MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU Dr. H. ERJATI ABAS, M.Ag. Penerbit PT Elex Media Komputindo
MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU 2017 Dr. H. ERJATI ABAS, M.Ag. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Jakarta Anggota IKAPI, Jakarta 717060813 ISBN: 978-602-04-2093-6 Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan
DAFTAR ISI UCAPAN TERIMA KASIH... v BAB I Guru: Pemimpin Pendidikan... 1 Digugu dan Ditiru... 1 BAB II Prestasi Guru... 21 A. Kinerja Guru... 21 B. Kepemimpinan Kepala Madrasah Seprti Apa?... 50 C. Iklim Organisasi... 68 D. Motivasi Kerja Guru... 79 E. Kompetensi Guru... 96 F. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah terhadap Kinerja Guru... 110 G. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Guru.. 112 H. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru... 113 I. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Guru... 114 J. Kerangka Pikir... 114 BAB III Kepemimpinan Kepala Madrasah... 123 A. Sekilan MIN Se-Kota Bandar Lampung... 123 B. Pegujian Hipotesis... 144
MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU BAB IV Pembentukan Manusia Andal... 151 A. Pendidikan Islam di Era Global... 151 B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian... 154 C. Diskripsi Hasil Analisis Variabel Penelitian... 160 D. Pengujian Hipotesis... 200 E. Analisis Data... 243 BAB V Kesimpulan... 263 Da ar Pustaka... 267 Tentang Penulis... 275 x
BAB I GURU: PEMIMPIN PENDIDIKAN Digugu dan Ditiru Di tataran paling bawah, guru di kelas merupakan pemimpin pendidikan. Kenapa? Karena posisinya sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Bahkan peran guru tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya. Artinya, kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran. Implikasinya pada kualitas output pendidikan di madrasah. Allah Swt., bahkan menjelaskan bahwa hasil yang diperoleh seseorang dipengaruhi kesungguhan mengerjakan dan niatnya: Artinya: dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (An-Najm: 39). 1 1 Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemah, (Bandung: Jabal, 2009), h. 527
MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU Kutipan ini menjelaskan bahwa suatu prestasi kerja dan hasil pendidikan yang baik tidak dapat diraih dengan mudah, hanya melalui usaha dan kerja keras dibarengi dengan idealisme dan optimisme yang tinggi. Bersungguh-sungguh dalam bekerja juga dijelaskan Allah Swt., dalam surat al-insyirah ayat 7-8 sebagai berikut: Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Al-Insyirah: 7 8) 2 Kinerja guru merupakan unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitasnya akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan. Kenapa pula demikian? Karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan peserta didik dalam proses pendidikan/ pembelajaran di lembaga pendidikan Madrasah. Mukhtar menyebut bahwa kinerja guru adalah seluruh aktivitas yang dilakukannya dalam mengemban amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar dan membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta didik dalam mencapai tingkat kedewasaan dan kematangannya. 3 Maka dari itu, kinerja guru lebih terarah pada perilaku seorang pendidik dalam pekerjaannya 2 Ibid., h. 596 3 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), h. 84 2
GURU: PEMIMPIN PENDIDIKAN dan efektivitas pendidik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang dapat memberikan pengaruh kepada peserta didik kepada tujuan yang diinginkannya. Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005, di Pasal 1 Guru dan Dosen punya tugas sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada tingkatan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 4 Karena tugasanya tersebut, ia pantas digugu dan ditiru. Ngalim Purwanto memerinci karakteristik kinerja guru yang dapat dilihat dari: a. Guru selalu berupaya membimbing anak didik seutuhnya b. Guru selalu menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing c. Guru selalu mengadakan komunikasi terutama untuk memperoleh informasi tentang anak didik d. Guru selalu menciptakan suasana kehidupan madrasah sehingga peserta didik betah berada dan belajar di madrasah e. Guru selalu memelihara hubungan dengan orangtua peserta didik f. Guru selalu memelihara hubungan baik dengan masyarakat g. Guru selalu berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya, seperti membaca buku, mengikuti lokakarya, seminat, penataran, dan kegiatan penelitian h. Guru selalu menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru 4 Depag RI., Op. Cit., h. 4 3
MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU i. Guru selalu tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah dalam bidang pendidikan j. Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian. 5 Guru yang dikatakan di atas semestinya memiliki kinerja yang baik ditunjukkan dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar, pembimbing, pengarah, motivator, dan pendidik. Guru yang memiliki kinerja yang baik, tentu saja akan mampu melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas dan hasil pembelajaran yang bermutu. Kinerja guru dalam upaya peningkatannya, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhinya, sehingga berdampak pada tinggi rendahnya kinerja guru tersebut. Di antara faktor tersebut, antara lain adalah kepemimpinan kepala madrasah. Marno menyatakan bahwa kepemimpinan kepala madrasah yang baik akan meningkatkan kegairahan kerja pegawai dan pencapaian mutu pendidikan lebih baik lagi. 6 Tugas dan tanggung jawab kepala madrasah akan mampu: membangkitkan dan merangsang semangat kerja guru dan pegawai madrasah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. 7 Kepemimpinan kepala madrasah secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap meningkatkan atau tidak meningkatnya bahkan menurunnya kinerja guru. Artinya, kepemimpinan kepala madrasah memberikan pengaruh terhadap 5 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 156-159 6 Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 22 7 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Adiministrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 35 4
GURU: PEMIMPIN PENDIDIKAN peningkatan kinerja guru. Oleh karena itu salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru adalah melaksanakan kepemimpinan kepala madrasah dengan baik, menciptakan iklim organisasi madrasah yang kondusif, didukung motivasi serta kompetensi guru yang baik. Dari situ diharapkan dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Memimpin berarti membimbing, mengarahkan, menuntun dan merintiskan jalan 8 Sejalan dengan itu, kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan memengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakantindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan. 9 Hal serupa dinyatakan oleh Mifta Thoha. Kepemimpinan itu alat untuk mencapai suatu tujuan. Pemimpin di sini adalah merupakan individu yang memiliki program atau rencana yang bersama anggota kelompok berusaha untuk mencapai tujuan dari kelompok tersebut. Dari sini kepemimpinan dapat dipandang sebagai kekuatan dinamik yang merangsang motivasi dan koordinasi anggota dalam mencapai tujuan organisasi. 10 Jadi kepemimpinan mengandung arti bahwa seorang pemimpin dapat memengaruhi orang lain agar lebih bekerja keras dalam tugasnya, atau mengubah kelakuan mereka. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Swt., dalam Surat As-Sajadah ayat 24: 8 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h. 63 9 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1997), h. 81 10 Miftah Thoha. Kepemimpinan Manajemen. (Rajawali Press, Jakarta. 2001), h. 36 5
MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU Artinya: dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami. (As-Sajadah: 24) 11 Kinerja guru juga dipengaruhi oleh iklim organisasi. Iklim organisasi madarasah akan memengaruhi sikap dan perilaku warga madrasah yang kemudian menentukan kinerja warga madrasah dan lembaga madrasah tersebut. Moeheriono menyatakan bahwa iklim organisasi memberikan arah dan memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan pelaku organisasi agar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien. 12 Iklim organisasi sebagai bagian dari budaya organisasi sekolah akan juga mewarnai cara bertindak anggota organisasi dalam aktivitas sehari-hari. 13 Dapat dipahami bahwa iklim organisasi akan berpengaruh terhadap tingkat kinerja guru. Artinya, apabila iklim organisasi kondusif, mendukung dan mendorong peningkatan kinerja guru, maka kinerja guru akan meningkat dengan lebih baik. Iklim organisasi adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para karyawan dan yang dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan 11 Departemen Agama RI., Op. Cit., h. 417 12 Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 346 13 Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 91 6
GURU: PEMIMPIN PENDIDIKAN tugas yang dibebankan. 14 Simamora menyatakan, iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologis organisasi. 15 Dari pendapat terakhir, kita tahu bahwa iklim organisasi adalah faktor-faktor di luar manusia, baik fisik maupun nonfisik dalam suatu organisasi. Iklim organisasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan kinerja guru karena dengan lingkungan yang mendukung, baik suasana maupun sarana dan prasarana akan menjadikan guru lebih giat untuk bekerja. Jika guru merasa senang dengan lingkungan kerjanya, maka perhatian, imajinasi, dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaannya akan meningkat pula. Sebaliknya, jika ia merasa gundah, maka tidak mustahil kinerjanya akan menurun pula. Tak lupa pula bahwa peningkatan kinerja guru adalah motivasi guru itu sendiri. Motivasi guru merupakan suatu kekuatan potensial seorang guru sebagai penggerak dari dalam hati seseorang guru untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Surat Ar-Ra d ayat 11 menyebut bahwa motivasi yang paling kuat adalah dari diri sendiri seseorang. Motivasi sangat berpengaruh dalam gerak dan gerik seseorang dalam setiap tindak tanduknya: Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaannya sendiri. (Ar-Ra d: 11) 16 14 Alex S. Nitisemito. Manajemen Personalia, (Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1990), h. 184 15 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN, 2000), h. 49 16 Departemen Agama RI., Op. Cit., h. 338 7
MAGNET KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KINERJA GURU Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar-kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang bergantung pada seberapa banyak intesitas motivasi yang diberikan. 17 Work motivation is a set of energetic forces that originate both within as well as beyond an individual s being, to initiate work related behavior, and to determine its form, direction, intensity, and duration. 18 Motivasi itulah yang mendorong seseorang untuk berperilaku terkait dengan penentuan arah, intensitas dan jangka waktu kerja. Motivasi diri mendorong seseorang untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jelas bahwa motivasi kerja adalah dorongan terhadap seseorang yang dipengaruhi oleh motif, harapan, dan insentif untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan. Semakin guru memiliki motivasi kerja tinggi, tugas dan tanggung jawabnya dilakukan dengan penuh semangat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dan lebih optimal. Faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah kompetensi. Lyle M. Spencer menyebut bahwa, hubungan antara kompetensi dengan kinerja itu sangat erat. Relevansinya ada, bahkan apabila ingin meningkatkan kinerja karyawan seharusnya mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tugas pekerjaannya. 19 Kompetensi guru pun dapat berpengaruh terhadap proses pengelolaan pendidikan yang kemudian akan berdampak pada hasil prestasi yang dicapai peserta didik. 20 17 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 71. 18 C.C. Pinder, Work Motivation in Organizational Behavior. (New York: Psychology Press, 2008), h. 11 19 Lyle M. Spencer and Signe M. Spincer, Competence at Work, Models For Superior Performance, (Canada: John Willey & Sons, Inc, 1993), h. 7 20 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 65 8
GURU: PEMIMPIN PENDIDIKAN Maka, guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik yang diwujudkan dari kinerja yang tinggi dalam pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Ini terjadi karena dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kualifikasi serta kompetensi dasar agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efesien. 21 Dari Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan: Sebagai tenaga profesional guru harus memenuhi sejumlah persyaratan di antaranya memiliki kompetensi. 22 Jadi, setiap profesi guru harus memiliki kompetensi yang akan membantunya melaksanakan segala kewajibannya dengan optimal. Berkompeten berarti mempunyai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 23 Menurut Uzer Usman, kompetensi adalah gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang sangat berarti. 24 Jika dihubungkan dengan profesi guru, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen 21 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 20 22 Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru; Apa, Mengapa dan Bagaimana, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 14 23 Ibid., h. 7 24 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 14 9