I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (2013) 25% masyarakat di Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah karies dan penyakit periodontal (Hamadi, 2015). Karies gigi di Indonesia masih cukup tinggi yang terlihat dari indeks karies (DMF-T) menunjukkan hasil sebesar 4,6 dengan nilai D (Decay) 1,6; M (Missing) 2,9; dan F (Filling) 0,08 yang berarti kerusakan gigi yang di derita oleh masyarakat Indonesia adalah 460 buah gigi per 100 orang (Riskesdas, 2013). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi yang memiliki indeks DMF-T tinggi yaitu sekitar 5,9 (Riskesdas, 2013). Kesehatan gigi dan mulut masyarakat DIY masih rendah hal ini ditunjukkan dengan prevalensi karies gigi dan mulut anak, prevalensi karies aktif, serta indeks DMF-T termasuk dalam kategori tinggi. DIY juga termasuk dalam 10 provinsi dengan pengalaman karies tertinggi (Riskesdas, 2007). Karies gigi layak untuk mendapatkan perhatian khusus karena prevalensi dan keparahan yang tinggi, terutama pada penduduk golongan ekonomi rendah (Katageri dkk., 2014). Kondisi karies gigi anak-anak meningkat di seluruh dunia. Anak-anak yang memiliki karies gigi berasal dari keluarga yang mempunyai latar belakang pendapatan rendah dan orang tua mereka memiliki tingkat pendidikan rendah. Anak-anak dengan karies gigi sangat dipengaruhi oleh perilaku orang tua. 1
2 Orang tua akan menentukan apakah akan membawa anak mereka ke dokter gigi untuk melakukan perawatan karies gigi atau tidak (Leghari, 2012). Anak prasekolah merupakan kelompok rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena anak pada umur ini memiliki perilaku atau kebiasaan yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi dan mulut (Worotitjan dkk., 2013). 80% anakanak di negara maju dan berkembang menderita karies (Sriyono, 2009). Karies yang terjadi pada anak umur dibawah 6 tahun disebut Nursing Mouth Caries (NMC). Definisi NMC menurut The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) adanya satu atau lebih karies (kavitas atau non kavitas), adanya gigi yang hilang karena karies pada gigi desidui pada usia 0-71 bulan. Penyebab NMC adalah kebiasaan meminum Air Susu Ibu (ASI) atau susu botol sampai anak tertidur diwaktu malam berulang dalam kurun waktu yang lama. NMC dibagi menjadi empat tipe yaitu: Tipe I (Minimal), Tipe II (Mild), Tipe III (Moderate), Tipe IV (Severe). NMC jika dibiarkan memang tidak mengancam jiwa akan tetapi jika tidak diobati dapat menyebabkan rasa sakit, bakteremia, berkurangnya kemampuan mengunyah, maloklusi pada gigi permanen, masalah fonetik dan kurangnya rasa percaya diri pada anak (Adhani dkk., 2014). Karies gigi adalah penyakit kronis yang merusak jaringan keras gigi yang disebabkan oleh produksi hasil fermentasi bakteri plak terhadap karbohidrat. Proses ini ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi dan dimulai karena adanya biofilm (plak gigi) yang menutupi permukaan gigi (Selwitz dkk., 2007). Terjadinya karies karena terabaikannya kebersihan mulut sehingga terjadi akumulai plak (Oktavilia dkk., 2014). Penyakit ini merupakan penyakit
3 dengan penyebab multifaktorial yaitu mikroorganisme, host, substrak dan waktu (Kidd, 2013). Faktor resiko yang mempengaruhi karies antara lain keadaan fisik, biologi, lingkungan, perilaku dan faktor gaya hidup terkait seperti tingginya jumlah bakteri kariogenik, aliran saliva yang tidak memadai, paparan fluoride yang tidak cukup, kebersihan mulut yang buruk dan kemiskinan (Selwitz dkk., 2007). Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya karies adalah umur, suku bangsa, kultur sosial penduduk serta pengetahuan, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi (Suwelo, 1992). Menurut hasil penelitian Situmorang (2005) menunjukkan bahwa karies gigi mempunyai dampak yang luas pada penderitanya, salah satu nya adalah gangguan pada kualitas hidup yaitu: 1) keterbatasan fungsi gigi misal sulit mengunyah, makanan tersangkut, nafas berbau, pencernaan terganggu, 2) keterbatasan fisik misal menghindari makanan tertentu, tidak bisa menyikat gigi dengan baik, adanya keluhan rasa sakit setiap mengunyah makanan, sakit kepala, sakit rahang, 3) ketidaknyamanan psikis misal merasa rendah diri, sangat menderita, kuatir, 4) keterbatasan psikis misal tidur terganggu, sulit konsentrasi, merasa malu. Anak umur 0 sampai 5 tahun merupakan masa keemasan (golden age). Masa ini merupakan waktu ideal untuk anak mempelajari ketrampilan dasar, membentuk kebiasaan, memperoleh konsep dasar yang mempengaruhi kehidupan anak dimasa selanjutnya. Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh pengasuhan orang tua (Utami dkk., 2008). Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari sikap dan perilaku yang mendukung dan tidak mendukung terhadap
4 kesehatan gigi dan mulut anak (Hamadi, 2015). Orang tua adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak dikemudian hari (Dermawan, 2012). Anak yang tidak dibiasakan menyikat gigi sejak dini oleh orangtua dapat mengakibatkan kesadaran dan motivasi anak kurang dalam menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulutnya (Adhani, 2014). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi mulut dan keparahan karies pada anak balita? 2. Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi mulut dan status karies pada anak balita? C. Keaslian penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain: 1. Solikin (2013) melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut dan kejadian karies gigi pada anak prasekolah di TK 01 Pertiwi Karangbangun, Karanganyar. Hasil Penelitian yaitu sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik.
5 Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian adalah ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi mulut dan tempat dilakukan penelitian yaitu di TK Minomartani 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. 2. Gultom (2009) melakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya, di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Dengan hasil penelitian yaitu sebagian besar responden sudah mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita, responden juga menunjukkan sikap yang baik, akan tetapi tindakannya pemeliharaan masih banyak yang kurang. Perbedaan dengan penelitian ini variabel yang diteliti adalah status karies gigi (dmf-t) dan keparahan karies gigi (pufa) anak balita. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi mulut dan keparahan karies anak balita. E. Manfaat penelitian Manfaat dari hasil penelitian diharapkan: 1. Memberi informasi kepada tenaga kesehatan untuk melakukan program atau kegiatan posyandu yang dapat meningkatkan pemahaman ibu tentang
6 pentingnya pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap kesehatan anak balita. 2. Untuk rencana program yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat meningkatkan kesehatan gigi mulut anak balita.