Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawn dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak setelah tahun 2004 sudah mencapai luasan

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI LIMBAH SAWIT UNTUK PAKAN TERNAK SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak Permintaan daging dari tahun ke tahun menunjukk

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

cara-cara sederhana dapat diubah menjadi pakan ternak (BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2000). BPTP telah meneliti dan mengkaji SITT diant

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak unggul (DISTANBUNNAK TANAH BUMBU, 2006). ANDJAM

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pakan hijauan ternak ruminansia. Pada pabrik pe

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

KETERSEDIAAN INOVASI TEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA MANUSIA MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3,25 persen dan 2,89 persen seperti disajikan p

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

DUKUNGAN USAHA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KALIMANTAN SELATAN

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

POTENSI, PELUANG DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak C O

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

KERBAU RAWA, ALTERNATIF TERNAK POTONG MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING DI KALIMANTAN SELATAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 29, Nomor 4 Agustus Desember 2014

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak kurang dimanfaatkan, sehingga dapat mencemari l

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

Tabel 1. Komponen teknologi introduksi pengkajian No. Jenis kegiatan Teknologi Ukuran/dosis penggunaan 1. Perbibitan sapi Kandang : Ukuran sesuai juml

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PROSPEK PENGGEMUKAN SAPI DI SEKITAR PABRIK KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN SAWIT SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK SAPI PADA MUSIM KEMARAU DI KABUPATEN TANAH LAUT AHMAD SUBHAN, ENI SITI ROHAENI dan AKHMAD HAMDAN Balai PengkajIan Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan ABSTRAK Luas areal lahan kering di Kabupaten Tanah Laut adalah 17.874,3 Ha, potensi lahan yang cukup luas ini memungkinkan untuk pengembangan sapi potong. Kesulitan mendapatkan hijauan untuk pakan temak merupakan salah satu masalah dalam pengembangan usahatani temak di lahan kering. Salah satu alternatif pemecahannya adalah memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit (pelepah, daun, tandan kosong) sebagai pakan ternak. Luas pertanaman kelapa sawit di Tanah Laut adalah 26.848 Ha dan diprediksi menghasilkan limbah perkebunan sebesar 533.738,2 ton/tahun. Sementara populasi ternak sapi adalah sebesar 70.359 ekor, bila limbah tersebut hanya dimanfaatkan sebanyak 50% maka tersedia pakan sebanyak 266.869,1 ton/tahun. Bila dimanfaatkan sebanyak 30 kg/ekor/hari maka bisa mengatasi kelangkaan hijauan pada musim kemarau selama 3,5 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa hila dapat dikelola secara optimal maka permasalahan hijuan di musim kemarau akan dapat teratasi. Kata kunci: Limbah sawit, pakan, sapi, Tanah Laut PENDAHULUAN Luas lahan kering di Kalimantan Selatan tercatat 1.400.370 Ha dan sekitar 471.139 Ha (33,64%) berada di Kabupaten Tanah Laut (BPS KALIMANTAN SELATAN, 1995). Sub sektor peternakan merupakan salah satu pendukung pertumbuhan bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada umumnya. Salah satu komoditas peternakan yang cukup strategis sekaligus penghasil daging terbesar ketiga setelah ayam ras dan ayam buras saat ini di Kalimantan Selatan adalah ternak sapi. Walaupun jumlah kepemilikannya masih kecil yaitu rata-rata 1-2 ekor/kk (DIWYANTO, et al., 2002), namun mempunyai prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Menurut ANDJAM (2005), sapi potong di Kalimantan Selatan produktivitasnya masih rendah dan belum dapat memenuhi kebutuhan daging untuk masyarakatnya, sehingga masih harus mendatangkan dari luar daerah. Permasalahan yang umum dihadapi dalam pemeliharaan ternak sapi potong adalah rendahnya produksi dan reproduksi, salah satu faktor penyebabnya adalah sulitnya penyediaan sumber daya pakan/hijauan secara berkesinambungan baik dalam kuantitas maupun kualitas (ROHAENI, et al., 2003 ; NASRULLAH, et al., 2004), terutama pada musim kemarau. Ditambah lagi adanya penyempitan luas padang penggembalaan akibat terjadinya pergeseran fungsi lahan dari padang penggembalaan menjadi lahan pemukiman atau perkebunan. Keadaan demikian menyebabkan peternak harus menjual ternaknya karena ketidak mampuan dalam menyediakan pakan/hijauan. Untuk mengatasi masalah ini, bagi peternak yang mempertahankan ternaknya biasanya mencari pakan ke luar desa/kecamatan bahkan kabupaten dengan cara sendiri-sendiri atau kolektif. Sementara itu, potensi limbah pertanian dan agroindustri untuk bahan pakan cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian limbah-limbah tersebut digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik, bahan baku industri dan sebagian besar masih terbuang atau dibakar karena dianggap mengganggu lngkungan (HARDIANTO, 2004). Sementara laju perkembangan areal tanam kelapa sawit di Kalimantan Selatan cukup pesat yaitu 111,5% per tahun. Laporan DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (2005), bahwa pada tahun 1994 luas areal tanaman sawit baru 14.900 Ha, namun 119

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawn dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak setelah tahun 2004 sudah mencapai luasan 164.692 Ha. Pengembangan kelapa sawit bukan hanya dilakukan oleh perusahaan swasta atau negara saja melainkan masyarakat petani di sekitar areal perusahaan juga melakukan. Pakan alternatif yang potensial di Tanah Laut, namun belum dimanfaatkan secara optimal yaitu limbah perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit. Selama ini pemanfaatan limbah dari industri pengolahan kelapa sawit sebagian digunakan untuk pupuk namun untuk limbah perkebunan belum dimanfaatkan. Beberapa limbah perkebunan sawit yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia antara lain pelepah, daun dan tandan buah kosong. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi mengenai potensi limbah perkebunan sawit yang ada di Kabupaten Tanah Laut untuk dijadikan sebagai pakan alternatif ternak sapi terutama pada musim kemarau. POTENSI PETERNAKAN SAPI DI KABUPATEN TANAH LAUT Populasi dan produksi ternak sapi Tingkat permintaan daging di Tanah Laut cenderung meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan gizi. Produksi daging asal ternak sapi di Kabupaten Tanah Laut memberikan kontribusi cukup besar yaitu 83,96%, dari total produksi daging ternak besar dan ternak kecil (DINAS PERTERNAKAN KALIMANTAN SELATAN, 2005). Populasi dan produksi ternak sapi yang ada di Kalimantan Selatan dan Kabupaten Tanah Laut ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi dan produksi sapi di Kalimantan Selatan.. No Kabupaten/Kota Populasi (ekor) Produksi (kg) I. Kotabaru 6.948 122.150 2. Tanah Laut 70.359 264.625 3. Banjar 15.169 670.051 4. Barito Kuala 7.202 71.740 5. Tapin 13.251 529.798 6. Hulu Sungai Selatan 9.849 189.867 7. Hulu Sungai Tengah 10.641 322.980 8. Hulu Sungai Utara 1.059 164.040 9. Tabalong 10.817 185.779 10 Tanah Bumbu 28.427 535.171 11. Balangan 4.405 137.214 12 Banjarmasin 1.297 1.406.680 13. Banjarbaru 3.215 992.672 Jumlah 182.639 5.592.768 Sumber : DINAS PETERNAKAN KALIMANTAN SELATAN (2005) Pada data di atas terlihat bahwa populasi ternak sapi di Tanah Laut terbesar di Kalimantan Selatan yaitu sekitar 38,09%. Selanjutnya bila dilihat dari segi produksi daging yang dihasilkan hanya 7,23% dari produksi daging sapi Kalimantan Selatan. Hal ini di karenakan, meskipun populasi ternak sapi di Tanah Laut paling besar, namun tingkat pemotongan kecil sehingga produksi daging yang dihasilkan kecil. Sebaliknya ibukota Kalimantan Selatan yaitu Kota Banjarmasin produksi daging yang dihasilkan besar (32,51%) hal ini karena tingginya tingkat pemotongan ternak sapi akibat tingginya jumlah penduduk, permintaan dan pendapatan. Dinamika perkembangan sapi potong di Kabupaten Tanah laut dan Kalimantan Selatan disajikan pada Tabel 2. 1 2 0

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak Tabel 2. Dinamika populasi ternak sapi No. Uraian Tala Kalimantan Selatan 1. Populasi awal tahun (ekor) 66.444 173.648 2. Kelahiran (ekor) : 11.650 29.837 dari populasi awal 17,53 17,18 dari induk produktif 42,00 41,16 3. Kematian (ekor) : 396 1.099 dari populasi awal 0,60 0,63 4. Pemasukan (ekor) : 769 25.603 dari populasi awal 1,16 14,74 Antar Kabupaten : 480 10.741 dari populasi awal 0,72 6,19 - Siap potong (ekor) 6.955 - Bakalan (ekor) 480 2.824 - Bibit (ekor) - 962 Antar Provinsi : 289 14.862 dari populasi awal 0,43 8,56 - Siap potong (ekor) - 11.061 - Bakalan/bibit (ekor) 234 2.115 - Bibit (ekor) 55 1.686 5. Pengeluaran (ekor) : 6.648 15.758 dari populasi awal 10,01 9,07 Antar Kabupaten 5.498 10.741 dari populasi awal 8,27 6,19 Antar Provinsi 1.150 5.017 6. dari populasi awal 1,73 2,89 Pemotongan (ekor) : 1.460 29.592 % dari populasi awal 2,20 17,04 7. Pertumbuhan (ekor): 3.915 8.991 dari populasi awal 5,89 5,18 8. Populasi akhir tahun (ekor) 70.359 182.639 Sumber: STATISTIK PETERNAKAN (2005) POTENSI PERKEBUNAN SAWIT DI KABUPATEN TANAH LAUT Luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Tanah Laut pada akhir tahun 2005 adalah 26. 848 Ha yang terdiri dari Perkebunan Besar Swasta (PBS) 20.509 Ha, Perkebunan Besar Negara (PBN) 3.100 Ha dan Perkebunan Rakyat 3.239 Ha. Untuk kebun rakyat dalam pelaksanaannya di bedakan 2 macam, yaitu kebun dibangun oleh perusahaan swasta masyarakat disertakan sebagai plasma, petani mengar gsur kreditnya dengan hasil produksi kebun tersebut dan pada jangka tertentu menjadi hak milik plasma, sedang yang kedua yaitu petani membangun secara swadaya murni mulai dari penanaman, bibit sampai pemeliharaan dan panen, namun untuk memotivasi pemerintah memberi bantuan berupa bibit dan saprodi lainnya. Melihat potensi luasan perkebunan sawit ini, diprediksi bisa menyediakan limbah perkebunan sebagai pakan ternak sejumlah 533.738,2 ton per tahun dan dapat menampung ternak sebanyak 48.743 ekor (Tabel 3). Saat ini populasi ternak sapi yang ada di kabupaten Tanah Laut 70.359 ekor sehingga bisa memberikan kontribusi kebutuhan pakan sapi sebanyak 69,3%. Bila diasumsikan limbah perkebunan sawit hanya dimanfaatkan sebanyak 50% nya saja maka pakan yang tersedia 266.869,1 ton/ tahun, dengan populasi ternak yang ada sekarang ini, dari limbah perkebunan sawit bisa sebagai pakan ternak selama 3,5 bulan artinya permasalahan kekekurangan hijauan pada musim kemarau yang selama ini umum terjadi bisa teratasi. Luas perkebunan sawit dan potensi limbah perkebunan sebagai pakan ternak di Kabupaten Tanah Laut ditampilkan pada Tabel 3. 1 2 1

Seminar Oprimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawi1 dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak Tabel 3. Luas perkebunan kelapa sawit dan potensi pakan ternak di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan Jenis perkebunan Luas (Ha) Pelepah sawit (kg/tahun) Daun tanpa lidi (kg/tahun) Sumber : DtNAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (2005) Total potensi pakan Daya tampung temak kg/tahun (ekor) Perkebunan besar 20.509 376.545.240 31.173.680 407.718.920 37.235 swasta Perkebunan besar 3.100 56.916.000 4.712.000 61.628.000 5.628 negara Perkebunan rakyat 3.239 59.468.040 4.923.280 64.391.320 5.880 Jumlah 26.848 492.929.282 40.808.960 533.738.242 48.743 POTENSI LIMBAH PERKEBUNAN SAW IT Pelepah Pelepah sawit merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari tanaman sawit yang diperoleh dari hasil pemangkasan yang rutin dilakukan. Menurut FAUZI, et al., 2003 bahwa dalam satu tahun kelapa sawit mampu menghasilkan 20-30 pelepah daun/pohon atau setara dengan 10 ton kering /Ha/tahun. Luas tanaman kelapa sawit di Kabupaten Tanah Laut adalah 26. 848 Ha, jika I Ha kebun ditanami rata-rata 136 pohon kelapa sawit, dari 1 pohon yang berproduksi tiap tahunnya akan dipanen 25-30 (rata-rata 27) batang pelepah/ tahun. Berat rata-rata pelepah yang telah dikupas adalah 5 kg/batang, sehingga pakan serat yang dihasilkan oleh pelepah sebanyak 18.360 kg/ha/tahun (27 x 5.136). Dengan luasan 26. 848 Ha, maka dihasilkan 492.929.3 ton pakan serat yang dapat digunakan untuk ternak sapi sebanyak 45.016 ekor/tahun. Berdasarkan analisa kimiawi dari pelepah sawit yang dikupas kulitnya (masih basah) memiliki kandungan kimia seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan gizi pelepah dan daun (tanpa lidi) sera tandan kosong kelapa sawit No. Kandungan bahan kimia Sumber : MATHIJS (2003) Macam limbah perkebunan sawit Pelepah Daun tanpa lidi Tandan kosong. I Bahan kering (%) 26,07 46,18 92,1 2. Protein kasar(%) 5,8 14,12 3,7 3. Serat kasar (%) 50,94 21,52 47,93 4. Lemak kasar (%) 1,07 4,37 4,7 5. Energi (Kkal/kg) 4,841 4,461 3,367 6. Abu (%) 5,10 13,40 7,89 7. Kalsium (%) 0,96 0,84 0,24 8. Phospor (%) 0,08 0,17 0,04 Daun tanpa lidi Daun sawit diperoleh dari pemangkasan tanaman kelapa sawit. Dari setiap I (satu) Ha lahan perkebunan kelapa sawit dengan jarak tanam 9 x 9 m diperkirakan terdapat 136 batang kelapa sawit. Jika setiap pelepah kelapa sawit menghasilkan 0,5 kg pakan dan setiap pohon menghasilkan 22 pelepah daun pertahun, berarti setiap I Ha lahan perkebunan sawit dapat menghasilkan 1,52 ton daun/ha/tahun. Luas perkebunan sawit adalah 26.848 Ha, ini artinya setiap tahunnya dihasilkan hijauan dari daun kelapa sawit sebanyak 40.809,1 ton. Jika diasumsikan ternak dapat mengkonsumsi 30 kg/ekor/hari berarti produksi kebun kelapa sawit di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2005 dapat menampung 3.727 ekor sapi dewasa/tahun. 1 22

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak Pemanfaatan daun kelapa sawit harus dibuang Iidinya terlebih dahulu karena akan memberikan pengaruh yang kurang aman bagi ternak. Daun kelapa sawit dapat diberikan ke ternak dalam bentuk segar, tetapi bila penggunaannya di atas 20% perlu perlakuan untuk meningkatkan nilai biologisnya (WINUGROHO dan MARYATI, 1999). Hasil penelitian BATUBARA (2002) pemberian daun kelapa sawit sebanyak 40% memberikan PBH pada sapi jantan muda sebesar 0,76 kg/ ekor/hari dan nilai B/C 1,5. Tandan kosong Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang jumlahnya sekitar 55-58% dari tandah buah segar (TBS) (Gambar 1). Tandan kosong ini merupakan limbah yang cukup berpotensi, meskipun belum banyak dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena mengandung serat kasar yang cukup tinggi. Hingga saat ini kedua produk tersebut masih dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos (MATHIUS, et a!., 2003). Untuk memanfaatkan tandan kosong ini sebagai pakan ternak disarankan agar dicampur dengan bahan pakan lain yang berkualitas. Pemanfaatan tandan kosong untuk ternak sapi harus diberikan perlakuan fisik agar dihasilkan ukuran yang mudah untuk dikonsumsi ternak (± 2 cm), pemberiannya antara 30-50%. Tandan buah segar Tandan kosong (55-58%) Serat buah (12%) Minyak kasar (CPO)(18-12 %) Inti sawit (4-5%) Cangkang (8%) Lumpur sawit (2% kering) Minyak inti sawit (45-46%) Bungkil inti sawit (45-46%) Gambar 1. Bagan proses pengolahan kelapa sawit dan perkiraan proporsi terhadap tandan buah segar (DEVENDRA, 1978) PERMASALAHAN PENGGUNAAN LIMBAH PERKEBUNAN SAWIT Sebagian besar limbah kelapa sawit mengandung serat kasar yang cukup tinggi (MATHIUS, et al., 2003). Selanjutnya bila produk limbah kelapa sawit dimanfaatkan untuk ternak dapat menyebabkan kekurangan nutrien, sehingga menurunkan produktivitas, oleh karena itu perlu ada perlakuan dalam pemanfaatan limbah perkebunan sawit agar kualitas limbah tersebut meningkat. Menurut SUDARYANTO (1999) ada empat perlakuan yang bisa dilakukan yaitu : perlakuan fisik, kimia, kimia dan fisik serta biologis. Perlakuan fisik berupa pemotongan menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga mudah dikonsumsi ternak. Perlakuan kimia bisa dilakukan dengan memberikan urea (amoniasi). Sedangkan perlakuan biologi dengan menggunakan bakteri, jamur, enzim seperti fermentasi dengan probiotik atau starter. Menurut HARDIANTO (2004), teknologi pengolahan limbah pertanian dan agroindustri yang dapat dilakukan bila diolah menjadi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua limbah tersebut dengan metode prosesing, yaitu : 1. Perlakuan pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien 2. Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau dengan alat pengering untuk menurunkan kadar air bahan 1 2 3

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Indusiri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3. Perlakuan penggilingan dengan alat giling yang disebut Hammer mill 4. Menggunakan alat pencampur (mixer) 5. Proses pengemasan (packing) Dijelaskan oleh PURBA, et al., (1977) pelepah sawit merupakan limbah perkebunan yang diperoleh dari pemangkasan pada saat panen atau pemangkasan rutin yang dilakukan 6 bulan sekali, dan menurut SITOMPUL (2003) pelepah sawit merupakan sumber pakan bagi ternak sebagai pengganti hijauan. Selanjutnya dikatakan PURBA, et al., (1977) kandungan gizi dan nilai kecernaan pelepah sawit adalah 48%, oleh karena itu kontribusi energi pelepah sawit diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok sehingga untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, bunting maupun produksi diperlukan pakan tambahan sehingga kekurangan protein dan energi dapat dipenuhi. KESIMPULAN 1. Tanah Laut merupakan sentra pengembangan sapi potong dengan jumlah populasi sebanyak 70,359 (39%) dari populasi ternak sapi yang ada di Kalimantan Selatan. Namun sebagai salah satu daerah lahan kering setiap musim kemarau selalu kesulitan dalam penyediaan hijuan sebagai pakan ternak. 2. Luas perkebunan kelapa sawit di daerah Kabupaten Tanah Laut 26.848 Ha. Melihat potensi luasan perkebunan sawit ini, diprediksi bisa menyediakan limbah perkebunan sebagai pakan ternak sejumlah 533.738,2 ton per tahun dan dapat menampung ternak sebanyak 48.743 (69,3%) dari populasi ternak sapi yang ada. 3. Berdasarkan perhitungan limbah perkebunan sawit yang dihasilkan (pelepah dan daun) didapat sebanyak 533.738.2 ton/ tahun dan bila limbah tersebut hanya dimanfaatkan sebanyak 50% maka tersedia pakan sebanyak 266.869,1 ton/tahun, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi selama 3,5 bulan dan ini dapat membantu kelangkaan hijauan selama musim kemarau yang selama ini dialami peternak. 4. Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan limbah tersebut sebagai pakan ternak yang berkualitas maka perlu dilakukan peng- olahan melalui inovasi teknologi mekanis, kimia maupun mikro-biologi. DAFTAR PUSTAKA ANDJAM, M. 2005. Rencana pengembangan petemakan pada sistem integrasi sawit-sapi di Kalimantan Selatan. Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit -Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Banjarbaru, 22-23 Agustus 2005. Him 83-87. BATUBARA, L. 2002. Potensi biologis daun kelapa sawit sebagai pakan basal dalam ransum sapi potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 30 September 1 Oktober 2002. P. 135-138. BIRO STATISTIK KALIMANTAN SELATAN. 1995. Kalimaptan Selatan Dalam Angka, Banjarmasin. DEVENDRA, C. 1978. The utilization of feedingstuffs from the oil palm plant. Proc. Symp. On feedingstuffs for livestock in South East Asia. 17-19 October 1977. Kuala Lumpur. P. 116-131. DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. 2005. Laporan Tahunan. Banjarbaru. DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. 2005. Statistik Petemakan. Banjarbaru. DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. 2005. Laporan Tahunan. Banjarbaru. DIWYANTO, K., B.R. PRAWIRADIPUTRA dan D. LUBIS. 2002. Integrasi tanaman-ternak dalam pengembangan agribisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan. Wartazoa : 1-8. FAUZI, Y., Y.E. WIDYASTUTI., 1. SATYAWIBAWA, dan R. HARTONO. 2003. Kelapa sawit. budidaya, pemanfaatan hasil dan limbah, analisa usaha dan pemasaran. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. HARDIANTO, R. 2004. Pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri sebagai bahan baku untuk pengembangan industri pakan temak complete feed. Program Magang dan Transfer Teknologi Pakan. BPTP Jawa Timur. Malang. MATHIUS, I.W. 2003. Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi basis pengembangan sapi potong. Warta LitbangPertanian 25 (5) : 1-4. 1 2 4

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak MATHIUS, I. W., D. SITOMPUL, B. P. MANURUNG dan AsMI. 2003. Produk samping tanaman dan pengolahan buah kelapa sawit sebagai dasar pakan komplet : Suatu tinjauan. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. P. 120-128. NASRULLAH, B.TAPPA, S. SAID dan E. M. KAHN. 2004. Ketersediaan pakan temak ruminansia di Kalimantan Selatan. Makalah seminar sehari dalam rangka bulan bakti peternakan dan kesehatan hewan. Banjarbaru 16. September 2004. (Unpublish). PURBA, M. dan S. P. GINTING. 1977. Integrasi perkebunan kelapa sawit dengan ternak ruminansia. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 5 (2) : 55-60. ROHAENI, E. S., N. AMALI, A. 'DARMAWAN, SUMANTO, A. SUBHAN, S. NURAWALIYAH dan PAGIANTO. 2004. Pemanfaatan limbah jagung untuk pakan lengkap dalam sistem usahatani ternak sapi dan jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Laporan Akhir Hasil Pengkajian BPTP Kalimantan Selatan. SITOMPUL, D. 2003. Desain pembangunan kebun dengan sistem usaha terpadu ternak sapi Bali. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. P. 81-88. SUDARYANTO, B. 1999. Peluang penggunaan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminansia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, I - 2 Desember 1998. P. 428-433. WINUGROHO, M., dan MARYATI. 1999. Kecernaan daun kelapa sawit sebagai pakan temak ruminansia. Laporan APBN 1998/1999. Balai Penelilian Ternak. Bogor. 1 2 5