BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan pendanaan, investasi dan kebijakan dividen. Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang kompleks karena berhubungan dengan variabel keputusan keuangan lainnya dalam mencapai tujuan perusahaan. Pemilihan antara pendanaan hutang dan ekuitas sering disebut dengan keputusan struktur modal. Pendanaan ekuitas yang menjadi fokus penelitian ini karena investor ekuitas yang telah menanamkan uangnya menerima pangsa saham dan menjadi pemegang saham, pemilik sebagian perusahaan. Kombinasi pendanaan ekuitas pada akhirnya menciptakan struktur kepemilikan yang berbeda pula. Menurut beberapa peneliti struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki. Perusahaan property dan real estate merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi jumlah penduduk yang terus bertambah besar, semakin banyaknya pembangunan di sektor perumahaan, apartemen, pusat-pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dan rasio kepemilikan rumah yang cukup rendah. Selain itu jenis usaha ini membutuhkan dana yang besar untuk keperluan investasi dan operasional perusahaan sehingga
sumber pendanaan yang beragam akan menciptakan struktur kepemilikan perusahaan real estate dan property yang beragam pula. Perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada umumnya merupakan perusahaan yang telah memiliki struktur organisasi terpisah antara pihak pemilik (principal) dan pengelolanya (agent). Pemilik terdiri dari para pemegang saham dan stakeholder, sedangkan pihak pengelolanya terdiri dari pihak manajemen yang ditunjuk oleh pemilik untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Berdasarkan teori agensi (agency theory) Sheifer dan Vishny (1997 dalam wening kartikan hal 2), manajer professional (professional managers) dipekerjakan untuk mengelola usaha perusahaan dengan tujuan untuk memaksimalkan laba perusahaan dan kekayaan pemegang saham, namun pada prakteknya manajer tidak sejalan dengan kepentingan pemilik melainkan mengesampingkan efisiensi penggunaan sumber dana. Hal ini terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadinya dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976 dalam Dyah sih Rahayu hal 181), apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan. Konflik agensi (agency conflict) dipicu juga oleh pengelola (manajer) yang mempunyai informasi mengenai perusahaan, yang tidak dimiliki pemilik perusahaan (asymmetric information). Adanya asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi dapat memotivasi manajer untuk menyajikan informasi
yang tidak benar kepada pemilik, terutama bila informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Menurut Bathala, et. al., (1994:40) beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency costs, antara lain: 1) mensejajarkan kepentingan manajemen dengan mengikutsertakan manajer untuk memiliki saham perusahaan tersebut (insider ownership), (2) meningkatkan dividend payout ratio, (3) melibatkan pihak ketiga (debtholders) yang masuk melalui kebijakan hutang, dan (4) meningkatkan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional dapat menurunkan teori agensi, karena investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk melakukan aktivitas yang merugikan pemilik menjadi berkurang dan sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu perannya sebagai monitoring yang efektif menggantikan posisi hutang dan menyebabkan penurunan hutang. (Bathala et al 1994 dalam Wening Kartikawati hal 3) juga menemukan bahwa kepemilikan institusional menggantikan kepemilikan manajerial dalam mengontrol agency cost. Selain kepemilikan institusional, peningkatan hutang juga dapat menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajer karena adanya peran monitoring, Hal ini disebabkan kreditur dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan manajer untuk dapat memenuhi perjanjian pinjaman (debt covenant). Hal ini memberikan pengawasan lebih terhadap manajemen bagi pemberi pinjaman dibandingkan pemegang saham (shareholders). Disamping itu hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan
sehingga menurunkan kemungkinan adanya pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Adanya kewajiban membayar beban hutang berimbas pada penurunan penggunaan sumber dana untuk kebutuhan pribadi manajer diharapkan akan memaksimalkan laba yang pada akhirnya terukur sebagai peningkatan kinerja perusahaan. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi, menanggung biaya modal yang lebih tinggi dibanding perusahaan dengan tingkat hutang yang rendah. Pengelompokan pemilik menjadi pemilik dengan kepemilikan mayoritas (controlling) dan pemilik dengan kepemilikan minoritas disebabkan oleh adanya kepemilikan yang terkonsentrasi pada beberapa pemilik. Semakin tinggi konsentrasi kepemilikan organisasi tertentu, semakin tinggi pula kinerja organisasi tersebut dibanding dengan organisasi yang kepemilikannya tersebar (diffuse). Hal ini disebabkan kepemilikan insttusional dapat menangani masalah agensi antara manajemen dan pemilik. Sebaliknya, kepemilikan yang tersebar (diffuse) memungkinkan para manajer memperoleh keleluasaan (managerial discretion) dalam menjalankan organisasi yang bisa jadi tidak konsisten dengan kepentingan pemilik yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. menurutnya perusahaan yang konsentrasi kepemilikan oleh pihak-pihak terbatas tinggi, kinerjanya akan lebih baik dibanding perusahaan yang kepemilikannya relatif tersebar (diffuse). Dan judul ini pernah di teliti oleh Dini Nur aeni (2010) dan hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa pengaruh struktur kepemilikan saham
terhadap kinerja perusahaan. Dan Penelitian tersebut menggunakan struktur kepemilikan saham berupa struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan kepemilikan asing sebagai variabel independen. Sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan return on asset (ROA). Objek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu 2006-2008. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen dan kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan saham institusional dan asing, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, saya memutuskan untuk berfokus dan meneliti kembali pada pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan, melihat belum ada peneliti terdahulu yang berfokus pada kepemilikan institusional. Selain itu, hasil penelitian terdahulu yang memasukkan unsur pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Untuk itu penelitian ini mengunakan variabel independen berupa kepemilikan institusional, yang mana akan menguji pengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan. Maka penulis tertarik untuk mengambil judul Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Property dan Real estate yang Terdaftar di BEI 2008-2010).
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kenerja perusahaan property dan real estate yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan. 2. Bagi pemilik dan pengelola perusahaan, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan kepemilikan institusional.
3. Bagi calon peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis.