BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BABI. PENDAillJLUAN. Masa perkembangan individu dibagi dalam beberapa fase, yang salah

BAB I PENDAHULUAN. dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa. ciri-ciri jasmani dan perilaku baru (Hurlock, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Hubungan tersebut akan terus menerus meningkat hingga jenjang yang lebih serius seperti pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BABI PENDAHULUAN. Pada dasamya manusia merupakan individu yang beikembang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB V HASIL PENELITIAN

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

BABI PENDAHULUAN. suami istri adalah hubungan seks yang sehat. Dalam hubungan suami istri

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BABI PENDAHULUAN. Selama rentang waktu kehidupannya, manusta mengalami perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

terlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Transkripsi:

BABI PENDAillJLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat ini, orangtua selalu memegang peranan yang paling penting dalam proses tumbuh kembang anak. Hal ini berkaitan dengan tugas-tugas untuk mengurus anak, mengasuh anak yang pada umumnya dilakukan oleh orangtua. Peran orangtua terhadap perkembangan anaknya berlangsung mulai anak tersebut lahir sampai anak tersebut sudah dianggap mampu untuk melepaskan diri. Melepaskan diri disini bisa berupa tidak tinggal bersama orangtua, karena menjalani pendidikan di luar kota, luar negeri, luar pulau, atau meninggalkan rumah dalam rangka pemikahan. Menurut Kartono (1985: 71) melepaskan diri berarti belajar untuk tidak bergantung kepada orangtua sebagai usaha untuk mewujudkan mas a depan. Orangtua pada umumnya melepaskan kepergian anaknya dengan berat hati, karena seringkali orangtua selalu ingin agar anak-anaknya tetap dekat dan tinggal dengannya walaupun keinginan tersebut sulit terwujud, karena berbagai tuntutan hidup yang menyebabkan seorang anak tidak tinggal serumah dengan orangtuanya lagi. Data informal yang didapatkan peneliti dari internet, yang menyatakan bahwa orangtua, yaitu ibu dan ayah sama-sama pernah mengalami kesepian saat ditinggal pergi oleh anaknya, karena berbagai tuntutan hidup. Tuntutan terse but dapat berupa tuntutan untuk beketj a di temp at lain, menj alani 1

2 pendidikan di tempat lain, maupun tuntutan pernikahan yang menyebabkan seorang anak tidak dapat tinggal lagi dengan orangtuanya karena seringkali anak tersebut akan tinggal serumah dengan pasangan hidupnya. Peneliti juga telah melakukan wawancara awal mengenai empty nest terhadap tujuh orangtua pria dan wanita pada tanggal 15 Febuari 2008, pk 09.10. Tujuh orangtua pria yang diwawancarai, satu diantaranya tidak mendukung anaknya untuk meninggalkan rumah karena dengan alasan menganggap anaknya masih kecil dan dari tujuh orangtua wanita yang diwawancarai. Tiga diantaranya tidak mendukung anaknya untuk meninggalkan rumah, tiga orang ibu tersebut mengatakan hal yang sama takut kalau anaknya tidak bisa merawat diri, rumah menj adi sepi. Jumlah anak remaja usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bandung yang kost semakin hari semakin bertambah. Mereka umumnya ingin bisa memasuki SMA (Sekolah Menengah Atas) yang baik dan bisa masuk ke Perguruan Tinggi yang baik pula. (Purba, 2008, darifather centered hingga empty nest, para. 52) Orangtua melepaskan kepergian anaknya karena berbagai tuntutan hidup tersebut. Seorang ibu akan merasakan beberapa ekspresi kesedihan berupa menangis, bingung, sedih, merasa hidupnya sudah selesai sampai disini, namun beberapa ekspresi kesedihan tersebut adalah wajar (Webber, 2008, empty nest, para. 8). Menurut Hurlock (1980: 324) usia dewasa madya dialami sebagai masa sepi (empty nest), yaitu masa ketika anak-anak tidak lama lagi tinggal bersama orangtua, selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa yang mengalami hal tersebut adalah pihak ayah walaupun relatif kecil, namun seringkali yang tetjadi adalah pada saat semua anaknya sudah tidak ada lagi yang tinggal di rumah,

3 seorang ibu akan mengalami suatu pola emosional tertentu yang dikenal dengan empty nest, sebagai akibat terpukulnya harga diri seorang ibu karena anak yang diasuhnya selama ini telah meninggalkannya, sehingga ketergantungan anak terhadap ibunya menjadi berkurang atau lenyap (Webber, 2008, empty nest, para 1). Sosiolog Lillian B Rubin dalam Kompas (2000, supaya tidak seperti layang-layang putus, para. 23) melakukan beberapa penelitian, diantaranya dilakukan terhadap perempuan di Amerika, perempuan yang hanya melakukan tugas tradisionalnya secara eksklusif di rumah dan tidak memiliki kegiatan lain di luar rumah, menderita sindroma lebih parah, bahkan sampai ke tingkat depresi karena rasa "tidak dibutuhkan lagi" yang sedemikian pekat. Mappiere (1983: 237) juga mengatakan bahwa salah satu hal penting dalam hubungan dengan perginya sang anak meninggalkan rumah, adalah perasaan "gersang dan sunyi" yang dialami oleh orangtua, terutama pihak ibu, namun tidak menutup kemungkinan juga jika hal tersebut dialami oleh ayah walaupun persentasenya lebih sedikit. Folkfore memprediksikan beberapa wanita akan menjadi stres dan depresi apabila sarang (rumahnya) menjadi kosong, karena mereka merasa kehilangan perannya sebagai ibu (Harris, Ellicot & Holmes dalam Boyd & Bee, 2006: 439). Chiriboga dalam Papalia, dkk (2007: 349) menyatakan bahwa pria yang memasuki periode empty nest diprediksikan juga akan mengalami stres. Ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi empty nest, antara lain adalah hubungan perkawinan (Hall & Schell,1983: 499) dan keadaan sosioekonomi (Sales dalam Peterson, 1989: 505).

4 Orangtua perlu memahami perubahan per an yang terj adi pada mas a tersebut. Perubahan peran yang perlu dilakukan pada periode empty nest dalam kehidupan keluarga, lebih banyak mempengaruhi ibu dibanding ayah, walaupun peran ayah tidak mengesampingkan pengaruh perubahan tersebut. Menurut Hurlock (1980:324), masa sarang kosong merupakan periode traumatik dan kehidupan yang tidak menyenangkan bagi tipe wanita tertentu dan sebagian pria tertentu walaupun relatif lebih kecil pengaruhnya. Banyak orangtua memberikan sikap yang berbeda-beda terhadap empty nest. Sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan individu untuk bertindak terhadap objek tertentu dengan didasari oleh pandangan, perasaan dan keyakinannya, hal inilah yang menimbulkan perilaku tertentu dan akan berbeda satu sama lain meskipun objeknya sama (Allport dalam Azwar,2008: 5). Sikap yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya membuat seseorang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap objek yang dihadapinya. Sikap terhadap empty nest terse but berbeda-beda antara pihak ayah dan ibu. Hal ini juga diperkuat oleh data dari artikel yang terdapat di internet (Rusk, 2008, What is empty nest?). Artikel ini berisi cerita tentang seorang ibu bemama Sylvia yang teringat akan kedekatan hubungan dengan anaknya, Beth. Sylvia teringat saat dia memberikan boneka kelinci pada anaknya tersebut dan merasa seolah-olah dekat dengan anaknya. Dia juga mengingat prestasi-prestasi yang didapatkan anaknya berupa pial a hasil prestasi di bidang akademik, dan Sylvia juga mengingat hari saat ia membawa Beth keluar dari rumah sakit untuk pulang, hari pertama Beth saat masuk taman kanak-kanak, yang membuatnya merasa kejadian-kejadian

5 tersebut seperti bam saja kemarin dan Sylvia pun mulai menangis. Kisah serupa juga tetjadi di Indonesia, dimana jika perasaan sepi yang berkembang dan berlarut-larut akan menjadi perasaan negative, hal ini dialami oleh Bemadeta yang dianjurkan bercerai dengan suaminya, karena sang ibu merasa kesepian (Multiplay, 2007, menghadapi orangtua yang merasa "kosong"). Pihak ayah pun tidak menutup kemungkinan untuk menunjukkan sikap bahwa ia merasa kehilangan saat ditinggal pergi oleh anaknya, walaupun sikap yang ditunjukkannya tidak ekspresif seperti pada ibu. Hal tersebut ditunjukkan pada artikel yang terdapat di internet. Artikel tersebut bercerita tentang seorang ayah yang merindukan anaknya setelah ditinggal pergi oleh anaknya. Ayah tersebut juga selalu berupaya mengobati rasa kehilangan pada anaknya dengan cara menelepon anaknya untuk sekadar menanyakan kapan bisa pergi makan atau in gin meminj am sesuatu dengan tujuan mengobati rasa rindu pada anaknya tersebut. Ayah tersebut juga bercerita bahwa kerinduannya pada anaknya setelah anaknya pindah ke Amerika, membuat ia sampai menyempatkan diri pergi ke Amerika walau hal tersebut terasa begitu pedih saat tiba di Amerika dan anaknya langsung bertanya kapan ayahnya tersebut pulang ke Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa empty nest akan menjadi hal yang negatif apabila tidak ditanggapi secara positif, seperti yang terdapat dalam artikel. Penelitian ini menggunakan variabel jenis kelamin dengan alasan orangtua selalu memegang peranan yang paling penting dalam proses tumbuh kembang anak, baik orangtua laki-laki maupun orangtua perempuan. Disamping itu, jenis kelamin itu sendiri adalah bagian dari sosiodemografi sehingga perlu digunakan

6 dalam melakukan penelitian ini. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian, baik bagi orangtua laki-laki dan orangtua perempuan khususnya dalam hal menyikapi empty nest, karena kedua pihak sama-sama berperan dalam membesarkan anak. Dasar pemikiran yang lain adalah perbedaan peran antara orangtua laki-laki dan perempuan (Bell,1979: 518). Orangtua perempuan, empty nest terasa lebih berat daripada orangtua laki-laki karena orangtua perempuan lebih berperan dalam menjalankan parental role atau tugas mengasuh anak daripada orangtua laki-laki, sedangkan orangtua laki-laki kurang terpengaruh terhadap empty nest karena kurang berperan dalam mengasuh anak dan lebih banyak mengurus pekerjaannya. Menurut Mappiare (2006: 46) pria dalam kebudayaan dan nilai-nilai tradisional punya kuasa untuk berperan menjalankan peketjaannya, memimpin keluarga, memberi nasehat kepada anak-anaknya dan dalam pembuatan keputusan keluarga, prialah yang paling banyak berbicara, khususnya jika keluarga menghadapi persoalan ekonomi. W anita mempunyai per an an sebagai istri dan ibu secara tradisional, melayani kebutuhan suami dan anak-anaknya, mempersembahkan waktunya untuk memelihara dan mengasuh anak-anaknya. Berdasarkan pemikiran tersebut maka peneliti menggunakan variabel jenis kelamin dalam penelitian ini, dengan tujuan melihat perbedaan sikap antara orangtua laki-laki dan orangtua perempuan terhadap empty nest. Penelitian ini penting untuk dilakukan, karena dapat memberikan sumbangan ilmu khususnya bagi psikologi perkembangan-klinis yaitu dengan diketahuinya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi empty nest seperti hubungan perkawinan, sosioekonomi, hubungan antara orangtua dengan anak, serta berbagai

7 ciri-ciri empty nest, maka dengan demikian dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai empty nest. Di samping sumbangan bagi psikologi perkembangan, penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan bagi psikologi klinis, karena empty nest dapat menjadi penyebab depresi karena telah terbukti menurut Folklore, beberapa wanita akan menjadi stress dan depresi apabila sarang (rumahnya) menjadi kosong, karena mereka merasa kehilangan perannya sebagai ibu (Harris, Ellicot & Holmes dalam Boyd & Bee, 2006: 439). Hurlock ( 1980:324) juga mengatakan bahwa masa sarang kosong merupakan periode traumatik dan kehidupan yang tidak menyenangkan bagi tipe wanita tertentu dan sebagian pria tertentu walaupun relatif lebih kecil pengaruhnya. Penelitian ini juga penting untuk dilakukan, karena dengan penelitian ini dapat diketahui kemungkinan-kemungkinan hambatan yang tetjadi pada tugas perkembangan berikutnya ( dewasa lanjut) hila ternyata orangtua yang berada di usia dewasa madya tidak dapat menghadapi empty nest dengan baik. Hambatan dalam tugas perkembangan di usia dewasa lanjut tersebut antara lain tidak dapat merasakan kebahagiaan dari kegiatan pada usia lanjut karena larut dengan perasaan kesepian yang dialami pada masa empty nest. Orangtua juga tidak dapat memperlakukan anak yang sudah besar sebagai seorang dewasa dan apabila seseorang terus menerus "terkukung" dalam perasaan sedih dalam masa empty nest maka dikhawatirkan akan memicu adanya empty nest syndrome. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa ada perbedaan sikap antara ayah dan ibu terhadap empty nest.

8 Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti perbedaan sikap ayah dan ibu terhadap empty nest. 1.2 Batasan Masalah Agar permasalahan yang saya teliti mempunyai ruang lingkup yang cukup jelas, maka perlu adanya pembatasan terhadap permasalahan yang diteliti. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap orangtua terhadap empty nest, tetapi dalam peneltian ini hanya akan difokuskan pada faktor jenis kelamin yang diperkirakan dapat mempengaruhi sikap terhadap empty nest. 2. Untuk mengetahui perbedaan tersebut, maka dilakukan penelitian yang bersifat komparatif, yaitu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sikap ayah dan ibu terhadap empty nest. 3. Agar wilayah penelitian menjadi jelas, yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu, berusia 45-60 tahun, yang masih tinggal serumah lagi dengan anaknya. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: "Apakah ada perbedaan sikap orangtua terhadap empty nest ditinjau dari jenis kelamin?"

9 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap orangtua terhadap empty nest ditinj au dari jenis kelamin. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan yang menitikberatkan permasalahan masa dewasa madya yang berkaitan dengan masalah empty nest 2. Manfaat Praktis a. Bagi subjek penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi para ibu maupun ayah terhadap empty nest, sehingga empty nest dapat disiapkan dengan lebih positif. b. Bagi anak Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi anak tentang empty nest sehingga dapat mengetahui langkah-langkah apa yang hams dipersiapkan agar empty nest tersebut tidak berdampak negatif.