BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup pokok karena tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung tanpa tersedianya air yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. membahayakan kehidupan. [1] Selain dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup air akan berpengaruh di bidang sosial, ekonomi, teknologi dan kesehatan. Gangguan kesehatan dapat terjadi karena adanya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air ( Water Borne Diseases ). [2] Air baku adalah air yang memenuhi ketentuan Baku Mutu Air. Air baku yang dapat diolah menjadi air minum. Ditinjau dari kuantitasnya air minum harus memenuhi kebutuhan perkapita, sedangkan dari kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan. [3] Di Indonesia terdapat fenomena yang saling bertentangan pada penggunaan sungai. Selain untuk keperluan air minum, irigasi, serta keperluan lainnya sungai yang sama juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga, kotoran manusia dan industri. Sungai yang tercemar berakibat meningkatnya biaya pemurnian, terlebih jika air sungai tersebut banyak mengandung bahan kimia, bahan beracun, dan jenis logam berat. [4] Pengujian yang pernah dilakukan membuktikan bahwa instalasi pengolahan air umumnya tidak berhasil membersihkan Fosfat, Mercuri, Magnesium, Timah dan Ammonium dari air minum misalnya saringan pasir lambat yang sudah ada di pedesaan. [5] Sungai Barito merupakan salah satu sungai besar yang berada di pulau Kalimantan selain sebagai urat nadi transportasi antar daerah dengan debit yang besar, juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah akhir dari penduduk dan industri di sepanjang aliran sungai tersebut. Pada bagian hulu sungai Barito khususnya sebagian mata pencaharian penduduknya adalah penambang emas liar. Penambangan emas dilakukan dengan cara penyedotan pasir sungai Barito. Aktifitas penambangan
tersebut berakibat peningkatan kandungan merkuri pada air sungai Barito. Hasil pemantauan yang dilakukan Bapedalda Barito Utara bulan Januari 2010, kandungan merkuri pada air baku PDAM di perkotaan Muara Teweh mencapai 0,015 mg/l yang berarti 15 kali di atas ambang batas 0,001 mg/l atau 1 ppb ( Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 ). Air sungai yang telah melebihi batas maksimum kadar merkurinya ( > 0,001 mg/l ), dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, antara lain akan menimbulkan dermatitis lokal pada kulit yang bersentuhan, jika termakan atau terminum dan terhirup uap merkuri akan merusak sel jaringan faal dalam tubuh. Jenis kelainan neurologik kadar merkuri yang terakumulasi dalam tubuh terlampir. Untuk menurunkan kandungan merkuri salah satu cara yang dapat digunakan dalam metode pengolahannya yaitu dengan pertukaran ion Hg dengan zeolit. Zeolit adalah kelompok mineral yang dalam pengertian atau penamaannya merupakan bahan galian non logam. Sumber zeolit dari bahan galian gunung berapi. Pada penelitian terdahulu zeolit digunakan sebagai filtrasi. Zeolit alam khususnya modernit berdasarkan penelitian sebelumnya memiliki gugus unsur Natrium yang memungkinkan untuk menjadi media penukar ion pada penelitian ini dalam menurunkan kadar merkuri pada air baku.zeolit dipilih karena ada beberapa keuntungan penggunaan zeolit sebagai media penukar ion dibandingkan dengan media lainnya antara lain zeolit bisa diregenerasi, depositnya melimpah, murah dan mudah didapat, stabil secara kimiawi/fisis serta memiliki kelarutan yang rendah serta memiliki kapasitas besar dan memiliki ion aktif di seluruh strukturnya. Zeolit alam memiliki kemampuan karbon aktif dan silika gel sebagai bahan penyerap lebih bagus daripada zeolit sintetis. Sedangkan zeolit sintetis mempunyai kemampuan sebagai katalisator yang lebih baik daripada zeolit alam. [6 Berdasarkan pada masalah tersebut dilakukan penelitian secara mendalam tentang kemampuan zeolit mengabsorbsi merkuri pada proses pertukaran ion dengan metode Batch / pengadukan dalam rangka
menurunkan kadar merkuri pada air sungai Barito. Karena metode Batch dapat ditemukan di semua Laboratorium dengan tekhnik pemakaiannya lebih mudah dibandingkan metode lainnya, praktis bagi masyarakat dan kekurangannya adalah masih dalam bentukyang sederhana/ tradisional. [7] Penelitian ini didasarkan dari penelitian Robert Kunin tahun 2009 yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertukaran ion adalah konsentrasi larutan, sistem dan kecepatan pengadukan, diameter partikel resin, kecepatan difusi ( kecepatan resin ), tingkat kapasitas kemampuan resin, temperatur. Atas dasar tersebut dilakukan penelitian zeolit alam sebagai penukar ion untuk menurunkan kadar merkuri dengan ukuran dosis yang berbeda yaitu 45 gram, 50 gram, 55 gram, 60 gram dan 65 gram. [8] Penentuan dosis ini didasarkan pada penelitian terdahulu, di mana dosis optimum adalah 55 gram. B. Rumusan Masalah. Adakah perbedaan penurunan kadar merkuri ( Hg ) pada air baku dengan pemberian variasi dosis zeolit alam dengan sistem Batch? C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan penurunan kadar merkuri ( Hg ) pada air baku dengan pemberian variasi dosis zeolit alam dengan sistem Batch. 2. Tujuan khusus a. Menghitung kadar merkuri sebelum dan sesudah pengontakkan zeolit alam. b. Mendeskripsikan prosentase penurunan kadar merkuri ( Hg ) pada air baku setelah pengontakkan zeolit alam dengan dosis 45 gr, 50 gr, 55 gr, 60 gr dan 65 gr. c. Menganalisis perbedaan penurunan kadar merkuri ( Hg ) pada air baku setelah kontak dengan zeolit dengan dosis 45 gr, 50 gr, 55 gr, 60 gr dan 65 gr.
d. Mendeskripsikan dosis zeolit yang paling efektif dalam menurunkan kadar merkuri ( Hg ) pada air baku. D. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Praktis. Bagi Masyarakat dapat mengetahui infomasi tentang manfaat penggunaan konsentrasi zeolit pada metode pengadukan cepat untuk menurunkan merkuri ( Hg ) air sungai di lingkungan. 2. Manfaat Teoritis. Bagi Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dapat mengetahui informasi dan memacu peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bahan lain atau pencemar lain dalam penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. E. Bidang Ilmu. Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat, khususnya bidang kesehatan lingkungan tentang penyediaan air bersih. F. Keaslian Penelitian. No Penelitian tentang pemanfaatan zeolit alam sebagai media penukar ion pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan variabel yang berbeda, antara lain : Peneliti ( Th ) Tabel 1.2. Keaslian Penelitian Judul Penelitian Desain Studi Variabel Bebas dan Terikat Hasil 1 NA. Wahyudi ( 2003 ) [9] Kemampuan Zeolit Alam dalam menurunkan kadar Merkuri ( Hg ) pada air baku dengan Metode Batch dan Kontinyu Pretest- - Dosis Zeolit - Kadar Merkuri (Hg) Dosis optimum 55 gr, Batch dan Kontinyu. Jar Test : ada 13 dan Batch ada 11 Variasi Sampel air PDAM artificial
2 Andreas NS Penurunan Kadar Besi ( 2004 ) [10] oleh media Zeolit alam Ponorogo secara Kontinyu - Diameter Zeolit - Konsetarsi Fe Ukuran diameter zeolit efektif 40 mesh 3 Tri Widianti ( 2006) [11] Pengujian Kapasitas Tukar Kation zeolit sebagai penukar kation alami untuk pengolahan limbah industri - Variasi Media, Konsentrasi - Lar NaOH Nilai KTK naik = Aktivasi dengan Metode Batch 4 Aslina DA Analisis thermal ( 2007 ) [12] zeolit Lampung sebagai penukar Ion Cesium - Zeolit - Ion Cesium Adsorbsi 86,4 % 5 Noor S Tinjauan kesetimbangan ( 2008 ) [13] Adsorbsi Tembaga dalam Limbah pencuci PCB dengan zeolit - Konsentrasi zeolit - Limbah cair ion Cu 2+ Konsentrasi < 30 mg/l menurunkan ion Cu 2+ 6 Adil WA ( 2009 ) [14] Desalinasi Air Payau menggunakan SMZ - Konsentrasi Zeolit - Limbah cair ion Cu 2+ Konsentrasi 2,5 % Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada variasi dosis zeolit sebagai media penukar ion dan penggunaan air sungai Barito sebagai sampelnya. Dalam penelitian terdahulu, umumnya peneliti menggunakan zeolit dengan 13 variasi dosis Jar Test, 11 variasi dosis dengan metode Batch dan Kontinyu dan menggunakan air sampel PDAM artificial pada perkotaan.adapun kadar merkuri awal adalah 0,027 mg/l atau ppb dilakukan dengan dosis awal 5 gram, dilanjutkan 10 gram, 15 gram, 20 gram dan seterusnya sampai diketahui awal penurunan kadar merkuri adalah 55 gram yang dianggap sebagai dosis optimal. Dalam penelitian ini akan digunakan zeolit dengan dosis 45 gram, 50 gram, 55 gram, 60 gram dan 65 gram. Fokus penelitian pada daerah pedesaan yang telah mempunyai sistem pengolahan air sederhana rumah tangga yaitu saringan pasir lambat. Selain itu diameter zeolit efektif digunakan adalah 0,2 mm atau 80 mesh. [9,15]