PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

PEMANFAATAN KEMANGI (Ocimum sanctum) SEBAGAI SUBSTITUSI AROMA PADA PEMBUATAN SABUN HERBAL ANTIOKSIDAN

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Di Indonesia, pisang merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SABUN MANDI. Disusun Oleh : Nosafarma Muda (M )

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa bluggoe ) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN PADA PRODUKSI TAHU

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.)

ETAWA BEAUTY SOAP PRODUK SABUN MANDI SUSU KAMBING ETAWA DESA KALIGESING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bahan alam yang mudah diperoleh dan dapat diupayakan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Isolasi Trimiristin dan Asam Miristat dari Biji Buah Pala Penyabunan Trimiristin Untuk Mendapatkan Asam Miristat

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

Bab III Bahan dan Metode

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

PEMANFAATAN KULIT KAPUK SEBAGAI SUMBER BASA DALAM PEMBUATAN SABUN LUNAK TRANSPARAN

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Halaman Judul + Biodata Pengusul Pembuatan sabun dengan memanfaatkan ekstrak lidah buaya sebagai bahan penghalus kulit.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL)

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

4 Pembahasan Degumming

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

LAPORAN TUGAS AKHIR. Sabun Pencuci Piring Cair dengan Inovasi Penambahan Ekstrak Aloe Vera sebagai Anti Bakterial yang Bernilai Ekonomis Tinggi

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

Transkripsi:

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL Praptanti Sinung Adi Nugroho Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta Abstrak Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCNa). Gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat nonpolar dan CNa bersifat hidrofilik (polar). Penggunaan bahan sintetik sabun dapat berbahaya bagi kulit manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif, sehingga diperlukan sebuah inovasi baru produk sabun herbal yang menggunakan bahan aktif alami sebagai komponen penyusunnya. Kulit pisang diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging buahnya. Pada penelitian dilakukan pembuatan sabun herbal menggunakan kulit pisang dan ekstrak kulit pisang dengan variasi konsentrasi NaH 7,2%, 10,4%, dan 13,4%. Syarat mutu sabun mandi didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI), mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu ph, kadar air, asam lemak bebas, alkali bebas, dan minyak mineral (negatif). Semakin meningkat jumlah NaH maka kekerasan produk sabun akan semakin meningkat. Pada pengamatan sifat fisik dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, didapatkan data jika produk sabun yang memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang dengan variasi NaH 13,42%. Kata kunci: limbah, kulit pisang, sabun herbal 67

I. PENDAHULUAN Sabun sudah menjadi kebutuhan primer untuk semua manusia. Sabun merupakan salah satu sarana untuk membersihkan diri dari kotoran, bakteri, dan kuman. Dewasa ini, sabun tidak hanya sekedar berfungsi agar tubuh menjadi bersih, tetapi ada beberapa sabun yang sekaligus berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit, melembabkan kulit, dan memutihkan kulit. II. TINJAUAN PUSTAKA Secara kimia, sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCNa). Gugus R bersifat hidrofobik karena bersifat nonpolar dan CNa bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis, 2003). Alkali yang digunakan yaitu NaH, bahan lain yang digunakan pada pembuatan sabun mandi yaitu tigliserida berupa minyak atau lemak, misalnya digunakan minyak kelapa sawit, minyak biji katun dan minyak kacang (luwatoyin, 2011). Pabrik yang merupakan produsen terbesar sabun lebih mengutamakan menggunakan bahan sintetik (non herbal) sebagai salah satu komponen penyusunnya, padahal bahan sintetik mempunyai dampak negatif bagi kulit konsumen yang mempunyai kulit sensitif. Penggunaan bahan sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi atau peradangan pada kulit. Pemanfaatan buah kulit pisang menyisakan bahan buangan (limbah) kulit pisang. Kulit pisang umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak atau limbah organik yang merupakan sumber pencemaran lingkungan. Diketahui jika senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit pisang yaitu katekin, gallokatekin dan epikatekin yang merupakan golongan senyawa flavonoid (Someya et al., 2002). Selain itu, menurut Zuhrina (2011) dalam Supriyanti, dkk. (2015), kandungan unsur gizi yang terdapat pada kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Sehingga kulit pisang memiliki potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan. Dari penjabaran di atas, penelitian dengan memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai bahan pembuatan sabun herbal perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan keamanan sabun sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996 mengenai uji kualitas sabun. III. METDE PENELITIAN Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas (Merk), kertas saring, buret, hotplate stirrer, shoxlet, waterbath, oven, blender, dan cetakan. Bahan yang digunakan antara lain: kulit pisang, NaH, KH, HCl, minyak VC, minyak kelapa, minyak zaitun, alkohol 70%, eter, KH-etanol, fragrance, indikator universal, indikator PP, dan akuades. Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang Pembuatan ekstrak kulit pisang dilakukan dengan metode soxhletasi. Sebanyak 10 gram kulit pisang diiris-iris kemudian dikeringkan dengan oven. Setelah kering, kulit pisang disoxhlet dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1 L pada suhu 70 ⁰C. Soxhletasi dilakukan selama 6-7 siklus. Hasil soxhletasi diuapkan di waterbath hingga pelarut menguap dan hanya tersisa ekstrak kulit pisang. Pembuatan Sabun Kulit Pisang dengan Variasi NaH Pada tahap ini dilakukan pembuatan sabun dengan cara melarutkan NaH dalam berbagai macam variasi konsentrasi NaH. Masing-masing NaH yang digunakan adalah 7,2%; 10,4%; dan 13,4%. NaH dilarutkan dalam akuades. Selanjutnya proses memanaskan VC (Virgin Coconut il), minyak kelapa, dan minyak zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaH. Minyak yang sudah panas dan larutan NaH diaduk menggunakan blender sampai akhir proses saponifikasi (trace). Menambahkan bubur kulit pisang sebanyak 5 gram ke dalam blender, lalu mengaduk dengan blender hingga kulit pisang dan trace tercampur rata. Parfum ditambahkan sebanyak 0,5 gram. Sabun yang masih dalam bentuk trace dituang ke dalam cetakan dan disimpan selama 2 minggu. Pembuatan Sabun Ekstrak Kulit Pisang dengan Variasi NaH Pembuatan sabun ekstrak kulit pisang dilakukan dengan cara melarutkan NaH dalam berbagai macam variasi konsentrasi NaH. Masing-masing NaH yang digunakan adalah 7,2%; 10,4%; dan 13,4%. NaH 68

dilarutkan dalam akuades. Selanjutnya proses memanaskan VC (Virgin Coconut il), minyak kelapa, dan minyak zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaH. Minyak VC yang sudah panas dan larutan NaH diaduk menggunakan hotplate stirrer sampai akhir proses saponifikasi (trace). Menambahkan ekstrak kulit pisang sebanyak 2 gram, lalu diaduk hingga kulit pisang dan trace tercampur rata. Pada tahap akhir, ditambahkan 0,5 gram parfum. Sabun yang masih dalam bentuk trace dituang ke dalam cetakan dan disimpan selama 2 minggu. Uji Kualitas Sabun Uji kualitas sabun herbal kulit pisang dan ekstrak kulit pisang ditentukan menggunakan SNI 06-3532-1994 berupa uji ph, kadar air, kadar alkali bebas, analisis asam lemak bebas, dan uji minyak mineral. Tabel. Pengujian kualitas sabun berdasarkan SNI 06-3532-1994 No. Pengujian Syarat mutu 1 ph 8-10 2 Kadar air Maksimal 15% 3 Alkali bebas Maksimal 0,1% 4 Asam lemak bebas Maksimal 2,5% 5 Minyak mineral Negatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sabun adalah garam alkali asam lemak yang dihasilkan melalui reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi berikut (Hicks, 1989). mengikat minyak (kotoran) karena struktur gliserol menyerupai struktur molekul minyak. Pembuatan sabun kulit pisang dan sabun ektrak kulit pisang dengan variasi konsentrasi NaH Komposisi komponen bahan untuk membuat sabun akan berpengaruh pada produk sabun yang dihasilkan. Variasi penambahan NaH menyebabkan perbedaan hasil dari ketiga sampel sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang. Perbedaan dapat dilihat pada warna dan kekerasan dari masingmasing sabun yang dihasilkan. Adapun perbedaan fisik dari tiga formulasi pembuatan sabun kulit pisang ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil sifat fisik sabun kulit pisang (KP) dan sabun ekstrak kulit pisang (EP) Formula Warna Kekerasan Homogeni tas KP 1 Cokelat tua Lembek Tidak homogen KP 2 Cokelat tua Agak keras Tidak homogen KP 3 Cokelat Keras Homogen muda EP 1 Cokelat Agak Homogen muda keras EP 2 Cokelat Agak Homogen muda keras EP 3 Putih Keras Homogen CH 2 CH C R C R' + 3 NaH CH 2 CH H H + 3 RCNa KP 1 KP 2 CH2 C R'' CH 2 H asam lemak alkali gliserol sabun Reaksi antara lemak dan alkali menghasilkan produk sabun dan gliserol. Gliserin atau gliserol [C 3 H 5 (H) 3 ] merupakan hasil samping reaksi saponifikasi yaitu reaksi pembentukan sabun. Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik (Sunsmart, 1998). Fungsi dari gliserol pada sabun adalah untuk melembabkan kulit, selain itu berfungsi untuk KP 3 Gambar 1. Sabun kulit pisang (KP) dengan variasi konsentrasi NaH 69

EP 1 EP 2 EP 3 Gambar 2. Sabun ekstrak kulit pisang (EP) dengan variasi NaH Dari ciri-ciri yang dimiliki setiap formulasi, semakin banyak NaH yang ditambahkan semakin keras sabun yang terbentuk. Penambahan NaH menyebabkan semakin banyak alkali yang bereaksi dengan minyak, sehingga menambah tingkat kekerasan produk sabun. Produk sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Dari pembuatan sabun kulit pisang dan ekstrak kulit pisang, dapat dijelaskan jika fungsi NaH adalah meningkatkan kekerasan fisik dari produk sabun dan menyebabkan warna sabun semakin terang. Uji kualitas sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang Variasi konsentrasi pada produk sabun dapat mempengaruhi ph, kadar air, kadar alkali, kandungan asam lemak bebas, dan minyak mineral. Banyaknya NaH yang ditambahkan mempengaruhi proses saponifikasi, sehingga dapat mempengaruhi kualitas sabun. Uji kualitas sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji kualitas formulasi variasi NaH pada sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang Formula ph Air (%) Alkali bebas (%) Asam lemak bebas (%) Minyak mineral KP 1 8 18 0,056 4 Negatif KP 2 8 13,5 0,070 9 Negatif KP 3 9 12 0,089 2 Negatif EP 1 8 12 0,067 4,5 Negatif EP 2 8 10,5 0,089 3 Negatif EP 3 9,5 9,5 0,010 2 Negatif Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu parameter kualitas sabun. Produk sabun dengan ph sangat rendah atau sangat tinggi akan menambah daya absorbansi kulit sehingga menyebabkan kulit dapat mengalami iritasi. Berdasarkan uji yang dilakukan, semua sabun mempunyai kualitas sesuai SNI, yaitu di bawah ph 10. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam sabun. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka akan semakin meningkatkan daya tengik sabun. Sabun yang baik menurut SNI adalah sabun yang mempunyai kadar kurang dari 15%. Pada pengujian dapat diketahui jika semakin banyak NaH yang ditambahkan, maka kandungan air pada produk sabun semakin berkurang. Dari data dapat dilihat bahwa hanya formula1 (dengan NaH 7,2%) dari sabun kulit pisang yang mempunyai kadar air yang tidak sesuai dengan standar SNI, yaitu sebesar 18%. Kadar alkali bebas menunjukkan bahwa alkali dalam sabun tidak terikat sebagai senyawa. Pada pengujian yang telah dilakukan, terdapat data bahwa semua produk sabun mempunyai kadar alkali bebas yang masih diperbolehkan SNI, yaitu 0,1%. Asam lemak bebas merupakan bilangan yang menunjukkan banyaknya NaH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam sabun. Berdasarkan analisis data yang telah diperoleh, didapatkan bahwa sabun kulit pisang formula 1 dan 2 mempunyai hasil yang melebihi ambang batas SNI, yaitu 4% dan 9%. Pada pembuatan sabun ekstrak kulit pisang, formula 1 dan 2 juga tidak memenuhi standar SNI, karena mempunyai kadar 4,5% dan 3%. Sehingga, dapat dikatakan jika yang memenuhi standar pengujian hanya produk sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang formulasi 3 (NaH 13,4%). 70

Minyak mineral adalah minyak-minyak yang tidak dapat disabunkan. Pengujian kualitatif minyak mineral positif pada sabun akan ditandai dengan kekeruhan saat larutan disemprot dengan air. Pada pengujian ini semua produk sabun tidak menunjukkan adanya kekeruhan, sehingga dapat dikatakan jika produk sabun tidak mengandung minyak mineral. Zuhrina, 2011, Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang (Musa paradisiciaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat, Skripsi, Program Sarjana, Universitas Sumatera Utara : Tidak Diterbitkan. V. PENUTUP Kesimpulan dan Saran Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan jika penambahan NaH meningkatkan kekerasan produk sabun. Pada pengamatan sifat fisik dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, produk sabun yang memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang dengan variasi NaH 13,4%. Saran untuk kemajuan penelitian ini adalah diperlukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh variasi kulit pisang dan ekstrak kulit pisang yang digunakan pada pembuatan sabun, diperlukan pengujian daya antioksidan produk sabun menggunakan DPPH, dan penambahan pengawet agar dapat menambah daya tahan sabun. DAFTAR PUSTAKA Girgis, A. Y., 2003, Production of High Quality Castile Soap from High Rancid live il, Gracas y Aceites, 54(3) : 226-233. Hicks, J., 1981, Comprehensive Chemistry SI Edition, London: The Macmillan Press Ltd. luwatoyin SM., 2011, Quality Soaps Using Different il Blends, Journal of Microbiology and Biotechnology Research, 1(1), 29-34. Someya, S., Y. Yoshiki and K. kubo, 2002, Food Chemistry, 79(3) : 351354. Sunsmart, 1998, Anatomy of The Skin, J. Cosmetics and Toiletries, SunSmart Inc., New York,. Supriyanti, F.M.T., Suanda, H. dan Rosdiana, R., 2015, Pemanfaatan Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe) sebagai Sumber Antioksidan pada Produksi Tahu. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII. Universitas Sebelas Maret. 71

72