II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Ayam ini merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam memproduksi daging (Rasyaf, 2004). Ayam broiler memiliki sifat-sifat dan kelebihan dibanding dengan ayam lain antara lain adalah daging dari ayam broiler empuk, kulit licin dan lunak sedangkan tulang dada belum membentuk tulang yang keras, ukuran badan yang besar dan bentuk dada yang lebar padat dan berisi, efisien terhadap makanan cukup tinggi sehingga dari makanan diubah menjadi daging, pertumbuhan atau pertambahan berat badannya sangat cepat umur 5-6 minggu ayam bisa mencapai berat kurang lebih 2 kg. Waktu yang singkat itu bisa dicapai suatu berat terentu yang jauh lebih besar dari pada umur yang sama pada ayam petelur ataupun ayam kampung (Rasyaf, 2004). Produktivitas ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Selain itu pertambahan bobot badan, konversi ransum, genetik, iklim dan faktor penyakit (North dan Bell, 1990). Supritjatna, dkk (2005) mengemukakan taksonomi ayam pedaging di dalam dunia hewan sebagai berikut: Kerajaan: Animalia Filum: Chordata
10 Kelas: Aves Ordo: Galliformes Famili: Phasianiade Genus: Gallus Spesies: Gallus domesticus (Suprijatna, 2005) 2.2. Transportasi Transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam rantai penyediaan bahan pangan asal ternak, baik transportasi dari peternakan ke tempat pemotongan maupun dari rumah pemotongan ke distributor dan industri, maupun dari distributor ke pengecer atau konsumen (Lukmanto, A., 1996). Suryadi, dkk (2011) menyatakan transportasi merupakan kegiatan yang asing bagi ternak sehingga menjadi stresor utama dalam kegiatan pemindahan ternak dan akan memberi efek negatif pada ternak seperti ternak menjadi stress. Ternak dikatakan stress apabila terdapat tanda-tanda stress, seperti suhu tubuh yang tinggi, detak jantung meningkat, dan kandungan glukosa dalam darah meingkat. Stress yang dialami ternak dampaknya bermacam-macam seperti ternak cenderung diam, terjadi penurunan bobot badan, atau sampai terjadi kematian pada ternak. Ternak yang mengalami keadaan tersebut sangat merugikan pengusaha RPA, maka dari itu perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan yang diharapkan akan bisa mengurangi efek negatif dari kegiatan tersebut 2.3. Stres pada Ayam Stres adalah bentuk respon fisiologis terhadap suatu perubahan yang berasal dari dalam dan luar tubuh. Faktor terjadi stres dapat digolongkan ke dalam dua
11 sumber yaitu, sumber yang berasal dari dalam tubuh (internal) seperti kecepatan metabolisme yang berlebihan dan sumber yang berasal dari luar tubuh (eksternal) seperti lingkungan sekitar (Smith dan French, 1997). Faktor penyebab stres pada ternak selama proses transportasi secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu shortacting (faktor jangka pendek) dan longacting (faktor jangka panjang). Faktor jangka pendek mempengaruhi psikologis ternak sedangkan faktor jangka panjang umumnya dapat mempengaruhi kondisi fisik dan dapat menyebabkan kematian pada ternak (Richardson, 2002). Kisaran suhu udara lingkungan yang nyaman bagi ayam untuk hidup berkisar antara 18-22 o C. Tingginya suhu udara lingkungan merupakan salah satu masalah dalam pencapaian performa ayam pedaging yang optimal. Ayam pedaging akan mengalami stres pada suhu udara yang tinggi, yang akan mempengaruhi penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan bobot tubuh (Nova, 2008). Ayam akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan pernafasan dan konsumsi air minum serta penurunan konsumsi pakan sehingga akan terjadi penurunan dalam pertumbuhan dan produksi / produktivitas. Pada daerah tropis, penguapan air dari tubuh ayam merupakan aktivitas yang sangat penting melalui pernafasan dan kotorannya (Pattiselano dan Randa, 2005). 2.4. Sistem Pencernaan Ayam dan Usus Besar Sistem pencernaan unggas terdiri dari beak (paruh), esophagus, crop (tembolok), proventriculucus, pars muscularis atau gizzard, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), usus besar, dan kloaka. Sekilas tampak bahwa alat pencernaannya mempunyai lambung jamak, namun dilihat dari fungsinya ternyata beberapa
12 lambung tersebut hanya merupakan alat penyimpanan. Oleh karena itu berdasarkan alat pencernaan, sering dikatakan bahwa unggas adalah hewan pseudopolygastric. (Soeharsono, 2010). Usus besar terdiri atas seka yang merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri dari bagian yang naik, mendatar dan turun (Gillespie, 2004). Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Bagian seka juga terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri serat kasar. Kemampuan mencerna serat kasar pada bangsa itik lebih besar daripada ayam sehingga sekum lebih berkembang daripada ayam (Yuwanta, 2004). Diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantung yang disebut sebagai ceca (Suprijatna dkk., 2008). Pada ayam, sekum secara morfologis dapat dibagi menjadi tiga daerah (Ferrer dkk., 1991). Dekat persimpangan ileocecal terdapat basis ceci, dimana vili tersebut berkembang dengan baik. Daerah cecal medial (corpus ceci) memiliki lipatan longitudinal dengan villi kecil, sedangkan daerah cecus distal (apex ceci) juga memiliki villi kecil dan berisi lipatan longitudinal dan transversal. Kombinasi villi dan otot di dekat persimpangan ileocecal secara efektif mencegah partikel yang sangat kecil memasuki ceca (Ferrando dkk., 1987), walaupun kandungan cairan masuk. Ada pemahaman yang berkembang tentang pentingnya ceca. Cecectomy menghasilkan metabolisme makanan yang lebih rendah, kehilangan asam amino, dan kecernaan serat kasar yang rendah (Chaplin, 1989). Usus besar merupakan rektum. Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Suprijatna dkk., 2008). Kolon, atau yang disebut rektum, relatif pendek, menghubungkan ileum dengan ruang corpodeal kloaka. Meskipun usus besar mamalia tidak memiliki villi dan banyak
13 sel goblet, kolon burung memiliki banyak villi datar dan sel goblet yang relatif sedikit (Clauss dkk., 1991). 2.5. Probiotik Probiotik adalah mikroorganisme yang bila dikonsumsi, baik dalam bentuk selkering maupun produk fermentasi memberikan efek menguntungkan dengan memperbaiki sifat mikroflora indigenous (Fuller, 1999). Selanjutnya definisi probiotik berkembang menjadi makanan suplemen berupa mikroba hidup yang memiliki keuntungan kepada manusia khususnya dalam keseimbangan mikroflora usus (Ouwehand dkk., 1999). Mekanisme kerja probiotik dijelaskan oleh Soeharsono (1998) yang menyatakan bahwa probiotik merupakan mikroba hidup yang a-patogen, yang mekanisme kerjanya mendesak mikroba non-indigenous keluar dari ekosistem saluran pencernaan, dan menggantikan lokasi mikroba patogen di dalam saluran pencernaan. Karena probiotik berasal dari mikroba indigenous, maka proses translokasi yang terjadi berjalan secara alamiah di dalam ekosistem usus. Mikroba pathogen non-indegenous merupakan benda asing, oleh karena itu didesak ke luar dari saluran pencernaan. Mekanisme probiotik ini dalam usus adalah dengan mempertahankan keseimbangan, mengeliminasi mikroba yang tidak diharapkan atau bakteri patogen dari induk semang. Menurut Budiansyah (2004) mekanisme kerja dari probiotik ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Melekat atau menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan. Kemampuan probiotik untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus merupakan tahap pertama untuk kolonisasi dan
14 selanjutnya memodifikasi sistem kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba probiotik berkembang dengan baik dan mikroba patogen tereduksi dari sel sel usus inang sehingga pertumbuhan dari mikroba patogen dapat terhambat. 2. Kompetisi untuk memperoleh makanan dan memproduksi zat anti mikroba. Mikroba probiotik menghambat organisme patogen dengan cara berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah substrat bahan makanan untuk difermentasi. Substrat makanan tersebut diperlukan agar mikroba probiotik dapat berkembang dengan baik. Substrat bahan makanan yang mendukung perkembangan mikroba probiotik dalam saluran pencernaan disebut prebiotik. Prebiotik ini adalah terdiri dari bahan bahan makanan yang pada umumnya banyak mengandung serat. Mikroba probiotik menghasilkan senyawa atau zat zat yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan substrat bahan makanan tertentu dalam saluran pencernaan yaitu enzim. Mikroba probiotik penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah serat kasar yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan unggas. Pakan ternak unggas umumnya mengandung serat kasar tinggi. Penggunaan probiotik menghasilkan enzim selulase mampu memanfaatkan makanan berserat kasar tinggi dalam proses pencernaan sehingga serat kasar dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jaringan dan peningkatan berat badan ternak unggas. 3. Stimulasi mukosa dan peningkatkan sistem kekebalan hewan inang. Kemampuan mikroba probiotik mengeluarkan toksin yang mereduksi atau menghambat perkembangan mikroba patogen dalam saluran pencernaan,
15 merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan kekebalan hewan inang. Toksin toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotika bagi mikroba mikroba patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba patogen tersebut berkurang atau dapat hilang atau sembuh dengan sendirinya. Hal ini dapat memberikan keuntungan terhadap kesehatan hewan inang sehingga tahan terhadap penyakit. Dengan demikian pemberian probiotik pada ternak unggas diharapkan dapat memberikan manfaat terutama peningkatan penampilan produksi yaitu kuantitas produksi ternak dan daging yang tinggi dan kualitas kualitas telur dan daging yang baik dan higienis sehingga ke depan diharapkan dapat menjadikan usaha peternakan unggas menjadi lebih ekonomis dan menguntungkan. Penambahan probiotik ke dalam air minum juga berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora dalam saluran pencernaan dan menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar, protein, lemak dan mendetoksikasi zat racun atau metabolit (Soeharsono, 1999).