PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Kamar Hotel Pada XYZ Hotel

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Program Studi Akuntansi

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN MINIMUM BIAYA OPERASIONAL LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA

JURNAL ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MERAH DELIMA BAKERY KOTA KEDIRI

AKRUAL Jurnal Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perbandingan Penentuan Harga Pokok pissn : X Kamar Hotel Antara Full Costing Dengan pissn :

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENETAPAN TARIF RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RSUD. SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

of goods manufactured) menurut Blocher dkk adalah harga pokok produk

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Penggunaan Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif Kamar Pada Hotel Cendrawasih Lahat

ANALISIS PERHITUNGAN BEBAN POKOK PRODUKSI GUNA MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT (Studi Kasus Pada UD. Wijaya Food Blitar)

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR PADA HOTEL LOTUS GARDEN AND RESTAURANT KEDIRI TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM AKURASI PERHITUNGAN TARIF KAMAR PADA HOTEL AZIZA BY HORISON PEKANBARU

Bagaimana Perhitungan Unit Cost Kamar Hotel Melalui Pendekatan Metode Tradisional dan Activity Based Costing?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTATION OF ACTIVITY BASED ANALYSIS METHOD COSTING SYSTEM IN PRICING COST OF ROOMS IN HOTEL DYNASTY MAKASSAR

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus pada CV Putra Jaya Rotan)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. I-WON APPAREL INDONESIA. E-Journal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF KAMAR RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT KASIH IBU DENPASAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR

PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui harga pokok produksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT SIGER JAYA ABADI

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Carter, William K. and Milton F. Usry Cost Accounting. Thirteenth Edition. Ohio : South Western Publishing Co.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM (ABC SYSTEM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP. dan berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab 2. Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Perilaku Biaya

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

BAB II LANDASAN TEORI. A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing. sumber data dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK

ANALISA PRODUK SAMPINGAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PENDAPATAN PRODUK UTAMA Studi kasus pada Perusahaan Tahu YUN - YI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADAA LOTUS GARDEN HOTEL AND RESTAURANT KEDIRI PERIODE 2014

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E.) pada Program Studi Akuntansi.

ABC SYSTEM (ACTIVITY BASED COSTING) SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGHITUNG TARIF KAMAR PADA HOTEL INDRAPRASTA SEMARANG

METODE PEMBEBANAN BOP

untuk membuat dan mengantarkan barang ke pelanggan tersebut memerlukan

SUKODONO, SIDOARJO. Irwan Firdaus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

ANALISIS METODE PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. SINAR BINTANG SELATAN DI MAKASSAR SULTAN ISKANDAR STIE YPUP MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA CV. DESIGN KREASINDO SAMARINDA. Kuat Sudrajat 1

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PT. WONOAGUNG SEJAHTERA DI GRESIK

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

Transkripsi:

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh dari penerapan metode Activity Based Costing pada industri perhotelan khususnya dalam perhitungan harga pokok kamar. Dalam melakukan penelitian pada Hotel Grand Kartika Pontianak, penulis melakukan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumenter. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Activity Based Costing memberikan perhitungan alokasi biaya tidak langsung yang lebih akurat berdasarkan pada aktivitas-aktivitas Hotel Grand Kartika Pontianak karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. Saran yang diberikan oleh penulis adalah agar pihak manajemen hotel mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok kamarnya, agar dapat menetapkan harga pokok kamar yang lebih akurat. KATA KUNCI Activity Based Costing, Metode Konvensional/Tradisional PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini, persaingan yang sangat ketat terjadi pada beberapa bisnis yang ada terutama pada bisnis jasa perhotelan. Dimana saat ini jasa perhotelan sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga muncul banyak pesaing. Setaip perusahaan dituntut untuk memiliki citra yang baik agar dapat diterima oleh masyarakat sehingga akan dapat dengan mudah untuk melawan para pesaing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan harga pokok kamar pada Hotel Grand Kartika di Pontianak, sehingga dapat diketahui dengan jelas cara dan unsur-unsur biaya yang terlibat dalam tahapan perhitungan harga pokok produk/jasa perusahaan dan Untuk mengetahui perbandingan besarnya harga pokok kamar hotel, dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity Based Costing System pada Hotel Grand Kartika di Pontianak. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumenter. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 1

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Activity Based Costing memberikan perhitungan alokasi biaya tidak langsung yang lebih akurat berdasarkan pada aktivitasaktivitas Hotel Grand Kartika Pontianak, karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari 1 (satu) cost driver. Adapun saran-saran yang diberikan oleh penulis adalah agar pihak manajemen hotel mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok kamarnya, sehingga informasi mengenai harga pokok kamar yang lebih akurat dapat diperoleh dan agar pihak manajemen hotel dalam menerapkan Activity Based Costing sebaiknya didukung oleh sistem informasi dan tenaga kerja yang memadai. KAJIAN TEORITIS 1. Konsep Biaya Biaya (cost) dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2002: 8). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen mendefinisikan Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi (2009: 47). Dan menurut Mahmudin Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomi yang dilakukan untuk memperoleh manfaat dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang (2010: 86). 2. Klasifikasi Biaya Biaya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 1) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen. 2) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variable per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume kegiatan. Ada jenis biaya variable yang perilakunya bertingkat (step like behavior) yang mempunyai perilaku sebagai step variable costs. Biaya ini naik atau turun tidak pada saat yang sama dengan perubahan volume kegiatan. 3) Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variable di dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 2

bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (Mulyadi, 2002: 507). 3. Harga Pokok Produksi Menurut Samryn Harga pokok produksi adalah nilai investasi yang dikorbankan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Komponennya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Metode pengumpulannya disesuaikan dengan karakteristik sistem produksinya (2001: 85). Sedangkan menurut Soemarso Harga pokok produksi adalah harga untuk memperoleh persediaan termasuk semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap dijual. Biaya-biaya ini diperlakukan sebagai beban usaha periode berjalan (2004: 387). 4. Traditional Costing Metode akuntansi biaya tradisional sangat rentan terhadap beberapa kelemahan yang dapat mengakibatkan biaya untuk pembuat keputusan terdistorsi. Dimana Sistem biaya tradisional adalah mengasumsi bahwa semua biaya di klasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi (Hansen dan Mowen, 2000: 57). Metode akuntansi biaya tradisional sangat rentan terhadap beberapa kelemahan yang dapat mengakibatkan biaya untuk pembuat keputusan terdistorsi. Akibatnya produk dibebani oleh sumber daya yang sebenarnya tidak digunakan. Pada akhirnya metode tradisional cenderung terlalu mengandalkan pada basis alokasi tingkat unit, seperti jam kerja langsung dan jam mesin. 5. Activity Based Costing Menurut Hongren mendefinisikan Activity Based Costing (ABC) adalah metode pengambilan keputusan manajemen yang menggunakan informasi berdasarkan aktivitas guna meningkatkan kepuasan pelanggan dan profitabilitas (2002: 177). Sedangkan menurut Carter dan Usry Activity Based Costing adalah suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor) (2009: 528). Garrison et al. menjelaskan bahwa Activity Based Costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 3

biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap (2006: 440). 6. Kriteria Penerapan Activity Based Costing System pada Perusahaan Menurut Harnanto (2003: 48) dalam penerapan Activity Based Costing terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan harga pokok, mensyaratkan tiga hal, antara lain : 1) Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi, 2) Tingkat persaingan industri yang tinggi, 3) Biaya pengukuran yang rendah. 7. Klasifikasi Aktivitas Dalam Activity Based Costing, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai penggerak atau pemicu (driver). Pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan atau objek biaya final lainnya. Dalam merancang sistem Activity Based Costing, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu : 1) Aktivitas tingkat unit dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas tingkat unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. 2) Aktivitas tingkat batch dilakukan setiap batch diproses, tanpa memerhatikan berapa unit yang ada dalam batch tersebut. Aktivitas tersebut terjadi untuk setiap batch (atau pesanan pelanggan). Biaya pada tingkat batch lebih tergantung pada jumlah batch yang diproses dan bukannya pada jumlah unit produksi, jumlah unit yang dijual, atau ukuran volume yang lain. 3) Aktivitas tingkat produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memerhatikan berapa batch atau berapa unit yang diproduksi atau dijual. 4) Aktivitas tingkat pelanggan berkaitan dengan pelanggan khusus dan meliputi aktivitas seperti telepon untuk penjualan, pengiriman katalog, dukungan teknis yang tidak terpaku pada produk tertentu. Aktivitas pemeliharaan organisasi yang dilakukan tanpa memerhatikan pelanggan mana yang dilayani, barang apa yang diproduksi, berapa batch yang dijalankan, atau berapa unit yang dibuat (Garrison et al., 2006: 451). 8. Cost Driver Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi konsumsi biaya overhead. Ada 2 (dua) jenis cost driver, yaitu 1) Cost driver berdasarkan unit, yang membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen. 2) Cost driver berdasarkan non-unit, yaitu menjelaskan konsumsi overhead selain faktor ini. 9. Mekanisme Pembebanan Biaya Overhead dengan Activity Based Costing System Konsep Activity Based Costing system bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan volume produk. Sehingga biaya akan diatribusikan Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 4

kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost driver), bukan berdasarkan volume produk. Mekanisme pembebanan biaya overhead dengan sistem Activity Based Costing melalui dua tahap kegiatan, yaitu : Tahap I adalah perhitungan biaya berdasarkan pada kegiatan, biaya dikaitkan dengan masing-masing kegiatan, kegiatan dan biaya yang terkait dengannya di bagi ke dalam set-set homogeny, Tahap II adalah biaya untuk masing-masing kelompok overhead di telusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama dan dengan mengukur jumlah sumber daya yang digunakan oleh masing-masing produk (Hansen dan Mowen, 2000: 322). 10. Manfaat Activity Based Costing Manfaat sistem biaya Activity based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah : 1) Jumlah biaya tidak langsung yang signifikan telah dialokasikan dengan hanya menggunakan satu atau dua pool biaya saja. 2) Semua atau sebagian besar biaya tidak langsung diidentifikasi sebagai biaya tingkat unit output (sejumlah kecil biaya tidak langsung diuraikan sebagai biaya tingkat batch, biaya pendukung produk, atau biaya pendukung fasilitas). 3) Produk memerlukan beragam permintaan akan sumber daya karena perbedaan volume, tahap-tahap pemprosesan ukuran batch atau kompleksitas. 4) Produk yang dibuat dan dipasarkan dengan baik oleh perusahaan akan menghasilkan laba yang rendah, sementara produk yang kurang sesuai dibuat untuk dipasarkan oleh perusahaan justru memiliki laba yang tinggi. 5) Staf operasi memiliki perbedaan pendapat yang tajam dengan staf akuntansi mengenai biaya manufaktur dan pemasaran produk serta jasa (Hongren, 2002: 182). 11. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Activity Based Costing memang dianggap sebagai penyempurna sistem tradisional, namun disamping memiliki berbagai kelebihan yang dibutuhkan perusahaan, sistem Activity Based Costing juga dapat memberikan dampak negatif yang harus diperhitungkan pula oleh perusahaan yang menggunakannya. Menurut Carter dan Usry, adapun kelebihan dari sistem Activity Based Costing adalah : 1) Activity Based Costing menghasilkan informasi biaya produk yang lebih dapat diandalkan. 2) Perhitungan biaya langsung memperlakukan biaya tetap sebagai biaya periodik, sehingga biaya-biaya tersebut tidak dibebankan sama sekali ke produk, batch ataupun unit. 3) Activity Based Costing di desain sebagai alat pembuat keputusan yang strategis, terutama untuk jangka panjang. 4) Activity Based Costing mengharuskan manager melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mengenai biaya untuk mencapai hasil yang lebih efektif dan efisien. 5) Sistem Activity Based Costing membebankan biaya overhead tidak berdasarkan pada volume produk tetapi berdasarkan pada pemicu biaya aktivitas. Sedangkan dampak negatif yang harus diperhitungkan pula oleh perusahaan yang menggunakannya adalah 1) Activity Based Costing memerlukan biaya yang sangat mahal. 2) Dalam pengumpulan data untuk pelaporan eksternal memerlukan waktu yang cukup lama. 3) Activity Based Costing tidak bisa menunjukkan biaya Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 5

yang akan dapat dihindari dengan menghentikan suatu produk atau dengan memproduksi produk dengan jumlah batch yang lebih sedikit (2013: 513). METODE PENELITIAN Pada Penelitian ini penulis melakukan penelitian di Hotel Grand Kartika yang berlokasi di Jalan Rahadi Usman No. 2 Pontianak. Waktu penelitian dimulai dari awal Februari 2015 sampai dengan selesai. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah wawancara dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang ditunjuk oleh Hotel Grand Kartika untuk memberikan informasi yang diperlukan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, pengamatan secara langsung terhadap keadaan di Hotel Grand Kartika dalam menjalankan aktivitasnya dan dokumentasi terhadap bukti-bukti fisik dan dokumen yang terkait dengan kegiatan yang diteliti, seperti kegiatan penentuan harga pokok yang dibuat oleh pihak manajemen hotel. Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang berdasarkan pada keputusan penilaian obyektif yang didasarkan pada model matematika yang dibuat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain, dengan mengidentifikasi aktifitas-aktivitas dan menghubungkan aktivitas-aktivitasnya, dan kemudian menghubungkan cost driver dengan tiap aktivitasnya serta membebankan biaya overhead. PEMBAHASAN 1. Perhitungan Harga Pokok Kamar Hotel Menggunakan Metode Tradisional Biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok kamar merupakan biaya-biaya yang terjadi pada bagian atau unit penghasil jasa maupun biaya hasil alokasi dari bagian atau unit yang bersifat umum. Besarnya alokasi biaya-biaya tersebut didasarkan berdasarkan kontribusi pendapatan masing-masing bagian atau unit penghasilan jasa kamar terhadap pendapatan total jasa kamar hotel. Adapun data mengenai jenis kamar, jumlah kamar, dan luas kamar pada Hotel Grand Kartika Pontianak, sebagai berikut : 1. Standard room, terdiri dari 4 kamar dengan luas kamar 3,5 x 6 m 2. 2. Superior room, terdiri dari 52 kamar dengan luas kamar 3,5 x 6 m 2. 3. Panorama room, terdiri dari 10 kamar dengan luas kamar 3,5 x 6 m 2. Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 6

4. Riverside room, terdiri dari 20 kamar dengan luas kamar 3,5 x 6 m 2. 5. Super Deluxe room, terdiri dari 4 kamar dengan luas kamar 4,5 x 6 m 2. Untuk harga kamar yang ada di Hotel Grand Kartika Pontianak dapat dilihat pada Tabel 3.1. TABEL 3.1 HARGA KAMAR HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK TAHUN 2014 Tipe Kamar Harga (Rp) Standard 250.000 Superior 350.000 Panorama 375.000 Riverside 450.000 Super Deluxe 750.000 Additional Bed + Breakfast 100.000 Additional Breakfast 33.000 Sumber : Data Olahan, 2015. Catatan : bahwa tarif di atas merupakan tarif bersih, yang sudah termasuk pajak pemerintah 10 persen dan service 10 persen. Untuk jumlah kamar yang disediakan di Hotel Grand Kartika Pontianak untuk dijual dan jumlah hari tamu yang menginap disetiap jenis kamar selama tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.2 TABEL 3.2 JUMLAH KAMAR TERSEDIA UNTUK DIJUAL HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK TAHUN 2014 Tipe Kamar Jumlah Kamar (a) Jumlah Kamar Setahun (a) X 365 hari Standard 4 1.460 Superior 52 18.980 Panorama 10 3.650 Riverside 20 7.300 Super Deluxe 4 1.460 Sumber : Data Olahan 2015. Alokasi berdasarkan pendapatan adalah biaya yang didasarkan pada besarnya persentase terhadap jenis kamar tertentu terhadap total pendapatan suatu jenis kamar. Dimana setiap jenis kamar akan menanggung beban biaya aktivitas jasa (harga pokok kamar) sebesar nilai persentase pendapatan yang diperoleh kamar itu Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 7

sendiri terhadap perolehan pendapatan jasa kamar secara keseluruhan, dimana dapat dilihat pada Tabel 3.3. Elemen Biaya Biaya Langsung 1.829.220.000 Biaya Operasional 3.571.538.748 TABEL 3.3 HARGA POKOK / PRODUKSI JASA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK (Rp) TAHUN 2014 Standard 4,69% Superior 49,97% Panorama 11,96% Riverside 26,91% Super Deluxe 6,47% 85.790.418 914.061.234 218.774.712 492.243.102 118.350.534 167.505.167 1.784.697.912 427.156.034 961.101.077 231.078.557 H P P 253.295.585 2.698.759.146 645.930.746 1.453.344.179 349.429.091 Jumlah Kamar 1.081 8.219 1.836 3.442 496 Terjual Harga Pokok Kamar Sumber : Data Olahan 2015 234.316 328.356 351.814 422.238 704.494 2. Perhitungan Harga Pokok Kamar Menggunakan Activity Based Costing. Adapun biaya yang melekat pada aktivitas yang dibebankan pada kamar berdasarkan konsumsi aktivitas masing-masing jenis tipe kamar. Biaya per tipe kamar akan didapatkan dengan perhitungan total biaya tidak langsung (perkalian antara tarif masing-masing cost pool dengan cost driver), kemudian ditambahkan pada total biaya langsung yang akan menunjukkan pada total biaya secara keseluruhan untuk tipe kamar. Untuk menentukan biaya per tipe kamar adalah dengan membagi total biaya kamar dengan jumlah kamar yang terjual pada tahun yang bersangkutan yaitu tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.4. Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 8

Cost Pool TABEL 3.4 HARGA POKOK KAMAR BERDASARKAN JENIS TIPE KAMAR HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK (Rp) Tarif Cost Pool Cost Driver Total Super Super Standard Superior Panorama Riverside Standard Superior Panorama Riverside Standard Superior Panorama Riverside Deluxe Deluxe Cost Pool I 63.140 63.140 63.140 63.140 63.140 1.081 8.219 1.836 3.442 496 68.254.340 518.947.660 115.925.040 217.327.880 31.317.440 Cost Pool II 33.000 33.000 33.000 33.000 33.000 1.665 12.658 2.828 5.301 764 54.945.000 417.714.000 93.324.000 174.933.000 25.212.000 Cost Pool III 540 540 540 540 540 1.460 8.980 3.650 7.300 1.460 788.400 4.849.200 1.971.000 3.942.000 788.400 Cost Pool IV 89.822 89.822 89.822 89.822 89.822 84 1.092 210 420 108 7.545.048 98.085.624 18.862.620 37.725.240 9.700.776 Cost Pool V 6.258 6.258 6.258 6.258 6.258 7.600 110.205 20.901 43.702 7.600 47.560.800 689.662.890 130.798.458 273.487.116 47.560.800 Total Biaya Tidak Langsung 179.093.588 1.729.259.374 360.881.118 707.415.236 114.579.416 Total Biaya Langsung 73.168.800 1.060.947.600 201.214.200 420.720.600 73.168.800 Total Biaya Untuk Kamar Panorama 252.262.388 2.790.206.974 562.095.318 1.128.135.836 187.748.216 Jumlah Kamar Yang Terjual 1.081 8.219 1.836 3.442 496 Harga Pokok Kamar Panorama 233.360 339.483 306.152 327.756 378.525 Sumber : Data Olahan 2015. Super Deluxe Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 9

3. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Kamar Hotel Antara Sistem Konvensional dan Activity Based Costing. Dari hasil perhitungan harga pokok kamar Hotel Grand Kartika Pontianak yang telah dilakukan, terlihat adanya perbedaan hasil perhitungan harga pokok kamar antara perhitungan dengan sistem konvensional dan hasil perhitungan Activity Based Costing System. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5. TABEL 3.5 PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGAN HARGA POKOK KAMAR DENGAN SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING TAHUN 2014 Tipe Kamar Harga Pokok Kamar Sistem Konvensional (Rp) Harga Pokok Kamar Sistem Activity Based Costing (Rp) Selisih (Rp) Standard 234.316 233.360 956 Superior 328.356 339.483-11.127 Panorama 351.814 306.152 45.662 Riverside 422.238 327.756 94.482 Super Deluxe 704.494 378.525 325.969 Sumber : Data Olahan 2015. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan oleh penulis, maka kesimpulan nya adalah dengan metode Activity Based Costing akan memberikan perhitungan alokasi biaya tidak langsung yang lebih akurat berdasarkan pada aktivitas-aktivitas Hotel Grand Kartika Pontianak, karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. Metode Activity Based Costing menghasilkan perhitungan profit lebih akurat yang dihasilkan dari masing-masing jenis tipe kamar. Dengan menggunakan sistem konvensional Hotel Grand Kartika Pontianak memiliki profit yang sama rata pada setiap jenis tipe kamar yaitu sebesar 6 persen, sedangkan dengan menggunakan sistem Activity Based Costing profit yang dihasilkan itu berbeda-beda sesuai dengan aktivitas yang terjadi pada masing-masing jenis tipe kamar. Kamar tipe Standard menghasilkan profit sebesar 7 persen. Untuk kamar tipe Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 1588

Superior menghasilkan profit terendah sebesar 3 persen. Kamar tipe Panorama menghasilkan profit sebesar 18 persen. Kamar tipe Riverside menghasilkan profit sebesar 27 persen, sedangkan untuk kamar tipe Super Deluxe menghasilkan profit yang sangat tinggi sebesar 50 persen. Kamar tipe Standard perhitungan sistem konvensional menghasilkan harga pokok kamar sebesar Rp234.316,00 dan sistem Activity Based Costing menghasilkan perhitungan sebesar Rp233.360,00 sehingga menghasilkan selisih sebesar Rp956,00. Untuk perhitungan perbedaaan harga pokok kamar hotel dan profit yang dihasilkan akan memberikan dampak bagi pihak hotel, baik dari jangka pendek maupun dari segi jangka panjang. Untuk jangka pendek akan membantu pihak hotel dalam pengkajian profit per jenis tipe kamar dan juga sebagai penentuan room rate yang tepat dan untuk jangka panjang sangat berkaitan dengan nama baik hotel dimata masyarakat atau pun dilingkungan sekitar serta para tamu baik dari segi kualitas maupun harga yang ditawarkan. Saran Penelitian tentang penentuan harga pokok kamar dengan menggunakan metode Activity Based Costing masih perlu dikembangkan. Beberapa penelitian yang dapat dilakukan antara lain mengenai penerapan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok kamarnya, sehingga informasi mengenai harga pokok kamar yang lebih akurat dapat diperoleh serta didukung oleh sistem informasi dan tenaga kerja yang memadai. Penelitian tersebut diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki penerapan metode Activity Based Costing dalam menentukan harga pokok kamar sehingga akan dapat berguna bagi para industri dibidang perhotelan. Keterbatasan Penelitian ini mempunyai banyak keterbatasan. Penelitian ini sangat sederhana disebabkan karena merupakan penelitian awal. Penelitian ini memerlukan pengembangan pemikiran lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Amirullah dan Haris Budiyono. Pengantar Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2004. Carter, William K., Milton F. Usry. Cost Accounting. Edisi ketiga belas. Jakarta: Salemba Empat. 2006.. Edisi keempat belas. Jakarta: Salemba Empat. 2009. Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 1589

Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., dan Brewer, Peter C. Managerial Accounting: Akuntansi Manajerial, buku 1, edisi kesebelas, Salemba Empat, 2006. Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. Akuntansi Manajerial, buku 1, edisi kedelapan, Salemba Empat, 2009.. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian, buku 1, Salemba Empat, 2000. Harnanto dan Zulkifli. Manajemen Biaya. Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN. Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., dan Foster, George., Akuntansi Biaya; Penekanan Manajerial, jilid 1, edisi kedua belas, Erlangga, 2002. Mahmudin. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga, 2010. Mulyadi. Akuntansi Biaya, edisi kelima, Yogyakarta: Aditya Media, 2002. Reksohadiprodjo, Sukanto., dan T. Hani Handoko. Organisasi Perusahaan : Teori Struktur dan Perilaku. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. 2001. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma, Pedoman Penulisan Tugas Akhir, edisi revisi kedelapan. Pontianak: STIE Widya Dharma, 2012. Samryn, L. M. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. cetakan pertama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Soemarso. S. R. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat, 2004. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2012. Jurnal FinAcc, Vol 1, No. 9, Januari 2017 1590