BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merbau pada saat itu disebut Distrik Merbau dengan Ibu Negerinya Teluk

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BAB II KAJIAN PUSTAKADAN RUMUSAN HIPOTESIS. 1. Keberhasilan Program Pemberdayaan Masyarakat

PNPM MANDIRI PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wirawan, dalam bukunya yang berjudul Evaluasi, Teori, Model, Standar,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB II LANDASAN TEORI. Pembuatan kebijakan merupakan semua tahap dalam siklus hidup

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB II PERATURAN PNPM MANDIRI PEDESAAN DAN PERATURAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan pada prinsipnya adalah

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. program tersebut adalah PNPM Mandiri Perdesaan. PNPM Mandiri adalah. pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih.

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan bagi Peningkatan Perekonomian Masyarakat

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

RINGKASAN TESIS NO BAB I S I

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Umum Pengertian Persepsi Masyarakat. yang sempurna yang diberi akal, maka dengan akal manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

- 1 - KABUPATEN MALANG KECAMATAN WAGIR

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat Menurut Poerwoko (2012:110) Terkait dengan pemberdayaan masyarakat, keberhasilan dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan politis jenis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan yaitu: kekuasaan di dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power over), dan kekuasaan dengan (power with). Lebih lanjut, Poerwoko (2012:110) mengemukakan beberapa indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat mencakup : a. Jumlah warga yang secara nyata tertarik dalam kegiatan yang dilaksanakan b. Frekuensi kehadiran tiap-tiap warga pada pelaksanaan tiap jenis kegiatan c. Tingkat kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh pertimbangan atau persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan d. Jumlah dan jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan untuk kelancaran pelaksanaan program kegiatan e. Intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah f. Meningkat kapasitas skala partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan 6

7 g. Berkurangnya masyarakat yang menderita sakit malaria h. Meningkatnya kepedulian dan respon terhadap perlunya peningkatan kehidupan kesehatan i. Jumlah dana yang dapat digali dari masyarakat untuk menunjang pelaksana program kegiatan j. Meningkatnya kemandirian kesehatan masyarakat. 2. Indikator Kinerja Program Sebelum melakukan pemantauan, pengawasan, dan evaluasi terlebih dahulu keberhasilan yang akan dicapai dalam pelaksanaan program harus diketahui, indikator yang digunakan dalam program adalah: a. Indikator input Digunakan untuk mengukur jumlah sumberdaya (dana/anggaran, SDM, peralatan/sarana prasarana, material lainnya) yang digunakan untuk mencapai tujuan program b. Indikator proses Untuk menggambarkan perkembangan/aktivitas yang dilakukan/terjadi dalam pelaksanaan kegiatan (partisipasi, iuran wajib, kepengurusan kelompok) c. Indikator keluaran Untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu program, sejauh mana terlaksana sesuai rencana. (proses pengembalian)

8 d. Indikator hasil Untuk menggambarkan hasil nyata dari keluaran suatu kegiatan. (jumlah kelompok yang ikut dalam kegiatan SPP, Jumlah pertumbuhan permodalan pertahun) e. Indikator dampak Diketahui untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan umum dari program (dampak kesejahteraan anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan SPP) (Pedoman Umum PNPM MD,2007 dengan modifikasi). B. Pemberdayaan Masyarakat 1. Istilah dan Pengertian Istilah pemberdayaan yang dalam bahasa inggrisnya empowerment terjemahan secara harfiahnya, yaitu pemberkuasaan atau juga pemberdayaan diartikan sebagai memberikan atau meningkatkan kekuasaan ( power ) keberdayaan kepada masyarakat yang lemah. (Kartasasmita 1996:142) Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni yang bersifat people-centered, participatory, empowering, and sustainable. (Kartasasmita 1996:142) Awang (2010:45) menekankan dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat., penciptaan peluang

9 berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada giliranya dapat menciptakan lembaga dan system pelayanan dari, oleh, dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat (Kartasasmita, 1996:144). Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai (Pedoman Umum PNPM Mandiri, 2007). Pemberdayaan adalah proses peningkatan daya (power) individu atau kelompok yang tidak beruntung (Empowerment aims to increase the power of the disadvantaged). (Syahriani, 2009:30) Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh

10 daya/kekuatan dan atau proses pemberian daya/kekuatan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. (Sulistiyani:2004:77). 2. Pemberdayaan Perempuan Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan masyarakat dan yang membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi (Awang 2010:45) Dengan pandangan itu, maka memberdayakan wanita adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap budaya, kemiskinan, dan keterbelakangan, dengan kata lain, memberdayakan wanita adalah memampukan dan memandirikan kaum wanita sebagai warga masyarakat yang sejajar dengan kaum wanita. ( Kartasasmita:1996:206-207). Peran wanita yang berwawasan gender dalam peningkatan penanggulangan kemiskinan adalah pelibatan secara maksimal peran aktif kaum wanita dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka mempercepat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. (Kartasasmita:1996:209)

11 C. Masyarakat Mandiri Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi. (Soetomo 2011). Menurut Awang (2010:46) menegaskan, konsep masyarakat mandiri dapat di operasionalisasikan menjadi beberapa indikator, yaitu : 1. Kemampuan masyarakat untuk mengusahakan, memelihara atau merawat segenap sumber, asset, dan sarana yang ada, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik. 2. Kemampuan masyarakat untuk bangkit kembali dari keaadaan jatuh atau mundur sebagai akibat kekeliruan yang pernah ditempuhnya. 3. Kemampuan masyarakat untuk mengembngakan atau meningkatkan sumber, aset, atau perataan yang ada. 4. Kemampuan masyarakat untuk memberi respon positif terhadap setiap perubahan sosial yang berlangsung. Upaya membentuk pemerintahan desa yang mandiri merupakan konsep pemberdayaan masyarakat desa. Dengan asumsi apabila masyarakat desa berupaya maka mereka mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara mandiri. Awang (2010:36) mengatakan bahwa salah satu jalan untuk meningkatkan keberhasilan masyarakat desa adalah dengan modernisasi, yaitu : 1. Menempatkan warga masyarakat desa dalam kedudukan yang sebenarnya sebagai warga desa. 2. Mengusahakan agar corak kehidupan dan penghidupan warga desa dapat di tingkatkan atas dasar pikiran yang logis, fragnatis dan rasional.

12 3. Mengusahakan agar warga desa dapat lebih bersifat kreatif, dinamis dan fleksibel dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang di jumpai, sehingga dapat lebih meningkatkan membangun. Lebih lanjut Awang (2010:37) menyebutkan indikator masyarakat yang telah berdaya antara lain : 1. Mempunyai kemampuan menjangkau dan menggunakan pranata dan sumbersumber yang ada di masyarakat. 2. Dapat berjalannya bottom up planning. 3. Kemampuan dan aktivitas ekonomi. 4. Kemampuan menyiapkan hari depan keluarga. 5. Kemampuan menyampaikan pendapat dan aspirasi tanpa adanya tekanan. D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) 1. Pengertian Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan ( Pedoman Umum PNPM Mandiri 2010 ) 2. Tujuan PNPM Mandiri

13 a. Tujuan Umum PNPM Mandiri Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri b. Tujuan Khususnya meliputi: Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan 1) Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal 2) Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif 3) Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat 4) Melembagakan pengelolaan dana bergulir 5) Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa. 6) Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. 3. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini

14 mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip itu meliputi: a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata. b. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar. c. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat. d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin. e. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil.

15 f. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya. Di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraaan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik. a. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat b. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif c. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan d. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya 4. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan a. Lokasi Sasaran:

16 Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam PPK/PNPM Mandiri Perdesaan. b. Kelompok Sasaran: 1) Masyarakat miskin di perdesaan, 2) Kelembagaan masyarakat di perdesaan, 3) Kelembagaan pemerintahan lokal. 5. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi: a. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman, sosial, dan ekonomi secara padat karya; b. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini; c. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target d. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

17 6. Kriteria dan Jenis Kegiatan Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria: a. Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin b. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat d. Didukung oleh sumber daya yang ada e. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan 7. Jenis Kegiatan yang Didanai oleh PNPM Usulan kegiatan yang dapat didanai dalam PNPM Mandiri Perdesaan dapat diklasifikasikan atas 4 jenis kegiatan yang meliputi : (1) kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin, (2) peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat, (3) Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal. 4) Penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan (SPP). (Pedoman Umum PNPM MD,2007).

18 E. Kegiatan Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP) Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. 1. Tujuan dan Ketentuan a. Tujuan Umum Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin b. Tujuan Khusus : 1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar. 2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. 3) Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. 2. Ketentuan Dasar a. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan. b. Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.

19 c. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan. d. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan. e. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. 3. Ketentuan Pendanaan BLM. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana yang disediakan untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per kecamatan maksimal 25 % dari alokasi BLM. a. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP 1) Sasaran Program Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat. 2) Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.

20 b. Ketentuan kelompok SPP Ketentuan kelompok SPP adalah: 1) Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun. 2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati. 3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota. 4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik. 5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana. c. Mekanisme Pengelolaan Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program akan tetapi perlu memberikan beberapa penjelasan dalan tahapan sebagai berikut : 1) MAD Sosialisasi Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatkan. 2) Musdes Sosialisasi Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan.

21 d. Musyawarah Dusun Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/ kampung dengan proses sebagai berikut : 1) Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas termasuk kondisi anggota. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari: Kelompok Pemula, Kelompok Berkembang dan Kelompok Siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok.. 2) Rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat menjadi pemanfaat. 3) Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri: a) Daftar kelompok yang diidentifikasi, b) Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan, c) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin, d) Rekap kebutuhan pemanfaat. e) Musyawarah Desa dan MKP Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di tingkat desa adalah: 1) Penentuan Usulan Desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan Musyawarah Khusus perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP.

22 2) Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan dalam paket usulan desa. 3) Penulisan Usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetesikan di tingkat kecamatan. 4) Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sebagai berikut : a) Sekilas kondisi kelompok SPP b) Gambaran Kegiatan dan Rencana yang menjelaskan kondisi anggota, kondisi Permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional, Rencana Usaha dalam satu tahun yang akan datang, Perhitungan Rencana Kebutuhan Dana, c) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan peta sosial dan peta rumah tangga miskin. e. Verifikasi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP adalah : 1) Penetapan Formulir Verifikasi. Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan contoh format formulir yang telah tersedia. Contoh format formulir masih harus disesuaikan dengan kondisi lokal namun tidak mengurangi prinsip dasar penilaian dengan model CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning dan Liquidity) yaitu : penilaian tentang permodalan, kualitas pinjaman, manajemen, pendapatan dan likuiditas. Contoh Formulir ada di formulir PTO. (Pedoman Umum PNPM MD,2007).

23 F. Penelitian Yang Relevan Tabel 2.1 Penelitian yang relevan No Nama dan Tahun Tujuan Penelitian 1 Nurhayati, Keberhasilan implementasi program PNPM mandiri perkotaan di kelurahan arcawinangun,20 09 2 Mustika Rihadini, Efektifitas PNPM mandiri pedesaan pada kelompok SPP di kecamatan Ranometo kabupaten Konawe selatan propinsi Sulawesi Selatan,2012 3 Gampang Edi Kurniawan Kajian keberhasilan pelaksanaan program PNPM Mandiri pada Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pagebangan Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Mengetahui keberhasilan implementasi program PNPM mandiri Perkotaan Untuk mendeskripsika n efektifitas pelaksanaan PNPM MP pada kelompok SPP di Kecamatan Ranometo Untuk mengetahui keberhasilan Pelaksanaan PNPM Mandiri pada Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Pagebangan Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Metodologi Penelitian Sampel : UPK dan pihak yang terkait pelaksanaan PNPM Pengumpulan data: wawancara, observasi, dan dokumentasi Analisis data : kualitatif interaktif, Purpose sampling Sampel : key informan Pengumpulan data : Wawancara, observasi, dokumentasi Analisis Data : Deskriptif kualitatif Sampel : Quota Sampling Pengumpulan Data: observasi, angket Analisis Data: deskriptif Kualitatif Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat serta daya tangkap pelaksana menjadi factor pendukung, sedangkan pelaksanaan program dapat dilihat pada keberhasilan suatu program Efektifitas pelaksanaan Program PNPM Mandiri perdesaan pada kelompok simpan pinjam perempuan (SPP) di kecamatan ranometo Kabupaten konawe selatan propinsi sulawesi tenggara pada periode tahun 2010 sudah cukup efektif namun belum maksimal, dapat dilihat darimekanisme pelaksanaanya yang sudah sesuai dengan petunjuk operasional (PTO) Tingkat keberhasilan PNPM MP pada kelompok SPP di Desa Pegebangan masih tergolong rendah hal tersebut bisa dilihat dari belum terlaksananya kegiatan SPP dengan baik dilihat dari indikator keberhasilan yang telah tercantum pada buku pedoman PNPM

24 G. Kerangka Pikir Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat., penciptaan peluang usaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam upaya memberdayakan masyarakat, di perlukan upaya untuk memadukan berbagai kebijaksanaan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor dan wilayah. Untuk itu pemerintah mengeluarkan suatu program yang bertujuan untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan memberdayakan masyarakat, seperti yang tertulis dalam (Pedoman Umum PNPM,2007). Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri ini yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri Wilayah Khusus dan Desa Tertinggal. Dalam pelaksanaanya PNPM terbagi dalam empat jenis kegiatan, yang meliputi kegiatan pembangunan, kegiatan peningkatan keterampilan,kegiatan peningkatan kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan SPP.

25 Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan SPP peneliti berpedoman pada indikator keberhasilan yang diperoleh dari Petunjuk Teknis Operasional PNPM dimana dalam indikator keberhasilan tersebut meliputi input, keluaran, hasil, dan dampak dari pelaksanaan program Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pikir Masyarakat kurang berdaya PNPM Lingkungan Ekonomi Sosial SPP Indikator keberhasilan Program 1. Input 2. Proses 3. Keluaran 4. Hasil 5. Dampak Keberhasilan pelaksanaan PNPM SPP Keberhasilan Program PNPM Pada Kelompok SPP