BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penyimpanan dana tunai nya. Hal tersebut betolak belakang karena masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, terjadi pertumbuhan bank-bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari. masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Hal ini terbukti. Inggris (Ismal, 2012). Menurut Antonio (2001), bank syariah muncul

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang berada dibidang keuangan. terutama dalam memberikan biaya investasi pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai berpindah dan mempercayai Perbankan Syariah. Sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN USAHA KECIL DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS KJKS MULTIJASA SUBAH BATANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkannya. Bank juga dikenal sebagai lembaga keuangan. yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada hukum Islam yang sah. Tujuan ekonomi Islam bagi bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Winarno (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB I PENDAHULUAN. juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary instution), yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas. harus hati-hati dalam mengelola kegiatan operasionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Perbankan Syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan dengan pesat dari tahun ke tahunnya sehingga memacu masyarakat untuk menanamkan modalnya pada Bank Syariah. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008 dijelaskan bahwa Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat lagi. Bisa dilihat dengan pertumbuhan perbankan syariah saat ini jika dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami beberapa kemajuan pesat, diantaranya jumlah Bank Umum Syariah (BUS) ditahun 2009 tercatat 6 BUS, sedangkan pada tahun 2013 tercatat sudah ada 11 BUS yang beroperasi di Indonesia (Sumber: www.bi.go.id). Hal ini dipicu oleh beberapa faktor penting. Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim mencapai ± 86,1% (Sumber: www.bps.go.id) dari total populasi, sehingga faktor religius masih menempati urutan pertama. Kedua, Bank Syariah terbukti sanggup melewati krisis keuangan pada tahun 1

2008, hal ini mendorong kepercayaan masyarakat maupun institusi untuk menanamkan modalnya di bank syariah. Ketiga adalah faktor rasional, yaitu tingkat bagi hasil (Profit Sharing) yang diberikan bank syariah memberikan keuntungan. Menurut Anshori (2008:3) Perbankan dalam kehidupan suatu negara adalah satu agen pembangunan (agent of development), yang berfungsi utama sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat yang berbentuk tabungan kemudian disalurkan melalui kredit atau pembiayaan. Fungsi inilah yang disebut bank sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary function). Menurut ketentuan Bank Indonesia, penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia. Tingkat kesehatan bank menjadi salah satu indikator yang digunakan masyarakat dalam menilai kualitas suatu bank. Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:51) menyebutkan bahwa: Kesehatan bank sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pembiayaan bermasalah merupakan rasio keuangan yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah dalam suatu bank syariah. Tingkat NPF (Non Performing Financing) yang tinggi pada suatu bank syariah menunjukkan kualitas suatu bank yang tidak sehat. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai tingkat kesehatan bank adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu entitas usaha untuk 2

menghasilkan laba. Kendala eksternal yaitu bank syariah menilai bahwa pembiayaan dengan sistem bagi hasil (equity financing) memiliki risiko tinggi dalam hal kerugian. yang dapat terjadi dalam kurun waktu pembiayaan tersebut sehingga dapat menurunkan laba perusahaan karena pembiayaan bagi hasil tidak hanya bersifat berbagi keuntungan, akan tetapi juga berbagi kerugian. Dimana penilaian ini berdasarkan pada seberapa besar bank syariah tersebut melakukan pembiayaan bersifat bagi hasil. Selanjutnya, bank dapat dikatakan sehat apabila dapat menjaga keamanan dana masyarakat yang dititipkan kepada mereka, dapat berkembang dengan baik serta mampu memberikan keuntungan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi nasional. Laporan keuangan perbankan merupakan sarana yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja dan kesehatan dari suatu bank. Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998. Menurut Antonio (2007:83) pembiayaan Musyarakah adalah Perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati. Musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus diakhir masa proyek. Keuntungan usaha secara musyarakah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Risiko pembiayaan musyarakah sebagaimana diketahui bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dapat diukur dengan mengetahui besarnya credit risk (kredit macet) yaitu perbandingan besarnya pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang disalurkan. 3

Pembiayaan murabahah merupakan salah satu prinsip jual beli yang dijalankan bank syariah tanpa mengenal riba. Syafi i (2007:101) menyatakan: Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Murabahah adalah menjual suatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang ditentukan atau dibayar secara cicilan. Murabahah umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). Kalangan perbankan syariah di Indonesia banyak menggunakan murabahah secara berkelanjutan (roll over/ evergreen) seperti untuk modal kerja, padahal sebenarnya murabahah adalah kontrak jangka pendek dengan sekali akad (one short deal). Murabahah tidak tepat diterapkan untuk modal kerja. Hal ini mengingat prinsip murabahah memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi. Menurut Yusak (2009:31) Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka pihak pengelola yang bertanggung jawab. Dalam dunia perbankan akad mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan qurban. Dana juga 4

dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu. Tingkat risiko pembiayaan dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah pembiayaan yang bermasalah karena pengembaliannya tidak sesuai jadwal yang disepakati dengan total pembiayaan secara keseluruhan. Tingkat risiko pembiayaan (Non Performing Financing) ini secara otomatis akan mempengaruhi operating income akan semakin rendah dan sebaliknya. Beberapa pakar perbankan mengasumsikan bahwa pembiayaan diragukan yang memiliki potensi menjadi macet sebagai pembiayaan bermasalah. Sementara beberapa pakar perbankan lainnya mengasumsikan bahwa pembiayaan bermasalah meliputi pembiayaan-pembiayaan yang tergolong dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Menurut Gitman (2009) Tingkat profitabilitas merupakan suatu kualitas yang dinilai berdasarkan keadaan/ kemampuan suatu bank syariah dalam menghasilkan laba. Selain itu merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen yang akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Dari data yang penulis peroleh bahwa pembiayaan berpengaruh terhadap profitabilitas PT. Bank BJB Syariah dimana semakin besar pembiayaan menunjukan semakin besar tingkat profitabilitas. Dari paparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang bagaiamana pengaruh tingkat risiko pembiayaan (NPF) terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui Return On Assets (ROA). Bank yang dijadikan objek penelitian 5

adalah PT. Bank BJB Syariah yaitu salah satu Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia. Dari laporan keuangan yang diteliti oleh penulis ditemukan total pembiayaan, Non Performing Financing (NPF) dan Return On Assets (ROA) yang diperoleh dari PT. Bank BJB Syariah Sebagai berikut: Tabel 1.1 Rata-Rata Non Performing Financing (NPF) dan Return On Assets (ROA) PT. Bank BJB Syariah Periode Triwulan III 2011 Triwulan IV 2014 Tahun Triwulan Total NPF ROA pembiayaan 2011 III 2.010.772 2,36% 1,11% IV 1.933.377 1,77% 1,23% 2012 I 2.212.655 1,86% 0,94% II 2.495.842 9,67% 0,11% III 2.934.214 8,15% 0,68% IV 3.369.162 6,07% 0,67% 2013 I 3.792.161 5,33% 1,92% II 4.301.444 4,81% 0,93% III 4.795.219 5,1% 0,91% IV 4.695.552 2,82% 0,91% 2014 I 4.867.432 5,28% 0,15% II 5.216.779 5,25% 0,07% III 4.475.023 12,44% 0,46% IV 6.305.410 9,71% 0,72% Rata-rata 3.814.646 5,75% 0,77% Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank BJB Syariah Dari data tabel 1.1 diatas dapat dilihat pada Triwulan IV 2011 total pembiayaan mengalami penurunan dari 2.010.772 menjadi 1.933.377, NPF mengalami penurunan dari 2,36% menjadi 1,77%, dan ROA mengalami peningkatan 6

dari 1,11% menjadi 1,23%. Pada triwulan I 2012 total pembiayaan mengalami peningkatan dari 1.933.377 menjadi 2.212.655, NPF mengalami peningkatan dari 1,77% menjadi 1,86%, ROA mengalami penurunan dari 1,23% menjadi 0,94%. Pada triwulan II 2012 total pembiayaan mengalami peningkatan dari 2.212.665 menjadi 2.495.842, NPF mengalami peningkatan dari 1,86% menjadi 9,67%, ROA mengalami penurunan dari 0,94% menjadi 0,11%. Pada triwulan III 2012 total pembiayaan mengalami peningkatan dari 2.495.842 menjadi 2.934.214, NPF mengalami penurunan dari 9,67% menjadi 8,15%, ROA mengalami peningkatan dari 0,11% mennjadi 0,68%. Pada triwulan IV 2012 total pembiayaan mengalami peningkatan dari 2.934.214 menjadi 3.369.162, NPF mengalami penurunan dari 8,15% menjadi 6,07%, ROA mengalami penurunan dari 0,68% menjadi 0,67%. Pada triwulan I 2013 total pembiayaan mengalami peningkatan dari 3.369.162 menjadi 3.792.161, NPF mengalami penurunan dari 6,07% menjadi 5,33%, ROA mengalami peningkatan dari 0,67% menjadi 1,92%. Pada triwulan II 2013 total pembiayaan mengalami peningkatan dari 3.792.161 menjadi 4.301.444, NPF mengalami penurunan dari 5,33% menjadi 4,81%, ROA mengalami penurunan dari 1,92% menjadi 0,93. Pada triwulan III total pembiayaan mengalami peningkatan dari 4.301.444 menjadi 4.795.219, NPF mengalami peningkatan dari 4,81% menjadi 5,1%, ROA mengalami penurunan dari 0,93% menjadi 0,91%. Pada triwulan IV total pembiaayan mengalami penurunan dari 4.795.219 menjadi 4.695.552, NPF mengalami penurunan dari 5,1% menjadi 2,82%, ROA tidak mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2014 total pembiayaan mengalami peningkatan dari 4.695.552 menjadi 4.867.432, NPF mengalami peningkatan dari 2,82% menjadi 5,28%, ROA mengalami 7

penurunan dari 0,91% menjadi 0,15%. Pada triwulan II total pembiayaan mengalami peningkatan dari 4.867.432 menjadi 5.216.779, NPF mengalami penurunan dari 5,28% menjadi 5,25%, ROA mengalami penurunan dari 0,15% menjadi 0,07%. Pada triwulan III total pembiayaan mengalami penurunan dari 5.216.779 menjadi 4.475.023, NPF mengalami peningkatan dari 5,25% menjadi 12.44%, ROA mengalami peningkatan dari 0,07% menjadi 0,46%. Pada triwulan IV total pembiayaan mengalami peningkatan dari 4.475.023 menjadi 6.305.410, NPF mengalami penurunan dari 12,44% menjadi 9,71%, ROA mengalami peningkatan dari 0,46% menjadi 0,72%. Berdasarkan uraian diatas terjadi fenomena dimana pada triwulan IV 2012 NPF mengalami penurunan sebesar 2,08%, begitupun ROA mengalami penurunan sebesar 0,01%. Pada triwulan II 2013 NPF mengalami penurunan sebesar 0,51%, begitupun ROA 0,99%. Pada triwulan IV 2013 NPF mengalami penurunan sebesar 2,28%, begitupun ROA tidak mengalami pertumbuhan dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014 NPF mengalami penurunan sebesar 0,03%, begitupun ROA mengalami penurunan sebesar 0,08%. Pada triwulan III 2014 NPF mengalami peningkatan sebesar 7,19%, begitupun ROA mengalami peningkatan sebesar 0,39%. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut, yang selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi dengan judul Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada PT. BJB Syariah. 8

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan tingkat risiko pembiayaan pada PT. Bank BJB Syariah. 2. Bagaimana perkembangan tingkat profitabilitas pada PT. Bank BJB Syariah. 3. Bagaimana pengaruh tingkat risiko pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank BJB Syariah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat risiko pembiayaan pada PT. Bank BJB Syariah. 2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat profitabilitas pada PT. Bank BJB Syariah. 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat risiko pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Bank BJB Syariah. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek, yaitu aspek teoritis dan aspek praktis : 9

1.4.1 Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pandangan serta mendewasakan berpikir, baik bersifat teoritis maupun praktis mengenai ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan perbankan syariah yang berkaitan dengan masalah tingkat risiko pembiayaan pada tingkat profitabiltas. Hal ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi peneliti pribadi dan selain itu bisa bermanfaat bagi peneliti-peneliti lainnya. 1.4.2 Aspek Praktis Bagi Perbankan Syariah penelitian digunakan sebagai refesensi yang akan berguna bagi perbankan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pada nasabah pembiayaan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dikarenakan penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana data didapatkan tanpa harus terjun langsung ke lapangan, maka lokasi beserta waktu penelitian ini sendiri dilakukan tidak langsung berinteraksi dengan PT. Bank BJB Syariah cabang manapun, melainkan lebih sering mengunjungi website resmi PT. Bank BJB Syariah itu sendiri, yaitu http://www.bjbsyariah.co.id serta peneliti meminta langsung data yang dibutuhkan kepada kerabat yang kebetulan bekerja sebagai karyawan di PT. Bank BJB Syariah Kantor Pusat sehingga peneliti hanya tinggal mengunduh dan mengolahnya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April hingga selesai. 10