GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DI DESA GRINGGING, SAMBUNGMACAN, SRAGEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil

Mitha Destyowati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KB IUD DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

Transkripsi:

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK Lina Darmayanti Bainuan* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id ABSTRAK Pendahuluan: Indonesia menghadapi masalah dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2015 sebesar 1,49 persen pertahun. Untuk mengatasi hal ini pemerintah menggalakkan Keluarga Berencana. Ketepatan klien dalam memilih kontrasepsi sangat mendukung keberhasilan dari program Keluarga Berencana. Pemilihan kontrasepsi dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur, paritas, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Di desa Kendal Pecabean dari tahun ke tahun peminat kontrasepsi suntik paling banyak. Pada tahun 2016 peminat kontrasepsi suntik sebanyak 444 orang (57,6%) melebihi PPM tahun 2016 sebesar 30,28%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umur dan paritas akseptor KB terhadap pemilihan kontrasepsi suntik. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menjadi populasinya adalah seluruh akseptor KB di desa Kendal Pecabean periode Januari-Juni tahun 2017 sebanyak 396 orang, pengambilan sampelnya dilakukan secara Systematic Random Sampling dengan jumlah sampel sebesar 191 orang. Instrumen penelitian melalui data sekunder dengan melihat data pendataan keluarga Desa Kendal Pecabean kemudian diolah dengan menggunakan tabulasi frekuensi dan dilakukan tabulasi silang. Hasil: Hasil penelitian didapatkan akseptor mayoritas umur 20-35 tahun yaitu 98 orang (51,31%) dan paritasnya mayoritas primipara yaitu 123 orang (64,%), yang memilih kontrasepsi suntik yaitu 107 orang (56,02%). Hasil tabulasi silang mayoritas akseptor yang memilih kontrasepsi suntik yaitu berumur 20-35 tahun sebanyak orang 64 orang (65,31%) dan primipara sebanyak 72 orang (58,54%).. Diskusi: Pemilih kontrasepsi suntik mayoritas pada umur 20-35 tahun dan primipara. Oleh karena itu, agar calon akseptor tepat memilih kontrasepsi sesuai dengan umur dan paritas maka diperlukan konseling, penyuluhan, dan kerjasama lintas sektor untuk mengadakan safari KB. PENDAHULUAN Indonesia menghadapi masalah dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2005-2015 sebesar 1,49 persen pertahun. Untuk mengatasi hal ini perlu digalakkan Keluarga Berencana, dimana tujuan program KB adalah Mewujudkan Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Hartanto, 2004). Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudnya NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2015). Usia subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan. Menurut hasil penelitian diketahui bahwa usia subur wanita antara usia 15-49 tahun walaupun sebagian wanita mengalami haid pertama pada usia 9-10 tahun. Oleh karena itu, untuk mengatur dan menjarangkan kehamilan maka prioritas untuk mengikuti program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Metode kontrasepsi yang dipergunakan untuk peserta KB terbagi atas Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( MKJP) yang terdiri dari MOW/MOP, IUD, dan Implant, sedangkan untuk Metode Kontrasepsi Jangka Pendek (non MKJP) terdiri dari suntik, pil, kondom, 1 1

obat vagina, dan lainnya (DinKes Jatim, 2014). Di dalam target nasional diharapkan pencapaian peserta KB tahun 2000 adalah 80% melalui program pemerintah dan 50-60% untuk jalur pelayanan swasta (Hartanto, 2004). Angka pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate) CPR menunjukkan peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Capaian CPR semua cara secara nasional meningkat dari 49,7% pada tahun 1991 menjadi 61,4% pada tahun 2007. Sementara itu, untuk CPR cara modern meningkat dari 47,1% pada tahun 1991 menjadi 57,4% pada tahun 2007 (SDKI). Selanjutnya, di antara CPR cara modern, kontrasepsi suntik paling banyak digunakan 32% diikuti pil KB sebesar 13% (SDKI, 2007). Dari laporan profil Kabupaten/Kota tahun 2014 diketahui bahwa cakupan peserta KB aktif sebesar 70,90% dan KB baru 9,67% dari seluruh PUS. Untuk cakupan tahun 2014, metode yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah metode non MKJP dengan pilihan terbanyak adalah suntik (53,31%) dan paling sedikit kondom (1,31%). Kecenderungan yang sama juga terjadi pada peserta KB baru yaitu metode kontrasepsi yang banyak terpilih adalah non MKJP dengan pilihan terbanyak suntik ( 60,20%) dan terendah MOP/MOW (0,98%). Dari data tersebut terlihat bahwa Metode Kontrasepsi Jangka Pendek (non MKJP) lebih diminati oleh akseptor KB di provinsi Jatim. Kondisi tersebut mungkin disebabkan karena faktor biaya yang lebih murah dan kemudahan dalam pemakaiannya (Dinkes Jatim, 2014). Dari data yang diperoleh di desa Kendal Pecabean jumlah akseptor KB yang mengikuti program KBtahun 2016 adalah 1142 orang, usia <20 tahun berjumlah 185 orang (16,2%), usia 21-30 tahun berjumlah 278 orang (24,3%), dan usia >30 tahun berjumlah 679 orang (59,4%). Sisanya tidak mengikuti program KB yaitu sebanyak 73 orang (6,4%) dan PPM kontrasepsi suntik adalah 312 orang (27,32%). Sedangkan pencapaian peserta KB aktif di Desa Kendal Pecabean, Sidoarjo tahun 2014-2016 sebagai berikut : Tabe 1 Data Pencapaian Peserta KB Aktif di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Tahun 2014-2016 Tahun N o 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Kontraseps i IUD MOP MOW Implant Suntik Pil Kondom 2014 2015 2016 % % % 34-0 10 8 10 5,4-6,4 6,4 63, 3 17, 1 1,6 32 2 42 43 5 18 0 11 4,3 0,3 5,7 5,4 58, 6 24, 3 1,5 32 2 43 44 4 19 9 10 4,2 0,3 5,6 5,2 57, 6 25, 8 1,3 Jumlah 632 100 742 100 770 100 Sumber : Data Register Pendataan Keluarga Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Tahun 2014-2016 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan cakupan kontrasepsi suntik mengalami penurunan dari tahun ke tahun, terlihat dari tahun 2014-2015 menurun 4,7 %, akan tetapi kontrasepsi suntik dari tahun ke tahun peminatnya paling banyak. Pada tahun 2016 peminat kontrasepsi suntik adalah sebanyak 444 orang (57,6%) melebihi PPM tahun 2016 sebesar 30,28%. Data akseptor KB aktif tahun 2016 di desa Kendal berdasarkan umur dan paritas adalah sebagai berikut : Tabel 2 Data Peserta KB Aktif Berdasarkan Umur di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Tahun 2016 Umur peserta KB <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Jumlah % 105 213 452 13,6% 27,7% 58,7% Sumber : Data Register Pendataan Keluarga Tahun 2015 di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Berdasarkan tabel 2 mayoritas peserta KB aktif umur >35 tahun sebanyak 452 orang (58,7%). 2

Tabel 3 Data KB Aktif Berdasarkan Paritas di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Tahun 2016 Paritas peserta Jumlah KB % Primipara Multipara 287 483 37,2% 62,7% `Sumber : Data Register Pendataan Keluarga Tahun 2015 di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Berdasarkan tabel 3 mayoritas peserta KB aktif multipara sebanyak 483 orang (62,7%). Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain faktor sosial budaya, pekerjaan dan ekonomi, keagamaan, Faktor hukum,fisik, hubungan. Psikologis, dan status kesehatan saat ini dan riwayat genetik (Varney, 2007). Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsisuntik adalah umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan (Notoadmodjo, 2005). Faktor umur dijadikan alasan akseptor KB untuk menunda kehamilan, menjarangkan/mengatur kesuburannya, oleh karena itu faktor umur turut menentukan dalam pemilihan suatu metode kontrasepsi. Untuk mencapai tujuan program Keluarga Berencana yaitu menurunkan angka kelahiran maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu fase menunda/mencegah kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, dan fase menghentikan/mengakhiri kehamilan. Fase menunda kehamilan bagi PUS(Pasangan Usia Subur) dengan usia istri <20 tahun, pada usia ini sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program. Pada usia <20 tahun diprioritaskan menggunakan kontrasepsi pil oral karena kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100%, urutan pemilihan kontasepsi selanjutnya pada usia ini disarankan kontrasepsi IUD mini, sederhana, implant, suntikan. Fase menjarangkan kehamilan bagi PUS usia antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, pada usia ini dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama karena dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan, urutan pemilihan kontasepsi selanjutnya pada usia ini disarankan menggunakan suntikan, minipil, pil, implan, sederhana. Fase menghentikan/mengakhiri Kehamilan/Kesuburan bagi PUS usia diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak, pada usia ini pilihan utama adalah kontrasepsi mantap, urutan pemilihan kontasepsi selanjutnya pada usia ini disarankan menggunakan kontrasepsi IUD, implan, suntikan, sederhana, pil. Pada primipara sebaiknya menggunaan metode kontrasepsi yang reversibilitas cukup tinggi dan efektivitas cukup tinggi seperti IUD, karena akseptor masih mengharapkan masih mempunyai anak lagi, urutan selanjutnya pemilihan kontrasepsi disarankan menggunakan kontrasepsi suntik, minipil, pil, implan, sederhana, steril. Sedangkan pada multipara sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi yang efektifitasnya sangat tinggi dan berjangka waktu panjang seperti steril, karena akseptor tidak mengharapkan mempunyai anak lagi, urutan selanjutnya pemilihan kontrasepsi disarankan menggunakan IUD, implan, suntik, sederhana, pil (Hartanto, 2004 dan Saifuddin, 2015). Pada urutan pemilihan kontrasepsi yang ada atau tiga fase tersebut kontrasepsi suntik tidak ada yang menjadi prioritas utama akan tetapi dari data SDKI tahun 2007 kontrasepsi suntik paling banyak digunakan sebesar 32%, dari data laporan profil Kabupaten/Kota tahun 2014 pilihan terbanyak juga pada kontrasepsi suntik sebesar 53, 31%, dan dari data register desa Kendal Pecabean dari tahun 2014 sampai 2016 kontrasepsi suntik menjadi peminat yang paling banyak, tahun 2016 sebesar 57,6%. Dampak yang mungkin dihadapi pada pengguna kontrasepsi suntik adalah gangguan 3

haid, berat badan bertambah, mual, pusing, dan muntah. Selain itu ada kerugiannya yaitu penyuntikan lebih sering dan biaya keseluruhan lebih tinggi.pemerintah juga mengalami kerugian dalam hal keuangan karena persediaan obat KB yang bersubsidi akan cepat habis dan pemerintah akan sulit mewujudkan visi Keluarga Berkualitas tahun 2015 yaitu keluarga sejahtera, sehat, maju, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Hartanto, 2004 dan Saifuddin, 2015). Pemerintah sudah berupaya untuk mengantisipasi laju pertumbuhan penduduk yang cepat ini dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1970. KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami-isteri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 1970). Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga meningkatkan kualitas keluarga maupun individu-individu di dalamnya sehingga dapat tercipta keluarga yang memiliki jumlah anak yang ideal, sehat, sejahtera, berpendidikan, berketahanan, serta terpenuhi hak-hak reproduksinya. Dalam upaya peningkatan pelayanan KB diperlukan petugas kesehatan termasuk bidan sebagai tenaga profesional diharapkan dapat memberikan konseling, KIE, dan konsultasi kepada PUS mengenai program keluarga berencana (Hartanto, 2004). Berdasarkan masalah diatas yaitu pada tahun 2016 di desa Kendal Pecabean dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi suntik dari tahun 2014 sampai 2016 peminatnya selalu banyak. Pada tahun 2016 peminatnya sebesar 57,6% dan melebihi dari PPM (27,32%) sehingga perlu dilakukan penelitian tentang Gambaran umur dan paritas akseptor KB terhadap pemilihan kontrasepsi suntik di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo periode Januari- Juni tahun 2017 METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif, dilakukan pengambilan data pada bulan Maret 2017. Populasinya seluruh seluruh Akseptor KB di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo periode Januari-Juni tahun 2017 dengan besar sampel sebanyak 191 orang. Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah Probability Sampling dengan teknik Systematic Random Sampling. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini melalui data sekunder register pendataan keluarga untuk mengetahui gambaran umur dan paritas akseptor KB di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo periode Januari-Juni tahun 2017. Dalam penelitian ini sebagai variabel adalah pemilihan kontrasepsi suntik dan karakteristik (umur dan paritas). HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi umur akseptor KB di desa Kendal Pecabean Sidoarjo Periode Januari Juni Tahun 2017 menunjukan bahwa mayoritas umur akseptor KB adalah umur 20-35 tahun sebanyak 98 orang (51,31%). Distribusi Frekuensi paritas akseptor KB di desa Kendal Pecabean Sidoarjo Periode Januari Juni Tahun 2017 menunjukan bahwa mayoritas paritas akseptor KB adalah primipara sebanyak 123 orang (64, %). Distribusi Frekuensi pemilihan kontrasepsi suntik di desa Kendal Pecabean Sidoarjo Periode Januari Juni Tahun 2017 menunjukan bahwa mayoritas akseptor menggunakan kontrasepsi suntik adalah sebesar 107 akseptor (56,02%). Dari pengumpulan data yang dilakukan, langkah selanjutnya adalah analisa data seperti pada tabel 4. 4

Tabel 4 Tabulasi Silang antara Umur Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Periode Januari-Juni Tahun 2017 Pemilihan Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi Bukan Jumlah Umur Suntik Kontrasepi Suntik Σ % Σ % Σ % < 20 tahun 1 33,33 2 66,67 3 100 20-35 tahun 64 65,31 34 34,69 98 100 >35 tahun 42 46,67 48 53,33 90 100 Jumlah 107 84 191 100 Sumber: Data primer diolah oleh peneliti. Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa akseptor yang berumur <20 tahun dibandingkan akseptor dengan umur 20-35 tahun mayoritas menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 64 orang (65,31%). banyak menggunakan kontrasepsi bukan suntik sebanyak 2 orang (66,67%) Tabel 5 Tabulasi Silang antara Paritas Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik di Desa Kendal Pecabean Sidoarjo Periode Januari-Juni Tahun 2017 Pemilihan Kontrasepsi Suntik Paritas Primipara Multipara Kontrasepsi Suntik Bukan Kontrasepsi Suntik Jumlah Σ % Σ % Σ % 72 35 58,54 51,47 51 33 41,46 48,53 Jumlah 107 0 84 191 Menurut Tabel 5 menunjukkan bahwa akseptor dengan paritas primipara mayoritas menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 72 orang (58,54%) dibandingkan dengan akseptor dengan paritas multipara menggunakan kontrasepsi bukan suntik sebanyak 33 orang (48,53%). PEMBAHASAN Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Rustam Mochtar, 1998). Dalam memilih kontrasepsi harus memenuhi syarat, yaitu : aman artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan, berdaya guna dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan, dapat diterima bukan hanya oleh klien melainkan oleh lingkungan budaya di masyarakat, terjangkau harganya oleh masyarakat dan bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, 123 68 100 100 klien akan segera kembali kesuburannya kecuali untuk kontrasepsi mantap (Saifuddin, 2015). Pemilihan kontrepsi suntik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, paritas, pekerjaaan, pendidikan, sosial budaya, sosial ekonomi, agama, hukum, psikologis, fasilitas pelayanan, petugas kesehatan, dan dukungan keluarga. Untuk mencapai tujuan program Keluarga Berencana yaitu menurunkan angka kelahiran maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu fase menunda/mencegah kehamilan pada usia < 20 tahun, fase menjarangkan kehamilan pada usia 20-35 tahun, dan fase menghentikan/mengakhiri kehamilan pada usia > 35 tahun (Hartanto, 2004 dan Saifuddin, 2015). Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa mayoritas umur akseptor KB adalah umur 20-35 tahun sebanyak 98 orang (51,31%). Tabel 5 60

5.2 didapatkan bahwa mayoritas paritas akseptor KB adalah primipara sebanyak 123 orang (64, %). Pada tabel 5.3 menunjukkan persentase terbesar akseptor KB memilih kontrasepsi suntik sebesar 107 orang (56,02%). Berdasarkan hasil tabulasi silang tabel 5.4 bahwa akseptor dengan umur 20-35 tahun mayoritas menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 64 orang (65,31%) dibandingkan akseptor yang berumur <20 tahun banyak menggunakan kontrasepsi bukan suntik sebanyak 2 orang (66,67%). Menurut Hartanto (2016) pada umur 20-35 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. Pada usia tersebut diutamakan menggunakan kontrasepsi yang efektifitasnya cukup tinggi dan reversibilitasnya cukup tinggi, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama. Pada usia 20-35 tahun bukan tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi suntik tetapi pemakaian IUD lebih diutamakan karena keuntungannya lebih banyak dibandingkan suntik yaitu kontrasepsi IUD kesuburannya segera kembali sesudah IUD dilepas sedangkan keterbatasan kontrasepsi suntik salah satunya adalah terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, selain itu IUD lebih efektif membantu klien karena penggunaannya jangka panjang 2-4 tahun dan tidak perlu setiap bulan ke petugas kesehatan (Saifuddin, 2015). Pada akseptor yang berusia <20 tahun pemilihan kontrasepsi sudah baik karena mayoritas sebanyak 66,67% tidak menggunakan kontrasepsi suntik yaitu menggunakan kontrasepsi pil oral. Menurut Hartanto (2004) akseptor umur <20 tahun diprioritaskan menggunakan kontrasepsi pil oral, karena peserta reversibilitasnya sangat tinggi, artinya kembali ke kesuburan dapat terjamin hampir 100%. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas (Bobak, 2005). Dari hasil penelitian analisa data pada tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa karakteristik menurut paritas mayoritas pada akseptor dengan paritas primipara yaitu pada kontrasepsi suntik sebanyak 72 orang (58,54%). Sedangkan menurut teori akseptor dengan paritas primipara merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. Pada usia tersebut diutamakan menggunakan kontrasepsi yang efektifitasnya cukup tinggi dan reversibilitasnya cukup tinggi, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama. Kontrasepsi suntik pada primipara bukan tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi suntik tetapi pemakaian IUD lebih banyak keuntungannya dibandingkan suntik yaitu kontrasepsi IUD kesuburannya segera kembali susudah IUD dilepas sedangkan keterbatasan kontrasepsi suntik salah satunya adalah terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian (Hanafi, 2004). Pada usia 20-35 tahun dan primipara sebaiknya menggunakan kontrasepsi IUD akan tetapi hasil penelitian yang didapat masih banyak yang menggunakan kontrasepsi suntik. Dari data umum di Desa Kendal Pecabean mayoritas penduduk bermata pencaharian petani dan buruh pabrik sehingga akseptor sebagian besar tidak mampu untuk mengikuti kontrasepsi IUD karena faktor biaya dan pekerjaan yang terlalu berat menjadikan akseptor takut menggunakan kontrasepsi IUD. Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi, kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua. Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan pencapaian program KB dengan kebijakan 6

pemerintah dalam melakukan pelayanan, petugas kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan dan konseling tentang efek samping, indikasi dan kontra indikasi, cara kerja semua alat kontrasepsi, dan membantu mengarahkan klien dalam mengambil keputusan sebelum menggunakan kontrasepsi, sehingga akseptor KB bisa lebih paham dan lebih tepat dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan karakteristiknya. Petugas kesehatan harus melakukan pendekatan dan mencari penyebab mengapa akseptor banyak yang menggunakan kontrasepsi suntik dibandingkan kontrasepsi lain. Petugas kesehatan hendaknya juga melakukan kerjasama lintas sektor untuk mengadakan safari KB SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Umur akseptor KB di Desa Kendal Pecabean periode Januari-Juni tahun 2017 umur <20 tahun mayoritas menggunakan kontrasepsi bukan suntik sebanyak 2 orang (66,67%) dibandingkan dengan umur 20-35 tahun mayoritas menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 64 orang (65,31%). Paritas akseptor KB di Desa Kendal Pecabean periode Januari-Juni tahun 2017 mayoritas yang memilih kontrasepsi suntik adalah primipara sebesar 72 orang (58,54%) dibandingkan dengan akseptor dengan paritas multipara menggunakan kontrasepsi bukan suntik sebanyak 33 orang (48,53%). Saran Masyarakat hendaknya melakukan program KB untuk mengatur jarak kelahiran sesuai karakteristik akseptor KB dengan mencari sumber informasi kesehatan tentang KB baik secara individual ataupun kelompok di Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes maupun Bidan praktek Untuk menghindari terjadinya kehamilan resiko tinggi, disini bidan selaku petugas kesehatan harus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai program KB dengan cara memberikan penyuluhan dan konseling KB sesuai dengan karakteristik akseptor dan mengadakan kerjasama lintas sektor untuk mengadakan safari KB DAFTAR PUSATAKA BKKBN. 2004. Panduan Praktis Memilih Kontrasepsi. Surabaya. Budijanto, Didik. 2006. Metodologi Penilitian. Surabaya : Puslitbang. DinKes. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dinkes Jatim : Surabaya. Handayani, Sri. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Irene, M.Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC. Notoadmodjo. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmodjo. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam dan Sri Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi. Riset Keperawatan, Jakarta : CV. Sugeng Satu. 7

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sibagariang, E. E. 2015. Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : Graha Ilmu. Varney, Hellen, dkk. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC 8