Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) Kota Cimahi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sistematika presentasi

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAHAN KULIAH MANAJEMEN PARIWISATA SEMESTER GAZAL 2012/2013. By deni darmawan

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

Tujuan Pembelajaran. Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

NUR END NUR AH END JANU AH AR JANU TI AR

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

PENGELOLAAN DAYA DUKUNG DAN PEMASARAN PARIWISATA BERKELANJUTAN. Oleh : M. Liga Suryadana

Transkripsi:

Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) Kota Cimahi Any Ariany Noor a, Dea Rizky Pratiwi b a Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail: anynoor@polban.ac.id b Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail: dearizkypratiwi95@gmail.com ABSTRAK Pengembangan pariwisata adalah suatu proses untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan sumber daya pariwisata. Pengembangan pariwisata diperlukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan memberikan dampak positif baik bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Salah satu konsep dari pengembangan pariwisata adalah pengembangan pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan merupakan pengembangan pariwisata yang fokus terhadap tiga aspek, yaitu pelestarian lingkungan, pelestarian sosial-budaya dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Dibutuhkan suatu konsep yang tepat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Tujuan adanya konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu untuk menjamin keberlangsungan lingkungan alam dan budaya masyarakat pada masa sekarang hingga generasi yang akan datang. Konsep pariwisata berkelanjutan ini salah satunya dapat diterapkan di Kampung Buyut Cipageran. Kampung Buyut Cipageran adalah salah satu objek wisata yang terletak di kota Cimahi yang menawarkan atraksi berupa kegiatan alam dan budaya. Konsep pariwisata yang dapat diterapkan di Kampung Buyut Cipageran, yaitu melalui pengembangan lingkungan dalam konsep pelestarian lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam, mempertahankan budaya fokus pada mengembangkan ragam atraksi seni dan budaya serta keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata di Kampung Buyut Cipageran. Kata Kunci: Konsep Pengembangan Pariwisata, Pariwisata Berkelanjutan, Kampung Buyut Cipageran. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi pariwisata yang beranekaragam. Agar pariwisata dapat terus berkembang dengan baik diperlukan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang merupakan sebuah konsep kepariwisataan yang dikembangkan dengan memperhatikan kelestarian alam dan budaya masyarakat setempat serta memperhitungkan secara penuh dampak dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan pada saat sekarang dan masa yang akan datang [1]. Jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia terus meningkat, begitu juga ke daerah tujuan wisata, terutama kota-kota yang memiliki objek wisata yang menarik. Pertumbuhan jumlah wisatawan ke Jawa Barat juga meningkat setiap tahunnya, seperti pada tabel 1 yang menunjukkan peningkatan jumlah wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara mengalami kenaikan. Tabel 1. Data Kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Jawa Barat (Periode 2012-2014) Tahun Wisman Wisnus Jumlah 2012 454,408 28,225,015 28,679,423 2013 NA NA NA 2014 1,059,904 33,617,999 34,677,903 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat dalam BPS Peningkatan jumlah wisatawan perlu diimbangi dengan pengelolaan dan pengembangan potensi pariwisata yang ada, termasuk pemerintah kota Cimahi. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Daerah (Riparda) 2015-2025 kota Cimahi, yang menetapkan tiga fokus wisata sebagai wisata andalan Cimahi, yaitu wisata industri kreatif animasi, wisata militer, serta wisata desa adat Cipageran. Pengembangan potensi desa adat berlokasi di sekitar kawasan Cipageran, karena Cipageran memiliki area yang luas dan potensi alam yang masih terjaga. Kampung Buyut Cipageran (Kabuci) merupakan salah satu bentuk nyata dalam pengembangan potensi wisata adat di Kawasan Cipageran. Kampung Buyut Cipageran merupakan objek wisata alam yang menampilkan oase kampung halaman dan kearifan budaya sunda. Dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan konsep pariwisata berkelanjutan dibutuhkan kerjasama yang baik antara pengelola, masyarakat lokal, serta pemerintah daerah sehingga dibutuhkan rancangan konsep yang tepat dan dapat diaplikasikan di Kampung Buyut Cipageran. Konsep yang digunakan pada Kampung Buyut Cipageran adalah konsep yang mengarah pada kelestarian alam, seni budaya sunda, dan wisata pendidikan. Sehingga diharapkan Kampung Buyut 178

Cipageran dapat menjadi objek wisata yang dapat dinikmati oleh generasi sekarang hingga generasi yang akan datang. 2. PENGEMBANGAN PARIWISATA Dalam pengembangan pariwisata, sektor publik dan sektor swasta akan terlibat dan saling bekerjasama. Pengembangan tersebut hendaknya memperhatikan ruang lingkup budaya, sejarah dan ekonomi dari daerah tujuan wisata. Pariwisata perlu dikembangkan secara tepat, karena dapat memberikan dampak positif baik bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi dari wisatawan yang berkunjung [2]. Pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan mengembangkan infrastruktur serta menyediakan fasilitas rekreasi sehingga wisatawan dan penduduk setempat saling diuntungkan. Keberhasilan pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan atau strategi yang fleksibel dan menyeluruh. Fleksibilitas dibutuhkan untuk penyesuaian dan perumusan strategi dalam menanggapi perubahan internal maupun eksternal. Dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan ketelitian karena berkaitan dengan ekonomi, lingkungan dan sosial-budaya [3]. 3. PARIWISATA BERKELANJUTAN Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan perpaduan dari kata pembangunan (development) dan berkelanjutan (sustainability) [4]. Sustainability memiliki tiga indikator, yaitu: 1. Penekanan pada dimensi lingkungan, 2. Kondisi lingkungan saat ini 3. Respon masyarakat terhadap permasalahan lingkungan Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial serta lingkungan saat ini dan masa depan, mengatasi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat tuan rumah. [5]. 3.1 Prinsip Pariwisata Berkelanjutan Pada dasarnya prinsip pariwisata berkelanjutan mengacu pada dimensi lingkungan, ekonomi, serta sosial budaya dari pengembangan pariwisata. Diperlukan keseimbangan yang tepat diantara ketiga dimensi tersebut untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang. Dengan demikian, pariwisata berkelanjutan harus: 1. Memanfaatkan sumber daya lingkungan secara optimal yang merupakan elemen utama dalam pengembangan pariwisata, memelihara proses ekologi dan membantu untuk melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati 2. Menghormati sosial-budaya masyarakat setempat, melestarikan bangunan dan warisan budaya masyarakat dan nilai-nilai tradisional, serta berkontribusi untuk pemahaman budaya dan toleransi. 3. Memastikan berlangsungnya operasi jangka panjang, yang memberikan manfaat sosioekonomi kepada semua pemangku kepentingan yang terdistribusi secara berkeadilan, termasuk lapangan kerja yang stabil dan peluang komunitas tuan rumah untuk beroleh pendapatan dan pelayanan sosial, serta berkontribusi terhadap penghapusan kemiskinan [5]. 3.2 Dimensi Pariwisata Berkelanjutan Tiga dimensi dari pembangunan berkelanjutan adalah: 1. Economic Sustainability, yang berarti memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat melalui kegiatan pariwisata dan yang terpenting adalah keberlangsungan kegiatan pariwisata dan kemampuan pengelola untuk mempertahankan kegitan agar terus berlangsung dalam jangka panjang. 2. Social Sustainability, yang berarti menghormati hak asasi manusia dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat, serta memberikan manfaat terhadap masyarakat dalam pemberantasan kemiskinan serta mempertahankan dan memperkuat budaya serta kehidupan sosial yang berlaku di kehidupan masyarakat setempat. 3. Environmental sustainability, yang berarti melestarikan dan mengelola sumber daya yang didalamnya dibutuhkan tindakan untuk mengurangi polusi udara, tanah, dan air, serta untuk melestarikan keanekaragaman hayati [6]. 3.3 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan, yaitu: 1. Melakukan usaha-usaha yang dapat menjamin kelestarian sosial-budaya dan lingkungan hidup yang ada serta melindungi dari hal-hal yang dapat mengancam keberadaannya; 2. Memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kepariwisataan kepada masyarakat lokal dan mengikutsertakan mereka dalam proses perencanaan, pengembangan, pelestarian, serta penilaian terhadap pengembangan pariwisata; 3. Menggunakan konsep daya tampung (carrying capacity), yaitu membatasi kunjungan wisatawan sesuai dengan kapasitas yang dapat ditampung oleh atraksi wisata tersebut sehingga tidak menimbulkan dampak yang 179

negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal 4. Memberikan informasi dan pendidikan kepada wisatawan dan juga masyarakat lokal mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya; 5. Melakukan penelitian secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan penyimpangan yang terjadi sehubungan dengan penerapan dari konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan. [7]. 3.3.1 Pengembangan Lingkungan dalam Konteks Pariwisata Berkelanjutan Pengembangan lingkungan dalam konteks pariwisata berkelanjutan, yaitu mengoptimalkan manfaat yang diperoleh dari lingkungan yang merupakan elemen dasar dari pembangunan pariwisata dengan cara membantu menjaga alam dan keragaman hewan serta tumbuhan [5]. Pengembangan lingkungan dalam konteks pariwisata meliputi: kelestarian ekosistem dan biodiversitas, pengelolaan limbah, penggunaan lahan, konservasi sumber daya air, proteksi atmosfer, dan minimalisasi kebisingan dan gangguan visual [7]. 3.3.2 Pengembangan Sosial-Budaya dalam Konteks Pariwisata Berkelanjutan Pengembangan Sosial-Budaya dalam konteks pariwisata berkelanjutan, yaitu tetap bertanggung jawab terhadap keaslian budaya dan komunitas yang dikembangkan, menjaga cagar dan nilai-nilai budaya masyarakat lokal, dan berpartisipasi dalam pemahaman lintas budaya serta meningkatkan toleransi tanpa mengubah kebudayaan masyarakat lokal yang sebenarnya [5]. Pengembangan sosialbudaya dalam konteks pariwisata lebih kepada ketahanan budaya, integrasi sosial, kepuasan masyarakat lokal, keamanan dan keselamatan, serta kesehatan publik [7]. 3.3.3 Pengembangan Ekonomi dalam Konteks Pariwisata Berkelanjutan Pengembangan ekonomi dalam konteks pariwisata berkelanjutan menurut, yaitu menjamin keberlangsungan ekonomi dengan memberikan keuntungan kepada seluruh pelaku wisata termasuk masyarakat setempat [5]. Pengembangan ekonomi dalam konteks pariwisata meliputi kepada pemerataan usaha dan kesempatan kerja, keberlanjutan usaha, persaingan usaha, keuntungan usaha dan pajak, untung-rugi pertukaran internasional, proporsi kepemilikan lokal, akuntabilitas [7]. 4. PENERAPAN KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI KAMPUNG BUYUT CIPAGERAN 4.1 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dalam Dimensi Kelestarian Lingkungan Pengembangan kelestarian lingkungan yang dilakukan di Kampung Buyut Cipageran dilakukan dengan tetap mempertahankan keadaan tanaman atau tumbuhan yang telah ada, seperti sawah dan melakukan pengembangan melalui penanaman tumbuhan lain, seperti kopi, sayuran, pohon jati, pohon bambu, serta umbi-umbian. Konsep yang ditawarkan: 1. Menyediakan tempat sampah organik dan non organik di sekitar kawasan Kabuci. Tempat sampah dibuat dari bahan dasar bambu yang ada di lingkungan Kabuci. Rancangan tempat sampah dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 2. Mengembangkan cara penanaman hidroponik (penanaman tanaman tanpa menggunakan media tanah). Dalam pengembangan hidroponik memanfaatkan botol plastik dan paralon yang sudah tidak terpakai sebagai media tanam. Rancangan penanaman hidroponik dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 4.2 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dalam Dimensi Kelestarian Sosial-Budaya Pengembangan sosial-budaya dalam konteks pariwisata, yaitu dengan tetap memperhatikan keaslian budaya masyarakat setempat. Konsep yang ditawarkan: 180

1. Akomodasi yang berbentuk rumah adat diberikan papan informasi mengenai sejarah dan konsep dari rumah adat sunda, sehingga dapat menambah wawasan bagi para wisatawan. Konsep aplikasi papan informasi dapat dilihat pada gambar 3. dari bambu seperti pletokan atau pistolpistolan, layang-layangan, dan troktokan bambu, yaitu mainan yang digerakan dengan cara diputar sehingga menghasilkan bunyi. Hasil kerajinan tersebut dapat dipraktikan secara langsung dan dapat dijadikan sebagai oleh-oleh dari Kabuci. Rancangan pembuatan kerajinan tradisional dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 3 2. Masyarakat setempat yang bekerja di Kabuci menggunakan pakaian adat khas sunda dalam kegiatannya di Kabuci. Pakaian tradisional sunda dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 6 4.3 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dalam Dimensi Peningkatan Ekonomi Pengembangan ekonomi dalam konteks pariwisata, yaitu berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat Konsep yang ditawarkan: 1. Masyarakat setempat memiliki keterampilan dalam pembuatan kerajinan tangan dari bahan bekas untuk dijadikan souvenir yang dapat dijual kepada wisatawan sehingga masyarakat dapat memperoleh pendapatan. Kerajinan tangan tersebut dapat berbentuk tas dan dompet. Rancangan kerajinan tas dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 4 3. Membuat sign board mengenai suatu lokasi seperti rumah adat, area permainan tradisional yang diikuti oleh aksara sunda dalam penulisannya. Rancangan sign board dapat dilihat pada Gambar 5 Gambar 7 Gambar 5 2. Karena Kabuci berencana akan bekerjasama dengan komunitas bambu, buat kerajinan tangan yang dapat dijadikan souvenir khas dari Kabuci, seperti gantungan kunci, gelang, ataupun alat permainan tradisional sederhana yang terbuat dari bambu. Rancangan souvenir bambu khas Kabuci dapat dilihat pada Gambar 8. 4. Mengajak wisatawan untuk membuat permainan tradisional sederhana yang terbuat 181

Gambar 8 3. Sayuran organik yang ditanam di area Kabuci dijual kepada wisatawan dan wisatawan dapat memperoleh secara langsung dari kebun kemudian sayur yang telah diperoleh ditimbang dan dikemas oleh pihak pengelola. Rancangan pengemasan sayuran organik dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 4. Kopi dari hasil perkebunan yang telah diolah, dikemas dengan kemasan yang unik dan menarik, yaitu terbuat dari bambu, dan dijual kepada wisatawan sebagai oleh-oleh khas dari Kabuci. Rancangan pengemasan kopi dapat dilihat pada Gambar 10. dimensi kelestarian sosial-budaya, serta dimensi peningkatan ekonomi. Konsep dibuat sesuai dengan keadaan di lapangan yang telah dikaitkan dengan teori yang ada. Konsep pengembangan pariwisata dalam dimensi kelestarian lingkungan dilakukan dengan memberikan sign-board atau papan informasi mengenai area tumbuhan yang ada di Kabuci, menyediakan tempat sampah organik dan non organik yang terbuat dari bahan dasar bambu serta pengelolaan limbah menjadi kerajinan tangan yang bermanfaat. Konsep pengembangan pariwisata dalam dimensi kelestarian sosial-budaya, dilakukan dengan menampilkan tata cara dan petunjuk mengenai permainan tradisional yang ada di Kabuci serta mengembangkan jenis permainan tradisional dengan melibatkan partisipasi dari masyarakat setempat. Pegawai dan masyarakat sekitar Kabuci menggunakan pakaian adat sunda, seperti pangsi dan kebaya yang merupakan identitas masyarakat sunda, selain itu memberikan sign board mengenai fasilitas dan atraksi dengan diikuti oleh aksara sunda. Sementara itu, pengembangan pariwisata dalam dimensi peningkatan ekonomi, dirancang untuk mensejahterakan masyarakat setempat. Konsep yang dilakukan, yaitu meningkatkan peran masyarakat sehingga memiliki kreativitas dalam mengolah limbah menjadi kerajinan tangan yang dapat dijual kepada wisatawan. Karena di Kabuci belum terdapat souvenir khas, maka menyediakan gantungan kunci, dan aksesoris yang terbuat dari bambu akan menjadi souvenir khas yang dibuat masyarakat. Hasil pertania kopi yang ditanam dari Kabuci perlu dikemas secara menarik dan menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Konsep tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. DAFTAR PUSTAKA 5. KESIMPULAN Gambar 10 Dalam perencanaan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kampung Buyut Cipageran, tiga dimensi yang menjadi fokus utama, yaitu dimensi kelestarian lingkungan, [1] UNWTO. (TT) Sustainable Development of Tourism. Diunduh pada 13 Juni 2016. http://sdt.unwto.org [2] Milll, Robert Christie (2000). Tourism The International Business. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada [3] Fletcher, John; et al. (2005). Tourism Principles and Practice (Third Edition). Spain: Mateu- Cromo Artes Graficas [4] Sharpley, Richard; Telfer, David J (2002). Aspect of Tourism 5 (Tourism and Development Concepts and Issues). Great Britain: Cambrian Printers. Ltd. Diunduh pada 18 Juni 2016 http://lib.dtc.ac.th/ebook/hotel/ [5] World Tourism Organization. (2013). Sustainable Tourism For Development Spain: World Tourism Organization. 182

[6] UNEP dan WTO (2005). Making Tourism More Sustainability: A Guide For Policy Makers. Diunduh pada 15 Juni 2016. http://www.unep.fr/shared/publications/pdf/d TIx0592xPA-TourismPolicyEN.pdf. 2005 [7] Subadra, I Nengah; Nadra, Nyoman Mastriani (2006). Dampak Ekonomi, Sosial Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata di Jatiluwih-Tabanan Jurnal Manajemen Pariwisata Juni 2006 Vol 5 No 1. 7 th Industrial Research, Workshop, and National Seminar. 183