diyakini berperan dalam menekan konsentrasi triglisrida. Flavonoid juga diyakini mengaktifasi sintesis camp yang mengakibatkan meningkatnya protein kinase mengaktifkan trigliserida lipase melalui fosforilasi yang selanjutnya trigliserida diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh trigliserida lipase (Rusell, 2009). Minyak atsiri yang terkandung dalam pegagan (Centella asiatica L) juga memiliki peran dalam menurunkan kadar trigliserida. Minyak atsiri diyakini memiliki fungsi menurunkan aktivitas glycerol-3-phosphate dehydrogenase (GPDH), yaitu enzim yang berperan dalam sintesis trigliserida. Penghambatan sintesis trigliserida di hati dan usus halus akan mengakibatkan terjadinya penurunan trigliserida (He dkk., 2009).