Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI KOTA SEMARANG

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA JARAK KELAHIRAN YANG DEKAT DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDONG BOYOLALI

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 7-24 Bulan di Desa Jembungan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

PERAN IBU TERHADAP PEMBERIAN GIZI PADA ANAK USIA 1 5 TAHUN DI DESA SUMURGENENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENU KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD USWATUN KHASANAH SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

Nisa khoiriah INTISARI

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAYI USIA <6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

Oleh : Suyanti ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

Transkripsi:

PENELITIAN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN Rohayati *, Purwati * Gangguan tumbuh kembang pada anak batita di Indonesia tahun 2010 adalah 53,3%, tahun 2009 adalah 58,7%.. Hasil pra-survei di Desa Sabah Kabubaten Lampung Selatan, terdapat 10 keluarga dengan anak batita yang berusia 1-3 tahun, dari data tersebut 4 anak batita atau 40% belum bisa memakai sepatunya sendiri, tidak bisa memakai baju, tidak bisa menggosok gigi dan tidak bisa menggambar. Tujuan penelitian diketahuinya hubungan lingkungan biologis dan faktor psikososial dengan pertumbuhan dan perkembangan batita. Desain Penelitian survey analitik, populasi seluruh keluarga yang memiliki anak usia 1-3 tahun (batita) yang berjumlah 112 keluarga di Desa Sabah Lampung Selatan Tahun 2012. Besar sampel responden teknik proporsional random sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square (X²). Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan pertumbuhan dan perkembangan batita ( p-value=0,000), ada hubungan umur dengan (pvalue=0,000), ada hubungan status gizi dengan (p-value=0,00), ada hubungan stimulasi dengan di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.Saran bagi Dinas kesehatan agar memperhatikan masalah tumbuh kembang anak batita dengan mengeluarkan suatu kebijakan dalam hal deteksi dini tumbuh kembang batita di setiap posyandu di seluruh Wilayah Kabupaten Lampung selatan dan bagi keluarga responden agar keluarga mampu memenuhi kebutuhan batita baik secara bio, psiko, sosial, dan spiritual agar batita mampu berkembang dengan baik dan menjadi generasi yang berguna bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara. Kata kunci: Lingkungan Biologis, Psikososial, Pertumbuhan dan Perkembangan Batita LATAR BELAKANG Tumbuh kembang merupakan proses kontinyu sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Tumbuh kembang pada anak akan baik apabila di tuntut untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, khususnya anak batita usia 1-3 tahun, karena pada masamasa itulah batita mulai membentuk kemampuan sensori dan motoriknya. Anak batita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia yang berusia 0-6 tahun, meskipun sebagian pakar menyebut anak batita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (Tumbang) yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut (Wong, 2009). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hambatan pertumbuh dan pertumbuhan dan perkembangan anak batita diantaranya faktor genetik dan faktor lingkungan, faktor lingkungan disini yaitu faktor lingkungan pranatal dan faktor lingkungan postnatal. Yang termasuk faktor lingkungan pranatal yaitu gizi, mekanis, toksin kimia, radiasi,infeksi dan immunitas sedangkan faktor lingkungan posnatal adalah lingkungan biologis (ras jenis kelamin, umur dan gizi) dan psikososial (stimulasi dan kasih sayang). Gangguan tumbuh kembang pada anak batita di Desa Sabah Balau Lampung Selatan tahun 2010 sebanyak 87 jiwa, 44 jiwa atau 50,57% mengalami [25]

gangguan bicara dan bahasa, 21 jiwa atau 24,13% mengalami gangguan mental dan 22 jiwa atau 25,28% mengalami gangguan kemampuan sensorik dan motorik. Pada tahun 2010 sebanyak 98 jiwa, 51 jiwa atau 52,04% mengalami gangguan bicara dan bahasa, 27 jiwa atau 27,55% mengalami gangguan mental dan 20 jiwa atau 20,40% mengalami gangguan kemampuan sensorik dan motorik. Dari data tersebut dapat diketahui bahwasanya terjadi peningkatan gangguan tumbuh kembang pada anak balita. Peningkatan kasus tumbuh kembang tersebut juga seiring peningkatan jumlah penduduk miskin, menurut hasil pendataan BKKBN tahun 2010 terjadi peningkatan penduduk miskin dari 9.002 jiwa pada tahun 2009 menjadi 9.120 jiwa pada tahun 2010 (Dinkes Lampung Selatan, 2010). Penelitian Rianti (2008) tentang hubungan pola pengasuhan pada anak balita dengan status pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan di Puskesmas Way Dadi Provinsi Jawa Barat, menerangkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola pemberian pengasuhan terhadap anak balita dengan status pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan dengan nilai p-value 0,001 atau p-value 0,05. Penelitian Rara Rianti menerangkan bahwa pola pengasuhan yang di berikan meliputi: cara pemberian makan pada anak balita, cara perawatan pada anak balita, dan cara memberikan stimulasi yang baik pada anak balita. Semua itu sangat perpengaruh dalam pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Hasil pra-survei yang peneliti lakukan pada tanggal 8-10 Desember tahun 2011 di Desa Sabah Balau Kecamatan Selatan, di dapatkan data 10 keluarga dengan anak batita yang berusia 1-3 tahun, dari data tersebut 4 anak batita atau 40% belum bisa memakai sepatunya sendiri, tidak bisa memakai baju, tidak bisa menggosok gigi dan tidak bisa menggambar. Berdasarkan wawancara, di dapatkan data bahwa ke 4 anak batita (40%) tersebut tidak mendapatkan asuhan langsung dari orang tuanya, dan tidak mempunyai alat permainan dalam memberikan stimulasi, sehingga dari 4 anak balita (40%) tersebut mengalami gangguan pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Hubungan Lingkungan Biologis dan Psikososial dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Batita di Desa Sabah Balau Lampung Selatan Tahun 2012. Adapun tujuan penelitian adalah hubungan lingkungan biologis dan psikososial dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Balau Kecamatan Selatan Tahun 2012. METODE Desain penelitian ini adalah survey analitik,). Metode survei adalah metode pengumpulan data yang menggunakan kuesioner atau wawancara untuk mendapatkan data berupa tanggapan atau respon dari sampel penelitian.populasi seluruh keluarga yang memiliki anak usia 1-3 tahun (batita) yang berjumlah 112 keluarga di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan. Besar sampel responden teknik proporsional random sampling (Lameshow,1999). Analisis data menggunakan uji Chi Square (X²). Lokasi Penelitian ini berlokasi di desa Sabah Balau Tanjung Bintang Lampung Selatan. Alat pengumpul data yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah lembar kuesioner yang merupakan serangkaian pertanyaan untuk mendapatkan data. HASIL Analisis Univariat Hasil analisis menggambarkan bahwa sebagian besar batita pertumbuhan dan perkembangan batita terhambat yang berjumlah 51 batita (,8,%), [26]

sebagian besar batita berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 batita (50,7%), sebagian besar batita berumur 12-21 bulan berjumlah 47 batita (66,2%), sebagian besar batita status gizi kurang sebanyak 49 batita (69,0%), sebagian besar batita mendapatkan stimulasi yang kurang mendukung berjumlah 40 batita (56,3%), sebagian besar batita mendapatkan cinta dan kasih saying yang mendukung berjumlah 54 batita (76,1%). Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk menguji faktor yang berhubungan dengan di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Hasil terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1: Analisis aktor yang Berhubungan dengan Tumbang Batita Variabel Pertumbuhan dan Perkembangan batita Total Normal Terhambat Jenis kelamin Perempuan 11 (30,6%) 25 (69,4%) 36 Laki-laki 9 (25,7%) 26 (74,3%) 35 Total 20 (28,2%) 51 (,8%) p-value=0,850 Umur Batita (12-21 16 8 24 bulan) (66,7%) (33,3%) (22-36 bulan) 4 (8,5%) 43 (91,5%) 47 Total 20 (28,2%) 51 (,8%) p-value=0,000 OR=21,500 (5,684-81,325) Status Gizi Batita Baik 19 (86,4%) 3 (13,6%) 22 Kurang 1 (2,0%) 48 (98,0%) 49 Total 20 51 (28,2%) (,8%) p-value=0,000 OR=25,500 (20,736-31,930) Stimulasi Mendukung 16 (53,3%) 14 (46,7%) Kurang 4 37 mendukung (9,8%) (90,2%) Jumlah 20 51 (28,2%) (,8%) p-value=0,000 OR=10,5 (3,009-37,137) Cinta dan Kasih Sayang Mendukung 18 (34,0%) Tidak 2 mendukung (11,8%) Jumlah 20 (28,2%) p-value=0,119 35 (66,0%) 16 (88,9%) 51 (,8%) 30 41 53 18 Berdasarkan tabel 1 tampak faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan batita adalah umur, status gizi balita, stimulasi, sedangkan yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin dan hubungan cinta dan kasih sayang. PEMBAHASAN Hubungan Jenis Kelamin dengan Tumbang Batita Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sabah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012, diperoleh hasil uji statistik dengan p- value=0,850 (p-value >0,05), hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin batita dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Balau Lampung Selatan. Menurut penelitian Setiawan (2004), tentang jenis kelamin dengan tingkat tumbuh kembang anak di Wilayah Kerja Puskesmas Adiguna Jawa Barat Tahun 2004, menyebutkan bahwa terdapat 175 anak (79,54%) yang berjenis kelamin perempuan dari jumlah sampel 220 anak, dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa anak perempuan sangat mempengaruhi tingkat tumbuh kembangnya karena sistem hormon anak laki-aki dengan perempuan sangat berbeda, dan didapatkan nilai p-value 0,002 atau p- [27]

value <0,05 yang berarti ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan tingkat tumbuh kembang anak. Dari hasil penelitian ternyata bertentangan dengan teori, peneliti beranggapan adanya faktor kesalahan dalam pengisian kuesioner, kemungkinan juga adanya unsur ketidakjujuran/kurang jelas dengan pengarahan yang diberikan oleh peneliti sehingga hasil yang didapatkan oleh peneliti bahwa tidak ada hubungan yang mempengaruhi di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Hubungan Umur Batita dengan Tumbang Batita Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara faktor umur batita dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Balau Kecamatan Selatan Tahun 2012 dan diperoleh pula OR=21,500 yang artinya batita yang berumur 12-21 bulan mempunyai peluang 21,500 kali untuk terjadi pertumbuhan dan perkembangan batita yang normal. Menurut teori umur yang paling rawan adalah masa batita, oleh karena masa itu anak mudah sakit dan anak mudah terjadi kurang status gizi. Disamping itu masa batita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus (Soetjiningsih, 2002). didalam penelitian Rendra (2009) didapatkan hasil uji statistik p-value 0,001 atau p-value < 0,05 atau ada hubungan antara pola pengasuhan dengan pertumbuhan dan perkembangan batita. Dari pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa batita dengan usia 1-3 tahun adalah masa yang sangat penting diperhatikan berkaitan dengan tingkat kebutuhan batita untuk pertumbuhan dan perkembangan batitanya. Kebutuhan batita harus diberikan secara maksimal, selain saat usia 0-6 tahun diberikan ASI Eksklusif, maka disaat usia >1 tahun bayi harus mendapat Makanan Pendamping (MP-ASI) yang sesuai dengan usia dan kebutuhan bagi tubuh bayi sehingga diharapkan pertumbuhan dan perkembangan batita pada batita dapat berkembang secara maksimal. Setelah penelitian dilakukan peneliti mempunyai opini bahwa usia dapat mempengaruhi khususnya di Desa Sabah Balau Lampung Selatan Tahun 2012. Hubungan Faktor Status gizi dengan Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara faktor Status gizi pada batita dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012 dan diperoleh pula OR=25,500 yang artinya batita dengan Status gizi baik mempunyai peluang 25,500 kali untuk terjadi pertumbuhan dan perkembangan batita yang normal. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Arisman (2007) bahwa status gizi merupakan faktor terpenting pada saat ibu hamil dan menyusui sehingga berpengaruh dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat mempengaruhi produk ASI, ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan sebanyak 700 kkal, sedangkan pada ibu dengan status Status gizi kurang biasanya memproduksi ASI kurang. Untuk itu kebutuhan nutrisi ibu sangat diperlukan agar dapat membantu tumbuh kembang bayi secara optimal (Sulistioningsih, 2009). Hubungan Faktor Stimulasi dengan Tumbang Batita Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara faktor stimulasi pada batita dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012 dan diperoleh pula OR=10,5 yang [28]

artinya batita dengan stimulasi yang mendukung mempunyai peluang 10,5 kali untuk terjadi pertumbuhan dan perkembangan batita yang normal. Menurut penelitian Wibowo (2004), tentang hubungan terapi bermain dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan batita psikomotor pada anak usia 2-4 tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pringsewu Kabupaten Tanggamus Tahun 2004, menyebutkan bahwa terapi bermain adalah pemberian stimulasi pada anak usia 2-4 tahun sangat mempengaruhi dalam peningkatan pertumbuhan dan perkembangan batita psikomotor anak dan didapatkan nilai p-value 0,000 atau p- value <0,05, yang artinya ada hubungan antara terapi bermain dengan tingkat psikomotor pada anak usia 2-4 tahun. Hubungan Faktor Cinta dan Kasih Sayang dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Batita Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, di Desa Sabah Balau Kecamatan Selatan Tahun 2012, diperoleh hasil uji statistik dengan p-value=0,119 (p-value > 0,05), hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara faktor cinta dan kasih sayang pada batita dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. Redaksi Anggraini (2007) tentang hubungan pola asuh ibu dengan petumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan batita anak di Desa Semaka Kabupaten Tanggamus Tahun 2007, menyebutkan bahwa terdapat hubungan antar hubungan pola asuh ibu dengan pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan batita anak dengan nilai p-value 0,004 atau nilai p-value <0,005. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat dibuat kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara variable umur (p-value=0,000), status gizi (p-value=0,000), stimulasi (pvalue=0,000) dan dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Balau Lampung Selatan. Sedangkan untuk variabel jenis kelamin (p-value=0,850 dan cinta dan kasih sayang (p-value=0,119) tidak ada hubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan batita di Desa Sabah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012. Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis menyarankan agar dapat melakukan penelitian lanjut dengan desain penelitian kasus kontrol dan dengan variabel lain yang belum diteliti dan jumlah sampel dengan lingkup yang lebih besar. Penulis juga menyarankan agar memperhatikan masalah tumbuh kembang batita dengan mengeluarkan suatu kebijakan dalam hal deteksi dini tumbuh kembang batita di setiap posyandu di seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan agar keluarga juga mampu memenuhi kebutuhan batita baik secara bio, psiko, sosial dan spiritual agar batita mampu berkembang dengan baik dan menjadi generasi yang berguna bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara. * Dosen pada Prodi Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius. Aziz, 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta, Salemba Medika. [29]

Badri, 2004, Faktor yang Mempengaruhi Tumbang Anak.J akarta, FKUI. Dinkes RI (2009), Pedoman Pembinaan Kesehatan Anak Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta. Fletcher. 2000. Nursing Pediatri, Jakarta. EGC Hartriyati & Triyanti, 2010. Faktor-faktor Tumbuh Kembang Batita, Jakarta FKUI Ningsih 2007, Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Status Pertumbuhan dan Perkembangan pada anak Sekolah di Pekon Rawas Kecamatan Krui Kabupaten Lampung Barat tahun 2007. Notoatmodjo, S 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta Rineka Cipta. Soetjiningsih, 2002. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangna pada Anak. Jakarta. Rineka Cipta. [30]