BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

P R O F I L DESA DANUREJO

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB IV KEADAAN UMUM DESA BANJARSARI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

BAB III PENDEKATAN LAPANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

Transkripsi:

4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Gunung Menyan secara geografis terletak di sebelah Barat Kabupaten Bogor dengan ketinggian tanah ± 600 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sebesar 245,82 hektar. Desa Gunung Menyan memiliki curah hujan sebesar 3009 mm dengan suhu rata-rata harian 24⁰ Celcius. Pada aspek topografi, Desa Gunung Menyan merupakan suatu daerah dataran rendah seluas 199,82 hektar (81,29 persen) dan daerah berbukit seluas 46 hektar (18,71 persen). Bagian utara Desa Gunung Menyan berbatasan dengan Desa Cimayang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gunung Picung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibening, dan di sebelah barat Desa Gunung Menyan berbatasan dengan Desa Pasarean dan Situ Udik. Desa Gunung Menyan terdiri dari tiga dusun, yaitu: Dusun Bambu, Dusun Bukit, dan Dusun Sungai. Selain itu, Desa Gunung Menyan juga terbagi ke dalam tujuh Rukun Warga (RW), yaitu: Bambu Kuning, Gunung Menyan, Cikoneng, Kananga, Babakan, Kampung Sawah, dan Sabrang. Rukun Warga Desa Gunung Menyan kemudian dibagi kembali menjadi 22 Rukun Tetangga (RT). Jarak Desa Gunung Menyan dari ibukota kecamatan ± 7 kilometer, dengan lama tempuh ± 25 menit menggunakan angkutan umum. Sedangkan Jarak Gunung Menyan dengan Kabupaten adalah ± 40 kilometer dengan waktu tempuh ± 2 jam menggunakan angkutan umum jika jalanan dalam keadaan lancar. Desa Gunung Menyan merupakan desa yang masih didominasi oleh lahan pertanian dan ekosistem yang kompleks sehingga masyarakat harus bergulat dari hari ke hari untuk membangun kehidupannya di atas sumber daya primer yang semakin hari ketersediaannya semakin menipis. Dengan segala keterbatasan tersebut, Desa Gunung Menyan harus dapat bersaing dengan daerah lain yang telah memiliki akses yang lebih baik terhadap transportasi, komunikasi, dan

29 informasi. Luas lahan Desa Gunung Menyan berdasarkan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Luas Lahan Desa Gunung Menyan berdasarkan Penggunaannya Penggunaan Lahan Luas (Hektar) Persentase (%) Persawahan 102,2 42,55 Pemukiman Penduduk 64,38 26,80 Perkebunan 22,99 9,57 Pekarangan 22,20 9,24 Perkantoran desa 0,06 0,02 Kuburan 1,7 0,71 Taman desa 2 0,83 Prasarana umum lainnya 24,66 10,27 Total Luas 240,19 100 Sumber: diolah dari Laporan Profil Desa Gunung Menyan tahun 2009 Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar lahan yang ada di Desa Gunung Menyan dimanfaatkan untuk lahan persawahan (42,55 persen) yang terdiri dari sawah irigasi teknis (68,79 persen) dan sawah irigasi setengah teknis (31,21 persen). Sementara itu, tanaman pangan yang terdapat pada Desa Gunung Menyan terdiri dari jagung, kacang panjang, padi, ubi kayu, ubi jalar, tomat, mentimun, buncis, dan terong. Desa Gunung Menyan memiliki beberapa jalan umum, yaitu jalan kabupaten sepanjang 3000 meter dengan lebar 4 meter, jalan desa sepanjang 3825 meter dengan lebar 3 meter, dan jalan lingkungan sepanjang 6000 meter dengan lebar 1,5 meter. Masing-masing jalan tersebut dirasakan perlu untuk diperbaiki dikarenakan kondisi jalan-jalan tersebut dalam keadaan rusak dan sempit. Akses jalan menuju Desa Gunung Menyan bisa dikatakan mudah karena banyak tersedia alat transportasi, salah satunya angkutan kota (angkot). Jalan protokol yang menghubungkan Desa Gunung Menyan dengan daerah lain bisa dikatakan memadai. Tetapi, jalan-jalan yang ditemukan pada daerah sekitar pemukiman warga pada umumnya masih berupa jalanan berbatu. Sedikit demi sedikit pembangunan sarana dan prasarana Desa Gunung Menyan mulai dibangun dengan adanya program pembangunan fisik dari PNPM Mandiri Pedesaan.

30 Fasilitas umum yang terdapat di Desa Gunung Menyan terdiri dari balai desa, mesjid, majelis taklim, madrasah, gedung posyandu, dan gedung sekolah pada keadaan yang membutuhkan perbaikan. Selain itu, terdapat juga prasarana olah raga yang terdiri dari dua lapangan sepak bola, dua lapangan bulu tangkis, dan satu lapangan basket. Berdasarkan Laporan Profil Desa Gunung Menyan tahun 2009, tidak terdapat pasar pada Desa Gunung Menyan sehingga masyarakat yang ingin membeli kebutuhan hidup mereka hanya berbelanja di warung-warung kecil yang tersedia atau berbelanja di pasar daerah yang terdekat, yaitu Pasar Cimayang dan Pasar Cibening. Selain itu, pada Desa Gunung Menyan tidak terdapat objek wisata atau rekreasi yang bisa dijadikan warga sebagai sumber sebagian perekonomian mereka. Desa Gunung Menyan hanya memiliki satu unit koperasi Unit Desa dan satu unit Koperasi Simpan Pinjam yang belum berfungsi secara optimal. Penerangan di Desa Gunung Menyan sudah terdapat jaringan listrik dari PLN. Sebagian besar masyarakat Desa Gunung Menyan sudah menjadi konsumen penerangan dari PLN, walaupun masih terdapat sebagian masyarakat yang belum menjadi konsumen PLN disebabkan oleh keterbatasan ekonomi. 4.1.2 Keadaan Penduduk Data profil desa tahun 2009 mencatat jumlah penduduk Desa Gunung Menyan sebanyak 6243 jiwa, yang terdiri dari 48,71 persen laki-laki dan 50,97 persen perempuan. Jumlah tersebut memperlihatkan bahwa penduduk perempuan lebih besar jumlahnya daripada penduduk laki-laki dan penduduk tersebut terbagi dalam 1186 kepala keluarga (KK). Sebagian besar penduduk Desa Gunung Menyan mayoritas beragama Islam. Berdasarkan Tabel 3 di bawah dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berada pada usia di bawah 25 tahun (3874 jiwa) lebih besar daripada jumlah penduduk yang berusia 26 tahun ke atas (2369 jiwa). Hal tersebut mengindikasikan bahwa 62,05 persen dari total penduduk Desa Gunung Menyan adalah penduduk golongan usia muda. Bisa dikatakan bahwa angka kelahiran di Desa Gunung Menyan tinggi. Angka kelahiran yang tinggi tersebut salah satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang menikah muda (menikah setelah lulus SMA). Sebagian dari mereka lebih memilih pernikahan daripada

31 melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini bisa terjadi karena faktor ekonomi, dimana orang tua mereka tidak memiliki kemampuan untuk menyekolahkan mereka hingga perguruan tinggi. Penjelasan mengenai jumlah penduduk Desa Gunung Menyan berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur, Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, tahun 2009 Golongan umur (tahun) Jenis kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan (jiwa) N % N % 0 5 431 14,08 447 14,05 878 6 10 353 11,53 364 11,44 717 11 15 528 17,25 538 16,91 1066 16 20 291 9,51 300 9,43 591 21 25 306 9,99 316 9,93 622 26 30 209 6,83 219 6,88 428 31 35 187 6,11 196 6,16 383 36 40 195 6,37 206 6,47 401 41 45 143 4,67 146 4,59 289 46 50 128 4,18 137 4,31 265 51 55 91 2,97 103 3,24 194 > 56 199 6,50 210 6,60 409 Total 3061 100 3182 100 6243 Sumber: diolah berdasarkan Data Monografi Desa 2009 4.1.3 Mata Pencaharian dan Tingkat Pendidikan Penduduk Sebagian Besar masyarakat Desa Gunung Menyan memiliki tingkat pendidikan SD atau sederajat. Meskipun begitu, terdapat juga masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan hingga SMP, SMA, atau bahkan perguruan tinggi tetapi hanya dalam jumlah yang kecil. Hal ini diungkapkan oleh beberapa masyarakat Desa Gunung Menyan yang mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat, khususnya yang telah berusia dewasa, hanya memiliki tingkat pendidikan SD atau sederajat. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat masih rendah. Berdasarkan informasi dan data yang peneliti dapatkan di lapangan, besarnya jumlah masyarakat yang hanya memiliki tingkat pendidikan hingga SD atau sederajat tersebut disebabkan oleh keterbatasan ekonomi keluarga dan rendahnya kesadaran orang tua terdahulu tentang arti pentingnya pendidikan. Masyarakat Desa Gunung Menyan pada umumnya tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan hanya mengandalkan hasil pertanian yang terbatas. Namun,

32 sebagian besar masyarakat Desa Gunung Menyan bermata pencaharian sebagai buruh tani dan karyawan perusahaan swasta, yaitu sebanyak 500 orang sebagai buruh tani dan 674 orang (36,37 persen) bekerja sebagai buruh perusahaan swasta dari 1853 orang penduduk yang bekerja. Kebanyakan dari penduduk Desa Gunung Menyan menjadi buruh tani karena mereka tidak mempunyai lahan sendiri untuk bertani. Sementara itu, penduduk yang bekerja di perusahaan swasta kebanyakan bekerja menjadi buruh pabrik ataupun supir angkutan perusahaan. Industri kecil yang terdapat pada Desa Gunung Menyan adalah tujuh industri yang memproduksi makanan dan lima industri yang memproduksi alat rumah tangga. Selain itu juga terdapat warung serba ada, 50 unit toko kelontong, usaha di bidang peternakan, perikanan, perkebunan, dan enam belas kios pengecer gas dan bahan bakar minyak. Usaha keterampilan masyarakat bermacam-macam, diantaranya yaitu usaha keterampilan kayu, usaha batu, usaha cukur, servis elektronik, dan sebagainya. Banyaknya jenis usaha keterampilan masyarakat Desa Gunung Menyan tersebut juga menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat desa beragam. Sebagian besar pendapatan rumah tangga penduduk Desa Gunung Menyan hanya bersumber dari suami, dimana istri hanya menjadi ibu rumah tangga. Tetapi terdapat juga diantara mereka yang sumber penghasilannya berasal dari suami, istri, dan bahkan anak. Namun, hal itu hanya terjadi pada beberapa masyarakat saja sehingga tidak jarang diantara mereka yang masih merasakan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Gunung Menyan mempunyai mata pencaharian sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 26,98 persen dan 36,37 persen merupakan karyawan yang bekerja di perusahaan swasta. Sebanyak 24,55 persen berprofesi sebagai pedagang keliling. Selain itu, sebesar kurang dari tiga persen penduduk bekerja sebagai buruh migran, PNS, wiraswasta, montir, peternak, dosen, dokter swasta, dan sebagainya.

33 Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian, Desa Gunung Menyan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, tahun 2009 Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Petani 91 4,91 Buruh Tani 500 26,98 Buruh Migran 13 0,70 PNS 44 2,37 Wiraswasta 19 1,03 Pedagang Keliling 455 24,55 Peternak 13 0,70 Montir 7 0,37 Dokter Swasta 1 0,054 Pembantu Rumah Tangga 5 0,27 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 22 1,19 Dukun Kampung 4 0,22 Dosen Swasta 5 0,27 Karyawan Swasta 674 36,37 Total 1853 100 Sumber: Data Monografi Desa 2009 4.2 Pelaksanaan Program Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP PNPM ) di Desa Gunung Menyan 4.2.1 Gambaran Umum Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Gunung Menyan Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan telah dilaksanakan dari tahun 2004 dengan memberikan dana pinjaman kepada peserta program yang tergabung dalam kelompok-kelompok perempuan. Kelompok-kelompok tersebut sengaja dibentuk berdasarkan tempat tinggal ketika akan mengikuti Program SPP PNPM dengan ketentuan bahwa mereka telah saling mengenal satu sama lain. Tujuannya adalah agar ketua dari setiap kelompok mudah menagih pembayaran cicilan setiap bulannya dan mudah mengontrol anggota peserta program mereka. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa anggota dalam satu kelompok tidak saling mengenal satu sama lain dan memiliki tempat tinggal yang berjauhan. Pinjaman SPP PNPM pada prinsipnya berbeda dengan pinjaman uang di bank. Pada segi penerimaan pinjaman di bank diberikan secara perorangan, sedangkan pada SPP PNPM pinjaman diberikan secara berkelompok. Resiko yang didapatkan dari meminjam uang di bank hanya ditanggung oleh peminjam saja, sedangkan pada SPP PNPM resiko peminjaman akan ditanggung oleh semua anggota yang tergabung dalam satu kelompok (tanggung renteng). Resiko dalam

34 mendapatkan pinjaman SPP PNPM yang ditanggung bersama ini mengakibatkan terjadinya suatu distribusi tanggung jawab, dimana anggota kelompok tidak merasa khawatir jika melanggar aturan dan mereka berpikir perbuatan mereka yang melanggar aturan adalah tanggung jawab semua anggota kelompok. Apalagi jika mereka mengetahui bahwa anggota lainnya melanggar aturan, maka akan membuat mereka semakin bersikap santai untuk melakukan tindakan yang serupa. Dengan demikian, adanya suatu bentuk tanggung jawab bersama pada pinjaman SPP PNPM membuat anggota kelompok kurang bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka. Selain itu, pemberian pinjaman di bank hanya sebatas bantuan materi (uang) tetapi pada SPP PNPM selain bantuan materi, pemberdayaan juga diberikan kepada kelompok yang menerima pinjaman. Oleh karena itu, pinjaman SPP PNPM dirasakan anggota kelompok peserta program lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan uang pinjaman dari bank. Sejak tahun 2004, dana pinjaman SPP PNPM yang didapatkan Desa Gunung Menyan diberikan pada kelompok perempuan yang bisa saja berbeda setiap tahunnya. Penjelasan mengenai jumlah kelompok penerima pinjaman SPP PNPM di Desa Gunung Menyan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Jumlah Kelompok Penerima Pinjaman SPP PNPM berdasarkan Tahun (2004-2010) di Desa Gunung Menyan. Tahun Jumlah Kelompok Perempuan Kelompok Lama Kelompok Baru Kelompok Baru dan Lama 2004-6 - 2005-6 - 2006 - - 12 2007 12 - - 2008-17 - 2009 - - 22 2010 3 - - Sumber : Diolah dari data yang didapatkan dari UPK Kecamatan Pamijahan Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa kelompok yang menerima alokasi dana pinjaman SPP PNPM bersifat tidak tetap dari tahun ke tahun. Misalnya, kelompok yang baru dibentuk dan menerima pinjaman pada tahun 2004 belum tentu

35 menerima pinjaman lagi di tahun 2005 (lihat Tabel 5). Alasan dari tidak tetapnya kelompok yang menerima pinjaman ini adalah perguliran yang belum selesai atau belum terpenuhinya kewajiban kelompok yang bersangkutan. Misalnya, jika kelompok yang menerima pinjaman pada tahun 2004 belum melunasi semua pinjamannya maka untuk sementara kelompok tersebut tidak mendapatkan pinjaman pada tahun berikutnya (2005) hingga mereka melunasi kewajibannya. Apabila kelompok yang menerima pinjaman pada tahun 2004 tersebut telah melunasi kewajiban mereka sebelum dimulainya perguliran di tahun 2006, maka mereka memiliki kesempatan kembali untuk mengajukan pinjaman di tahun 2006. Tabel 5 memperlihatkan adanya kelompok lama yang tidak mendapatkan pinjaman pada tahun berikutnya. Hal itu berarti bahwa mereka belum memenuhi kewajibannya sehingga pihak Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Pamijahan memberikan pinjaman kepada kelompok lain yang baru dibentuk di Desa Gunung Menyan. Sebelum memberikan pinjaman SPP PNPM kepada kelompok baru di desa, pihak kecamatan akan meninjau serta mempertimbangkan kondisi masyarakat dan kondisi pembayaran pinjaman SPP PNPM di desa yang bersangkutan. Jika kondisi masyarakat Desa Gunung Menyan masih dinilai layak dan aman untuk diberikan pinjaman, maka pihak kecamatan akan menyetujui permohonan pinjaman yang mereka ajukan. Hal ini berarti pinjaman akan terus diberikan kepada kelompok yang baru dibentuk jika kewajiban yang belum dipenuhi oleh kelompok lama masih berada pada tingkat yang wajar. Pada Tabel 5 bisa dilihat dari 22 kelompok baru dan lama yang menerima pinjaman pada tahun 2009, hanya 3 kelompok yang diberikan pinjaman kembali pada tahun 2010. Bisa dikatakan bahwa 19 kelompok lainnya belum memenuhi kewajibannya dalam melunasi pinjaman. Hal tersebut mengakibatkan pembagian dana pinjaman SPP PNPM di Desa Gunung Menyan pada tahun 2010 agak terhambat. Alokasi dana SPP PNPM di Desa Gunung Menyan berfluktuasi dan diberikan pada kelompok yang berbeda (tidak tetap). Jumlah dana pinjaman SPP PNPM yang diberikan sesuai dengan yang diajukan oleh desa, dan disetujui oleh pihak kecamatan. Pihak desa mengajukan pinjaman juga sesuai dengan kebutuhan dan permintaan dana dari kelompok penerima pinjaman dengan menilai terlebih

36 dahulu kelayakannya. Jumlah alokasi dana pinjaman SPP PNPM sejak tahun 2004-2010 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. Jumlah Alokasi Dana (juta) 250 200 150 100 50 0 231.5 112 112 77 49.5 18.5 0 0 18.5 0 0 00 00 0 0 00 00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Kelompok Lama Kelompok Baru Kelompok Lama dan Baru Tahun Pengalokasian Gambar 3. Jumlah Alokasi Dana SPP PNPM berdasarkan Tahun dan Kelompok Penerima di Desa Gunung Menyan Sumber : Diolah dari data yang didapatkan dari UPK Kecamatan Pamijahan Berdasarkan Gambar 3 di atas pada tahun pertama kalinya Desa Gunung Menyan mengikuti program SPP PNPM (tahun 2004) hanya mendapatkan pinjaman sebesar Rp.18.500.000,-. Kemudian pada tahun 2005 jumlah pinjaman yang diberikan pada Desa Gunung Menyan masih sama dengan jumlah ditahun 2004, tetapi diberikan pada kelompok yang berbeda. Seperti yang pernah dijelaskan di atas, kelompok yang menerima pinjaman tahun 2004 belum memenuhi semua kewajibannya pada saat perguliran di tahun 2005 akan dimulai. Selanjutnya pada tahun 2006 jumlah pinjaman yang didapatkan Desa Gunung Menyan meningkat, Rp.112.000.000,- dan diberikan pada kelompok lama dan kelompok baru. Begitu juga dengan tahun 2007, pinjaman diberikan pada kelompok yang sama dan jumlah yang sama. Namun, pada perguliran tahun 2008 jumlah pinjaman yang diberikan pada Desa Gunung Menyan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu hanya sebesar Rp.77.000.000,- dan diberikan kepada kelompok yang baru dibentuk kembali. Jumlah alokasi dana pinjaman SPP PNPM yang terbesar ada di tahun 2009 (231,5 juta). Jumlah tersebut tentu sebanding dengan banyaknya jumlah kelompok yang menerima pinjaman (22 kelompok). Pada tahun 2010, jumlah pinjaman yang didapatkan

37 Desa Gunung Menyan menurun kembali (Rp.49.500.000,-) dan hanya diberikan pada tiga kelompok yang telah menyelesaikan kewajiban tahun sebelumnya. Pelaksanaan program SPP PNPM berlangsung secara tanggung renteng, dalam pengertian apabila dalam satu kelompok terdapat anggota yang melakukan penunggakan, maka peserta program yang lain dalam kelompok tersebut harus beriuran untuk melunasi pinjaman yang macet tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem tanggung renteng ini mengakibatkan terjadinya suatu distribusi tanggung jawab pada kelompok. Selain itu, sistem tanggung renteng ini juga berarti apabila dalam satu kelompok terdapat anggota yang melakukan penunggakan, maka satu kelompok tersebut tidak akan mendapatkan pinjaman SPP PNPM pada perguliran berikutnya hingga semua pinjaman dalam kelompok tersebut lunas. Syarat yang harus dipenuhi oleh peserta program yang ingin mendapatkan pinjaman SPP PNPM sangatlah mudah, cukup dengan memperlihatkan KTP asli dan membawa surat jaminan. Kemudahan tersebut membuat peserta program lebih memilih pinjaman SPP PNPM daripada meminjam di bank. Surat jaminan yang dimaksudkan disini adalah surat pernyataan mengenai barang yang akan menjadi jaminan untuk mendapatkan pinjaman SPP PNPM. Tujuan dari penyertaan surat jaminan tersebut adalah apabila suatu saat anggota melakukan penunggakan dan tidak bisa membayar pinjaman, maka barang jaminan yang disebutkan pada surat jaminan tersebut akan disita oleh petugas. Namun, kenyataannya hingga sekarang belum ada petugas program yang menyita barang jaminan tersebut kepada peserta program yang tidak membayar pinjaman. Penjelasan tersebut dikemukakan oleh NAS (43 tahun), Tim Koordinator Desa yang menangani Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan, sebagai berikut: awalnya memang ada surat jaminan yang harus dibuat peserta program ketika akan mendapatkan pinjaman SPP PNPM. Tetapi itu hanya syarat neng, sampai saat ini belum ada petugas yang menyita barang jaminan anggota yang menunggak. Soalnya barang jaminan itu kebanyakan TV, kulkas, dan semacamnya. Yah, petugas mana tega neng, kalau dijualpun harga barang itu ga seberapa. Jadi, lebih baik diserahin aja masalahnya ke kecamatan. (NAS, 43 tahun) 8 8 Hasil dari wawancara dengan informan

38 Berdasarkan pernyataan tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa belum ada hukuman yang berarti dalam menindak peserta yang tidak membayar pinjaman. Bisa dikatakan kontrol terhadap segala bentuk pelanggaran oleh peserta pinjaman masih lemah. Hal ini sesuai dengan penelitian Riswanto (2009) pada pelaksanaan Program P2KP di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, yang menemukan bahwa kontrol terhadap pelanggaran masih lemah karena belum adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran oleh penerima program sehingga menimbulkan persepsi negatif dari sebagian peminjam yang akhirnya membawa mereka kepada sikap yang suka melakukan pengunggakan dalam membayar pinjaman yang telah diberikan. Pihak dari Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Pamijahan, AIM (26 tahun) menyatakan sebagai berikut: kontrol terhadap segala bentuk pelanggaran dan penunggakan oleh peserta program bisa dikatakan masih kurang. Hal itu terjadi karena tim dari kami (kecamatan) masih sangat terbatas. Apalagi, personilpersonil yang ada tidak hanya mengurusi masalah SPP PNPM, tetapi hampir semua yang berkaitan dengan kegiatan pada PNPM Mandiri Pedesaan. (Andi, 26 tahun) Seperti yang diungkapkan oleh AIM (26 tahun), salah satu faktor yang menyebabkan lemahnya kontrol terhadap penerima pinjaman adalah keterbatasan personil dari pihak kecamatan. Tim kecamatan dengan jumlah personil yang sedikit harus mengurusi keseluruhan kegiatan pada PNPM Mandiri Pedesaan. Pikiran dan fokus mereka terbagi sehingga dalam mengawasi jalannya Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan kurang maksimal. Kontrol yang lemah inilah yang mengakibatkan anggota peserta pinjaman SPP PNPM di Desa Gunung Menyan bersikap santai dan banyak yang melakukan penunggakan. Bahkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa pinjaman tersebut tidak harus dibayar tiap bulan, yang penting ketika akhir bulan perguliran semua pinjaman sudah lunas. Hal ini diungkapkan oleh responden sebagai berikut: kalo saya mah kadang suka didouble bayarannya teh. Soalnya kadang suami ngasih uang, kadang ga. Yang penting mah ntar bulan November sudah lunas aja. Kan yang penting lunas ya teh?. (SLH, 28 tahun)

39 Meskipun kontrol dan pengawasan terhadap peserta program lemah, pihak kecamatan tetap memiliki tindakan terhadap penunggakan yang dilakukan oleh peserta program. Jika salah satu peserta program menunggak lebih dan sama dengan tiga bulan, maka pihak kecamatan akan mendatangi peserta program yang bersangkutan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada peserta program tersebut sehingga ia tidak membayar cicilan lebih dan sama dengan tiga bulan. Terdapat dua kemungkinan penyebab penunggakan oleh peserta program, yaitu: kegagalan usaha yang dialami peserta program dan masalah ekonomi yang mereka hadapi. Setelah masalah diidentifikasi, tim kecamatan menetapkan kembali waktu tenggang pelunasan cicilan kepada anggota yang menunggak dengan ketentuan penunggak hanya dibebani pinjaman pokok tanpa bunga. Peserta program yang ingin mendapatkan pinjaman SPP PNPM juga disyaratkan harus memiliki usaha ekonomi sendiri, karena uang pinjaman tersebut akan diperuntukkan sebagai tambahan modal usaha mereka. Tetapi, pada kenyataannya tidak jarang dari anggota kelompok peserta pinjaman tersebut tidak memiliki usaha ekonomi secara pribadi. Mereka menggunakan uang pinjaman untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, membayar hutang, membeli perabot, dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya sehingga uang pinjaman tidak produktif sebagaimana mestinya. Tentu saja kenyataan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan teknis program. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor dari kesulitan anggota dalam membayar cicilan setiap bulannya. Setiap kelompok yang baru mengikuti program, masing-masing diberi pinjaman sebesar Rp.500.000,-. Pinjaman akan bertambah jumlahnya dengan kelipatan Rp.500.000,- apabila anggota kelompok peserta program telah melunasi pinjaman pada perguliran sebelumnya. Namun, setiap peserta program memiliki kebebasan untuk memilih jumlah pinjaman yang akan mereka ambil dengan jumlah minimum sebesar Rp.500.000,-. Setiap anggota dalam kelompok bisa saja mendapatkan pinjaman yang berbeda dengan anggota lain dalam kelompok tersebut, tergantung pada kebutuhan dan kesanggupan masing-masing. Setelah mendapatkan pinjaman mereka memiliki kewajiban untuk membayar cicilan setiap bulannya. Semakin besar jumlah pinjaman yang mereka ambil, maka akan semakin besar jumlah cicilan yang harus mereka bayar. Oleh karena itulah,

40 responden yang memiliki pinjaman di atas Rp.1000.000,- merasa kesulitan dalam membayar cicilan setiap bulannya, apalagi bagi mereka yang tidak menggunakan uang pinjaman tersebut sebagai modal usaha. Terkadang mereka harus meminta uang kepada suaminya untuk membayar cicilan, padahal suami mereka belum tentu memiliki penghasilan yang tetap. Hal tersebut juga menjadi sebab dari banyak terjadi penunggakan dalam pembayaran cicilan setiap bulannya. Sosialisasi mengenai Program SPP PNPM hanya dilakukan sekali pada saat sebelum dana SPP PNPM dicairkan. Selain itu, pertemuan kelompok dengan petugas pelaksana program hanya tiga kali sebelum pencairan. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan program yang menyebutkan bahwa sosialisasi harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Sewaktu sosialisasi dijelaskan petunjuk pelaksanaan program yang terdiri dari penjelasan mengenai prosedur program, sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota, aturan-aturan yang harus ditaati peserta program, dan sebagainya. Sosialisasi diadakan di balai desa Gunung Menyan, dengan pembicara berasal dari UPK Kecamatan Pamijahan. Setelah dana dicairkan hampir tidak ada pemantauan dan pendampingan dari pelaksana program terhadap anggota yang mendapatkan pinjaman. Petugas SPP PNPM di tingkat desa turun ke lapangan hanya sekali sebulan untuk mengambil angsuran pinjaman dari masing-masing kelompok. Bisa dikatakan pemantauan dari petugas pelaksana program masih sangat minim. Selain itu, pendampingan terhadap peserta program juga tidak ada. Padahal, peserta program yang sebagian besar menghadapi masalah kemiskinan tersebut membutuhkan pendampingan yang bisa memotivasi mereka untuk memiliki rasa percaya diri akan kemampuan untuk berusaha dan keluar dari masalah kemiskinan. Peserta program juga harus dimotivasi kearah pemanfaatan dana pinjaman secara benar. Seperti yang dijelaskan pada Petunjuk Teknis Operasional Program, pendampingan dilakukan untuk membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat dan mampu mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pelatihan keterampilan terhadap penerima program pun tidak ada. Pelatihan pernah diadakan oleh pihak kecamatan, namun hanya berupa pelatihan administrasi keuangan dan pelaksanaannya pun tidak merata kepada semua

41 anggota kelompok peserta program. Pelatihan keterampilan tidak pernah dilakukan karena tidak adanya permintaan dari desa yang bersangkutan untuk mendapatkan pelatihan keterampilan, serta keterbatasan dana dari pihak kecamatan untuk melaksanakan pelatihan keterampilan. Padahal, apabila pemberian pinjaman modal usaha diiringi dengan pelatihan keterampilan, pemanfaatan dana pinjaman sebagai modal usaha akan lebih optimal. Menurut pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyanm pengetahuan anggota kelompok peserta program juga masih minim. Hal ini terlihat pada masih terdapatnya peserta program yang tidak tahu mengenai seluk beluk pelaksanaan program. Mereka hanya tahu mendapatkan pinjaman dan bagi mereka yang terpenting setelah akhir bulan perguliran mereka sudah lunas membayar pinjaman. Pada saat sosialisasi pun peserta program terkesan asal datang saja, tanpa memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh pihak kecamatan. Hal ini diungkapkan oleh Tim Koordinator Desa, NAS (43 tahun), sebagai berikut: pengetahuan anggota terhadap program masih sangat minim neng. Mereka ga mau tau. Mereka mikirnya mah yang penting bayar aja tiap bulan. Pas sosialisasi pun, mereka asal datang aja. Kasih pendapat atau usulan pun mah mereka ga. ( NAS, 43 tahun) Bagian Unit Pengelola Kecamatan Pamijahan, AIM (26 tahun), juga menyatakan sebagai berikut : pengetahuan masyarakat terhadap program masih minim. Itu mungkin disebabkan oleh terlalu banyak program yang mereka ikuti, sehingga akhirnya mereka bingung sendiri. Partisipasi masyarakat juga masih minim, mereka tidak mau tau, dan ada juga diantara mereka yang trauma dengan iming-iming program terdahulu. (AIM, 26 tahun) Walaupun informan tersebut mengatakan bahwa pengetahuan responden masih minim, data yang peneliti dapatkan di lapangan memperlihatkan bahwa responden memiliki pengetahuan meskipun hanya berupa pengetahuan dasar (seperti sasaran, aturan, dan sanksi program), sehingga secara umum responden memiliki pengetahuan yang cukup mengenai program tersebut. Responden

42 mengakui bahwa pengetahuan dasar mengenai program mereka dapatkan melalui proses komunikasi dalam kelompok, dan bukan dari sosialisasi. Misalnya melalui informasi yang diberikan ketua kelompok, anggota kelompok lainnya, ataupun pihak desa secara tidak langsung ketika melakukan penagihan setiap bulannya. Selain itu, waktu keterlibatan yang lama dalam program juga menjadi sumber dari pengetahuan yang responden miliki mengenai program. Penjelasan mengenai program yang hanya diberikan sekali saat sosialisasi, membuat responden menjadi lupa akan materi yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi yang diberikan oleh pihak kecamatan mengenai program belum cukup untuk memberikan pengetahuan kepada peserta program. 4.2.2 Karakteristik Responden Peserta Program Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) PNPM di Desa Gunung Menyan Keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan di tingkat masyarakat dipengaruhi oleh karakteristik sosial masyarakat, keadaan, dan letak geografisnya. Salah satunya adalah karakteristik kelompok sasaran yang menjadi target utama dalam menanggulangi kemiskinan di suatu wilayah. Profil karakteristik responden (anggota kelompok peserta program) dapat diketahui melalui jenis kelamin, tingkat usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan utama, dan jumlah tanggungan. 4.2.2.1 Jenis Kelamin Peserta Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Gunung Menyan Sasaran peserta Program Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP PNPM ) adalah terdiri dari perempuan secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan tujuan khusus dari Program SPP PNPM, yaitu untuk mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha atau sosial dasar, memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha, serta mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan 9. Selain itu, keterlibatan perempuan pada Program SPP PNPM tersebut mensyaratkan perempuan untuk memiliki kegiatan usaha 9 Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan, op.cit., hal:58 (Penjelasan IV)

43 produktif. Dana pinjaman SPP PNPM yang mereka dapatkan seharusnya digunakan sebagai tambahan modal bagi usaha mereka. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan usaha yang dimiliki perempuan dan meningkatkan kontribusi perempuan dalam membantu perekonomian keluarga. Namun, pada kenyataan yang peneliti dapatkan di lapangan, hampir sebagian dari peserta program perempuan yang mendapatkan pinjaman SPP PNPM tidak memiliki kegiatan usaha produktif dan bahkan tidak memiliki pekerjaan. Tidak jarang dana pinjaman tersebut hanya digunakan untuk membiayai usaha milik suaminya atau untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat konsumtif. 4.2.2.2 Tingkat Usia Peserta Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Gunung Menyan Tingkat usia responden dibagi menjadi empat kategori, yaitu: 1) kurang dari 25 tahun; 2) 25-35 tahun; 3) 36-46 tahun; dan 4) 46 tahun ke atas. Gambaran mengenai tingkat usia responden dapat dilihat pada Gambar 4. 6% 29% <25 tahun 34% 25 35 tahun 31% 36 46 tahun >46 tahun Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia (n=52) Berdasarkan Gambar 4 di atas terlihat bahwa jumlah responden yang memiliki umur di bawah 35 tahun (40 persen) lebih rendah dari pada jumlah responden yang memiliki usia di atas 36 tahun (60 persen). Hal tersebut memperlihatkan bahwa anggota kelompok peserta Program SPP PNPM tidak muda lagi. Program SPP PNPM yang memberikan modal untuk melakukan usaha ekonomi produktif bagi perempuan seharusnya lebih banyak diikuti oleh perempuan dengan umur yang relatif muda (25-35 tahun), dengan harapan mereka akan lebih mampu untuk berusaha ekonomi apabila dibandingkan dengan peserta

44 kelompok umur 36 tahun ke atas. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan justru peserta program yang berumur 36 tahun ke atas lebih aktif berusaha daripada peserta umur 35 tahun ke bawah. Hal ini dapat dilihat pada salah satu responden yang masih menjalankan usaha sebagai pembuat keripik rangginang walaupun usia nya telah mencapai 60 tahun. 4.2.2.3 Tingkat Pendidikan Peserta Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Gunung Menyan Responden yang menjadi anggota kelompok peserta Program SPP PNPM secara umum memiliki tingkat pendidikan SD atau sederajat yaitu sebesar 83 persen. Selain itu, terdapat juga responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP atau sederajat sebesar 11 persen, pada tingkat SMA atau sederajat sebesar dua persen, tidak tamat SD sebesar dua persen, dan tidak sekolah sebesar dua persen. Pada penelitian ini tidak ditemukan responden yang memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi. Banyaknya jumlah responden yang hanya memiliki tingkat pendidikan setara SD mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan responden masih relatif rendah. Tingkat pendidikan responden dipengaruhi oleh permasalahan ekonomi keluarga serta keinginan atau kesadaran keluarga responden yang masih minim mengenai pentingnya pendidikan. Karakteristik pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 5. 2% 2% 2% 11% 83% Tidak sekolah Tidak tamat SD SD atau Sederajat SMP atau Sederajat SMA atau Sederajat Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (n=52)

45 4.2.2.4 Pekerjaan Peserta Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Gunung Menyan Sebagian responden yang merupakan peserta Program SPP PNPM tidak memiliki pekerjaan atau hanya menjadi ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka kegiatan sehari-harinya hanya mengurusi rumah tangga mereka, tanpa memiliki suatu pekerjaan yang bisa menambah pendapatan keluarga. Tidak jarang dari mereka yang meminta uang kepada suaminya untuk membayar cicilan pinjaman SPP PNPM setiap bulannya. Tetapi terdapat juga responden yang memiliki pekerjaan atau usaha ekonomi produktif sehingga mereka bisa berkontribusi dalam menambah penghasilan keluarga mereka. Karakteristik responden menurut pekerjaannya dapat dilihat pada Gambar 6. 4% 2% 2% 2% 31% 59% Ibu rumah tangga Pedagang Petani Penjahit Guru Wirausaha Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan (n=52) Gambar 6 memperlihatkan bahwa sebagian dari responden yang menjadi peserta Program SPP PNPM hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebesar 59 persen. Namun, terdapat juga responden yang berprofesi sebagai pedagang sebesar 31 persen, sebagai petani sebesar 4 persen, sebagai penjahit, guru, dan wirausaha yang masing-masing sebesar 2 persen. Banyaknya persentase responden yang hanya menjadi ibu rumah tangga, sebagian besar disebabkan oleh mengikuti keinginan suami mereka yang menginginkan responden hanya bekerja di rumah dan mengurusi rumah tangga mereka. Selain itu, sebelumnya banyak juga dari responden yang hanya menjadi ibu rumah tangga tersebut dahulunya juga memiliki usaha (berdagang) kecilkecilan untuk membantu perekonomian rumah tangga mereka. Usaha tersebut sekarang tidak berlanjut karena mengalami kerugian (tidak kembali modal).

46 Kondisi kesehatan responden yang menurun juga menjadi salah satu faktor yang tidak memungkinkan responden untuk bekerja atau melakukan usaha ekonomi produktif. 4.2.2.5 Status Perkawinan dan Jumlah Tanggungan Peserta Program SPP PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Gunung Menyan Kategori status perkawinan responden yang menjadi peserta Program SPP PNPM ini dibedakan menjadi kawin, cerai, dan janda. Secara keseluruhan, status perkawinan responden dapat dilihat pada Gambar 7. 2% 8% Kawin Cerai 90% Janda Gambar 7. Karakteristik Responden berdasarkan Status Perkawinan (n=52). Sebagian besar peserta program yang menjadi sasaran Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan telah menikah sebesar 90 persen dari total responden. Sementara itu, terdapat dua persen responden yang sudah bercerai dan delapan persen responden yang menjadi janda. Responden yang sudah menjadi janda tersebut menanggung biaya kehidupannya sendiri dengan berdagang, dan ada juga yang hanya mengharapkan pemberian dari anaknya. Program SPP PNPM ini diharapkan mampu untuk memandirikan perekonomian perempuan yang telah kehilangan kepala keluarga. Responden secara dominan memiliki tanggungan berjumlah satu sampai tiga orang sebesar 67 persen. Selain itu, 17 persen dari responden memiliki empat sampai lima orang tanggungan pada rumah tangganya, sebesar 16 persen dari responden tidak memiliki tanggungan, dan pada penelitian ini tidak ditemukannya responden yang memiliki tanggungan lebih dari lima orang. Tanggungan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah jumlah anak kandung, anak angkat, saudara, ataupun orang tua responden yang kehidupan sehari-harinya dibiayai

47 oleh responden. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah tanggungan yang dibiayai oleh responden, maka semakin besar biaya yang diperlukan untuk responden dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, Program SPP PNPM ini diharapkan dapat meningkatkan peran istri dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan nya dapat dilihat secara jelas pada Gambar 8. 0% 17% 16% 67% 1 3 orang 4 5 orang lebih dari 5 orang Tidak memiliki tanggungan Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan (n=52). 4.3 Keikutsertaan Peserta dalam Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan Keikutsertaan peserta program yang mengikuti Program SPP PNPM dapat dilihat dari jumlah waktu perguliran pinjaman SPP PNPM yang telah mereka ikuti serta jumlah pinjaman SPP PNPM yang mereka dapatkan. 4.3.1 Jumlah Waktu Perguliran yang Diikuti oleh Responden Peserta SPP PNPM di Desa Gunung Menyan Program Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan di Desa Gunung Menyan telah dilaksanakan sejak tahun 2004 hingga penelitian ini dilakukan (2010). Jumlah perguliran yang telah dilaksanakan hingga sekarang adalah sebanyak enam kali perguliran (enam tahun). Masing-masing peserta yang mengikuti program ini bisa saja memiliki waktu keterlibatan yang tidak sama dengan anggota yang lainnya walaupun mereka masih berada di dalam satu kelompok. Hal itu disebabkan karena keanggotaan kelompok tersebut sifatnya tidak tetap, dalam arti kata peserta program bisa bebas keluar atau masuk menjadi suatu anggota kelompok untuk memanfaatkan pinjaman SPP PNPM. Bahkan diantara mereka ada yang menggantikan anggota lain dalam suatu kelompok.

48 Penjelasan mengenai waktu keterlibatan peserta Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan dapat dilihat pada Gambar 9. 21% 12% Kurang dan sama dengan 1 tahun 2 3 tahun 67% lebih dari 3 tahun Gambar 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Keterlibatan (n=52). Berdasarkan Gambar 9 di atas terlihat bahwa jumlah responden dengan waktu keterlibatan selama 2-3 tahun dalam program (67 persen) lebih besar daripada jumlah responden dengan waktu keterlibatan kurang dan sama dengan satu tahun (12 persen), dan jumlah responden yang terlibat lebih dari tiga tahun dalam Program SPP PNPM (21 persen). Sedikitnya jumlah responden yang memiliki waktu keterlibatan kurang dan sama dengan satu tahun memperlihatkan bahwa secara umum responden peserta Program SPP PNPM di Desa Gunung Menyan telah terbiasa dalam mengikuti program SPP, sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum mereka mengetahui bentuk pelaksanaan Program SPP PNPM. Waktu keterlibatan responden yang sudah cukup lama dalam mengikuti program SPP PNPM tidak berarti bahwa mereka telah lama bergabung dalam suatu kelompok yang sama. Peserta yang menjadi anggota kelompok memiliki kemungkinan untuk pindah ke kelompok lain. Sebagaimana diketahui, keanggotaan responden dalam suatu kelompok bersifat tidak tetap dan bisa berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya. 4.3.2 Jumlah Dana Pinjaman yang Didapatkan oleh Responden Peserta SPP PNPM di Desa Gunung Menyan Semakin lama waktu keterlibatan peserta program pada Program SPP PNPM, maka akan semakin banyak jumlah pinjaman yang mereka dapatkan. Pinjaman diberikan secara bertahap, dengan jumlah pinjaman minimum sebesar

49 Rp.500.000,-. Hal ini berarti bahwa peserta program yang baru terlibat dalam program hanya akan mendapatkan pinjaman pertama sebesar Rp.500.000,-. Jumlah pinjaman akan bertambah pada perguliran selanjutnya dengan kelipatan Rp.500.000,- apabila anggota telah melunasi pinjaman pada perguliran sebelumnya. Walaupun besar jumlah pinjaman telah ditetapkan dari atas (pemerintah), setiap kelompok atau peserta program memiliki hak untuk memutuskan sendiri jumlah pinjaman yang akan mereka ambil. Misalnya, jika mereka memiliki kesempatan untuk meminjam pinjaman sejumlah Rp.2000.000,- mereka diperbolehkan jika hanya mengambil pinjaman sebesar Rp.1500.000,-. Keputusan tersebut tergantung pada kebutuhan mereka dan kesanggupan mereka untuk membayar pinjaman. Jumlah pinjaman yang didapatkan oleh anggota yang satu dengan anggota yang lain bisa saja berbeda meskipun mereka menjadi anggota pada kelompok yang sama. Hal itu dikarenakan oleh masing-masing anggota memiliki hak untuk memutuskan jumlah pinjaman yang akan mereka gunakan. Sebaran jumlah pinjaman yang digunakan oleh responden dapat dilihat pada Gambar 10. 13% 15% Rp.500.000 73% Rp. 1000.000 1500.000 lebih dari Rp. 1500.000 Gambar 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pinjaman (n=52) Gambar 10 menjelaskan bahwa pada umumnya responden menggunakan pinjaman pada jumlah Rp.1000.000,- hingga Rp.1500.000,-, yaitu sebesar 73 persen. Selain itu, jumlah responden yang menggunakan pinjaman Rp.500.000,- sebesar 15 persen, dan jumlah responden yang menggunakan pinjaman di atas Rp.1500.000,- sebesar 12 persen. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tim Koordinator Desa (TKD) yang menangani masalah SPP PNPM di Desa Gunung Menyan, semakin besar jumlah pinjaman yang diambil oleh peserta program maka

50 akan semakin besar kemungkinan mereka melakukan penunggakan. Hal tersebut dikarenakan oleh semakin besarnya jumlah angsuran yang harus mereka bayar setiap bulannya. Dengan demikian, pinjaman di atas Rp.1000.000,- akan lebih rentan terhadap kemungkinan penunggakan.