Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kampus USU Medan 20155

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Informasi singkat tentang jenis primata baru khas Sumatera. Orangutan Tapanuli. Pongo tapanuliensis. Jantan dewasa Orangutan Tapanuli Tim Laman

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan salah satu dari dua. taman nasional yang terdapat di Provinsi Lampung selain Taman Nasional

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Klasifikasi ilmiah orangutan Sumatera menurut Groves (2001) adalah

10 Hewan Langka Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan gajah yang keberadaannya sudah mulai langka. Taman Nasional. Bukit Barisan Selatan termasuk ke dalam taman nasional yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Orangutan yang sedang beraktivitas di hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumatera. Klasifikasi orangutan sumatera menurut Singleton dan Griffiths

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Faktor Faktor Penentu Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) di Taman Nasional Bukit Tigapuluh

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB III METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Mengenal Satwa Liar dan Teknik Perlindungannya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Resort Pemerihan, TNBBS pada bulan. WWF Indonesia (World Wide Fund for Nature Indonesia).

TINJAUAN PUSTAKA. makanan (top predator) di hutan tropis. Peranannya sebagai top predator,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

III. METODE PENELITIAN

PERILAKU DAN JELAJAH HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelli Lesson, 1827) REHABILITAN DI KAWASAN CAGAR ALAM HUTAN PINUS JANTHO, ACEH BESAR ABSTRACT

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Resort Pemerihan Taman

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

Azhar. Aceh Wildlife

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN INTERIOR ETALASE GEOPARK MERANGIN DI DISBUDPAR MERANGIN

Mengembalikan Fungsi Ekosistem. Fungsi Ekosistem 11/1/2013. Ruang Lingkup. Konservasi. Pemanfaatan dan pelestarian. Restorasi.

Karakteristik Sarang Orangutan (Pongo pygmaeus morio) Pada Beberapa Tipe Hutan Di Kalimantan Timur

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 di Suaka Rhino Sumatera, Taman

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Area. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan satu kesatuan

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Klasifikasi Ilmiah Daun Sang (Johannestijsmania altifrons)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PERBANDINGAN PERILAKU BERSARANG ORANGUTAN JANTAN DENGAN ORANGUTAN BETINA DEWASA (Pongo abelii) DI STASIUN PENELITIAN SUAQ BALIMBING Fauziah 1), Abdul Hadi Mahmud 2) dan Hermansyah 3) 1,2,3) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Syiah Kula Darussalam Banda Aceh, 23111. Email: fauziah1302@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Perbandingan Perilaku Bersarang Orangutan Jantan dengan Orangutan Betina Dewasa ( Pongo abelii) di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing mulai Oktober 2009 sampai Februari 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku bersarang berdasarkan perbandingan sarang antara orangutan jantan dan orangutan betina ( Pongo abelii). Metode yang digunakan adalah survey eksploratif. Pengambilan data dengan cara mengikuti satu individu orangutan (focal animal) setiap hari. Penelitian ini mengikuti 5 ekor orangutan jantan dan 5 ekor orangutan betina dewasa dan untuk setiap individu diambil pengamatan 5 kali bersarang. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANAVA). Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan yang nyata waktu yang dihabiskan dalam membangun sarang terhadap orangutan jantan dengan orangutan betina. Tinggi sarang orangutan juga berbeda nyata antara sarang orangutan jantan dengan sarang orangutan betina. Kata Kunci: Sarang, Orangutan Betina, Orangutan Jantan, Suaq Balimbing PENDAHULUAN awasan Ekosistem Leuser (KEL) merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis yang terbentang luas dalam gugusan Bukit Barisan, dengan luas areal sekitar 2,6 juta hektar. KEL yang terletak di dua provinsi paling ujung pulau Sumatera yaitu Provinsi Aceh dan Sumatera Utara yang mempunyai tingkat keragaman hayati yang sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya lima spesies hewan langka yaitu orangutan Sumatera ( Pongo abelii), harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera ( Dicerorhinus sumatrensis), dan beruang madu ( Helarctos malayanus) ditemukan hidup dalam satu ekosistem (Irfan dan Priatna, 2004). Orangutan merupakan salah satu kera besar Asia yang masih hidup sekarang ini. Orangutan di Indonesia hanya dapat dijumpai di pulau Sumatera dan Kalimantan. Orangutan Sumatera disebut dengan Pongo abelii dan Orangutan Kalimantan disebut dengan Pongo pygmaeus (Bekof, 1972). Orangutan pada habitatnya melakukan berbagai aktifitas harian diantaranya adalah makan, bergerak, istirahat dan sosialisasi. Aktifitas sosial mereka meliputi perkawinan (kopulasi) dan bermain (Lubis, 1995). Orangutan lebih menyukai habitat di Taman Nasional Gunung Leuser dari pada kawasan lainnya. Salah satunya alasannya adalah terkait dengan sumber pakannya. Seperti diketahui, Taman Nasional Gunung Leuser memiliki banyak sungai, baik kecil maupun besar. Di sepanjang sungai-sungai itulah tumbuh subur aneka buah-buahan yang menjadi sumber pakan orangutan (Margianto, 1998). Semua kera besar termasuk orangutan membangun sarang yang biasa dipergunakannya untuk beristirahat pada siang maupun malam hari. Sarang bagi orangutan dapat berfungsi sebagai tempat bermain, tempat berlindung, melahirkan anak, melakukan kopulasi dan aktifitas makan (Van Schaik et al.,1994). 26

Perbandingan Prilaku Bersarang Orangutan Jantan dengan Orangutan Betina... 27 Soal kecepatan membuat sarang, orangutan ini sangat piawai. Dengan cekatan dan terampil, ia mampu membuat sebuah sarang hanya dalam tempo dua sampai tiga menit. Menurut Margianto (1998), Sarang-sarang orangutan biasanya tersebar di punggung bukit sebelah barat. Ini dimaksudkan agar mereka terhindar dari panas matahari dan terlindung dari angin malam. Mengingat adanya perbedaan perilaku bersarang antara orangutan jantan dengan orangutan betina, maka perlu suatu penelitian khusus tentang perilaku bersarang pada orangutan di habitat alami. Untuk itu dilakukan penelitian di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing Ekosistem Leuser, Aceh Selatan Propinsi Aceh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa perbedaan perilaku bersarang berdasarkan perbandingan sarang antara orangutan jantan dan orangutan betina (Pongo abelii) di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing Ekosistem Leuser Aceh Selatan Propinsi Aceh dan penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai Februari 2010. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan untuk menunjang penelitian ini antara lain adalah kamera, binokuler, senter kepala ( Head lamp), kompas, peta, GPS, meteran, pita, dan lembaran data. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei eksploratif. metode survei eksploratif yaitu penelitian yang mengutamakan pengamatan langsung terhadap gejala, peristiwa, dan kondisi aktual di lapangan dengan cara menelusuri daerah lokasi penelitian. Pengambilan data dengan cara mengikuti satu individu orangutan (focal animal) setiap hari. Penelitian ini mengikuti 5 ekor orangutan jantan dan 5 ekor orangutan betina dewasa dan untuk setiap individu diambil pengamatan 5 kali bersarang. Prosedur Penelitian Pengamatan aktivitas membuat sarang oleh orangutan jantan maupun betina dilakukan setiap hari, satu hari hanya dilakukan pengamatan aktivitas membuat sarang oleh seekor orangutan.. Penelitian ini ditempuh dalam tiga langkah yaitu: 1. Pencarian orangutan target Pencarian orangutan dilakukan mulai jam 8.00 sampai orangutan target di temukan. Untuk mendapatkan orangutan target, maka harus bergerak perlahan-lahan di dalam hutan dengan menelusuri jalur-jalur rintisan ( trail) yang ada pada kawasan areal penelitian Suaq Balimbing. Pada saat melakukan pencarian orangutan, peneliti harus cermat melihat dan mendengar bunyibunyian yang menyertai keberadaan orangutan, suara pohon yang berdesing, bunyi batang-batang pohon mati yang dipatahkan untuk mendapatkan rayap, bagian-bagian buah-buahan yang jatuh ketika orangutan sedang makan di atas pohon dan kadang-kadang orangutan dewasa mengeluarkan seruan panjang ( long call) sehingga sangat membantu pengamat untuk menemukannya. 2. Pengamatan Pada saat orangutan telah ditemukan maka orangutan tersebut diikuti sampai dengan aktifitas membuat sarang tidur yang merupakan sarang yang dibuat dengan kontruksi sempurna. Orangutan tidak hanya membuat sarang malam, tetapi orangutan juga membuat sarang pada siang hari untuk beristirahat. Penelitian ini, sarang siang diabaikan karena sarang siang kontruksinya tidak sempurna sehingga sangat sulit untuk dihitung perbandingan antara sarang orangutan jantan dengan sarang orangutan betina. Sarang dibangun oleh setiap orangutan yang akan melakukan istirahat pada sore hari menjelang magrib. Untuk setiap sarang orangutan yang ditemukan, dilakukan pengambilan titik koordinat dan ditandai posisi sarang di peta, agar besok harinya memudahkan pengamat untuk mengikutinya lagi.

28 Fauziah, dkk Pengambilan data diambil pada saat orangutan mulai membangun sarang sampai selesai. Waktu yang dibutuhkan oleh orangutan jantan dan betina dalam membuat sarang dicatat dan ketinggian sarang pada pohon sarang juga diukur. Parameter Adapun parameter yang diukur dalam penelitian ini antara lain: 1. Waktu yang dipakai orangutan dalam membangun sarang. Pada saat orangutan membangun sarang maka dicatat waktu orangutan pertama kali mematahkan ranting ataupun cabang sampai orangutan itu tidur. 2. Tinggi sarang Pengukuran tinggi sarang dilakukan secara langsung dengan menggunakan meteran, pengukuran tinggi sarang diukur dari dasar sarang sampai ke permukaan tanah. Analisis Data Data-data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis varians (ANAVA). Analisa varian yang memiliki perbedaan akan diuji lanjut dengan uji lanjut Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari sepuluh individu orangutan (lima orangutan betina dan lima orangutan jantan dewasa) menunjukan adanya perbedaan pada perilaku bersarang orangutan. Seluruh individu tersebut dibedakan satu sama lainnya dengan memperhatikan karakteristik dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh setiap individu. Setiap orangutan pada sore hari membuat sarang untuk tidurnya. Dalam membuat sarang orangutan memilih lokasi yang menguntungkan untuk membangun sarang pada tempat tersebut. Menurut Margianto (1998), dalam aktifitas membuat sarangnya orangutan mempunyai teknik membangun sarangnya tersendiri. Ketika orangutan menemukan tempat yang nyaman untuk bersarang di pohon, maka orangutan bergerak menuju batang-batang pohon kecil disekitarnya, lalu orangutan memegang dahan dengan cara memilin, melengkungkan dan melipat dahan sampai rapat, lalu dilanjutkan dengan menambah dahan-dahan kecil dan daun untuk kenyamanan. Sepuluh individu tersebut telah dianalisa perilaku bersarang yang meliputi waktu yang dipakai oleh orangutan untuk membangun sarang, dan tinggi sarang. Perbandingan Perilaku Bersarang Antara Orangutan Jantan dan Orangutan Betina Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku bersarang antara orangutan jantan dengan orangutan betina yaitu waktu yang dipakai oleh orangutan dalam membangun sarang, dan tinggi saran. Perbandingan perilaku bersarang orangutan jantan dan orangutan betina seperti tertera pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Perbandingan Perilaku Bersarang Orangutan Jantan dan Betina Parameter Jantan Betina Derajat bebas F tabel Waktu (menit) 2,74 ± 0,50 5,55 ± 1,67 48 62,05** Tinggi (meter) 13,95 ± 2,72 20,63 ± 4,02 48 9,46** Keterangan. Tanda ** berbeda secara signifikan pada P = 0.05 Waktu Bersarang Orangutan Tabel 1 memperlihatkan bahwa adanya perbedaan yang nyata waktu yang dipakai oleh orangutan jantan dan betina untuk membuat sarang. Perbedaan waktu yang dipakai oleh orangutan untuk membangun sebuah sarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah orangutan jantan memiliki beberapa kelebihan yaitu orangutan jantan lebih agresif, gerakan lebih cepat dan memiliki tenaga yang lebih kuat. Dengan memiliki beberapa kelebihan tersebut, maka waktu yang dibutuhkan untuk

Perbandingan Prilaku Bersarang Orangutan Jantan dengan Orangutan Betina... 29 mematahkan dahan ataupun ranting untuk membuat pondasi sarang lebih sedikit. Orangutan betina membangun sarangnya sangat lambat, dikarenakan orangutan betina membangun sarang dengan penganyaman pada pondasi sarang (keliling sarang) dan sarangnya lebih luas. Selain faktor itu juga dipengaruhi oleh faktor gerak dan tenaga. Dua faktor ini sangat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh orangutan untuk membangun sebuah sarang. Gerakan orangutan betina lebih lambat dan tenaga orangutan betina lebih lemah dibanding dengan orangutan jantan. Tinggi Sarang Orangutan Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa adanya perbedaan yang nyata antara tinggi sarang orangutan jantan dan betina. Sarang orangutan jantan lebih rendah dibanding dengan sarang orangutan betina, hal ini diduga disebabkan oleh pemilihan posisi sarang oleh orangutan, keamanan dan kenyamanan. Menurut Rayadin dan Saitoh (2009) orangutan jantan dewasa membuat sarangnya di daerah yang rendah dibandingkan orangutan betina dewasa dengan kelompok umur lainnya dengan pola sarang yang berhubungan dengan ukuran dan posisi sarang. Orangutan dengan ukuran tubuh besar cenderung membuat sarang besar dan pada lokasi (posisi) yang seimbang. Pemilihan lokasi sarang ditempat yang seimbang lebih sering dilakukan oleh orangutan jantan dewasa dan orangutan betina dewasa yang memiliki anak dari pada orangutan remaja dan kanak-kanak. Gambar 1. Pengukuran Tinggi Sarang Orangutan jantan membangun sarang pada posisi satu (sarang terletak pad a dahan dekat batang utama) dan memilih penyokong yang lebih besar dan kuat. Posisi sarang sangat mempengaruhi ketinggian sarang. Ketinggian sarang orangutan jantan di area penelitian Suaq Balimbing rata-rata 13,9536 meter diatas permukaan tanah. Pada umumnya dahan yang besar dan kuat di area penelitian Suaq Balimbing berada pada ketinggian antara 10-15 meter dari permukaan tanah. Sehingga ketinggian sarang orangutan jantan juga berkisar antara 10 sampai 15 meter dari permukaan tanah. Orangutan betina lebih memilih posisi sarang yang tinggi dibanding dengan sarang orangutan jantan. Ketinggian sarang orangutan betina sangat dipengaruhi oleh posisi sarang yang dipilihnya, apalagi orangutan betina yang memiliki anak memilih posisi 3 (berada di puncak pohon), otomatis posisi ini memiliki ketinggian yang tinggi. Ketinggian sarang orangutan betina di areal penelitian Suaq Balimbing rata-rata 20,6332 meter diatas permukaan tanah. Posisi ini lebih disukai oleh orangutan betina yang memiliki anak karena dapat melindungi diri dan anaknya dari predator serta memiliki jangkauan yang luas serta

30 Fauziah, dkk tidak terhalang untuk dapat menjangkau sebagian luas penjuru hutan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang perilaku bersarang orangutan jantan dan betina DAFTAR PUSTAKA Bekof, M. 1972. Development of Social Interaction Play and Metacommunication In Mammals. Universitas Indonesia, Jakarta. Irfan dan D. Priatna. 2004. Keragaman Hayati Kawasan Ekosistem Leuser. UML, Medan. Lubis, A.H. 1995. Aktifitas Makan Anak Orangutan di Pusat Penelitian Ketambe Taman Nasional Gunung Leuser Aceh Tenggara. Skripsi. Universitas Nasional, Jakarta. Margianto, G. 1998. Perilaku Bersarang pada Orangutan (Pongo abelii) di Pusat Penelitian Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser Aceh Tenggara, Sumatera. Skripsi. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta. di Stasiun Suaq Balimbing, maka dapat di simpulkan bahwa waktu yang dihabiskan untuk membangun sarang oleh orangutan jantan sangat berbeda nyata dengan orangutan betina. Tinggi sarang orangutan jantan sangat berbeda nyata dengan tinggi sarang orangutan betina. Rayadin, Y And T. Saitoh. 2009. Individual Variation In Nest Size And Nest Site Feature Of The Bornean Orangutan ( Pongo pygmeus) Reseach Article. American Journal Of Primatology. willeyliss.inc.america. 71: 393-399 Van Schaik, C.P., S. Poniran, S.Utami, M. Griffiths, S. Djojosudharmo, T. Mitrasetia, J. Sugardjito, H.D. Rijksen, U.S.Seal, T. Faust, K.Traylorholzer, dan R. Tilson, 1994. Estimates of Orangutan Distribution and Status in Sumatera. Plenum PressNew York.