BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lagi dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Notaris sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat terlebih

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB V PENUTUP. b. Lambatnya akses ke website Ditjen AHU Online dipengaruhi oleh. dilakukan dalam waktu bersamaan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan peningkatan jaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang. hak tanggungan, kredit verban, fidusia, dan gadai.

Layanan Jaminan Fidusia Online

2 tercapainya pelayanan one day service mengingat permohonan yang masuk sangat banyak melampaui kemampuan sumber daya manusia dan sarana yang ada. Unt

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Asas Publisitas dalam Pendaftaran Fidusia Secara Elektronik

BAB I PENDAHULUAN. risiko yaitu yang paling mungkin terjadi adalah terjadinya tunggakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ernawati, Bambang Winarno, Siti Noer Endah. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Abstrak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. law, zakerheidsstelling, atau zakerheidsrechten 1. Lembaga jaminan diperlukan. kegiatan-kegiatan dalam proyek pembangunan 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial (zoonpoliticon).

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, Tamb

fidusia online oleh notaris dapat digambarkan sebagai berikut :

BERITA NEGARA. No.419, 219 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Jaminan Fidusia. Pendaftaran. Elektronik. Tata Cara.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 15 Februari 2013 DIREKTUR JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM. Ttd DR. AIDIR AMIN DAUD, SH, MH NIP

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

KATA PENGANTAR. Jakarta, 15 Februari 2013 DIREKTUR JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM. Ttd DR. AIDIR AMIN DAUD, SH, MH NIP

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

KEPASTIAN HUKUM DALAM PEMBERLAKUAN SISTEM ADMINISTRASI PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK TERKAIT DENGAN LARANGAN FIDUSIA ULANG

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan. Peranan bank dalam perekonomian yaitu sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. fidusia, sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. melekat haknya sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. 5 Proses hukum

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB III PENUTUP. pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

2016, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahar

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

PENGATURAN JANGKA WAKTU PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidus

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

KEABSAHAN PENDAFTARAN FIDUSIA KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE OLEH PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE GROUP (PT. FIFGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya masyarakat kota tapi juga masyarakat pedesaan, tetapi bertambahnya

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS KETERLAMBATAN PENDAFTARAN PADA KANTORPENDAFTARAN FIDUSIA HARI JULIO ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang K

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara tidak langsung (non

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka perwujudan

CIPTO SOENARYO ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum Positif adalah Jaminan Fidusia. Lembaga jaminan kebendaan fidusia tersebut sudah digunakan di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda namun baru memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30 September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UUJF), sehingga terjamin kepastian hukumnya. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 mengatur tentang seluk beluk Jaminan Fidusia yang berlaku di Indonesia. Dari definisi Jaminan Fidusia, pembebanan Jaminan Fidusia, pendaftaran Jaminan Fidusia, pengalihan Jaminan Fidusia, hapusnya Jaminan Fidusia, hingga tentang eksekusi Jaminan Fidusia. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pengertian Fidusia ialah sebagai berikut: Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, terdapat 2 tahap yang harus dilakukan dalam penjaminan fidusia. 1

Tahap yang pertama adalah pembebanan Jaminan Fidusia, sedangkan yang kedua adalah pendaftaran Jaminan Fidusia. Pembebanan fidusia diatur dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disebut dengan Akta Jaminan Fidusia yang dibuat dalam bentuk akta otentik sebagai produk dari Notaris. Merujuk pada Pasal 6 Undang-Undang Jaminan Fidusia, akta Jaminan Fidusia harus memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Identitas pihak pemberi dan Penerima Fidusia; 2. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia; 3. Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia; 4. Nilai penjaminan; dan 5. Nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan kantor-kantor wilayahnya ditunjuk sebagai Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF) yang menerima pendaftaran Jaminan Fidusia di wilayah Republik Indonesia, dimana setiap kantor wilayah berwenang untuk melakukan pendaftaran yang dibuat di wilayah hukumnya. Lebih dari satu dasawarsa Undang- Undang Jaminan Fidusia berlaku, berdasarkan data dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam pelaksanaannya di lapangan banyak Jaminan Fidusia yang lambat tertampung pendaftarannya secara manual dikarenakan lonjakan permohonan pendaftaran fidusia di Kantor 2

Pendaftaran Fidusia. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya lonjakan permohonan pendaftaran fidusia yaitu karena pada Oktober 2012 Menteri Keuangan mengeluarkan regulasi yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Secara garis besar regulasi ini mewajibkan semua Lembaga Pembiayaan Non Bank dalam pembiayaan kendaraan bermotor untuk mendaftarkan Jaminan Fidusia yang telah mereka pungut biayanya ke Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30 hari sejak penandatanganan Akta Jaminan Fidusia dengan konsekuensi larangan untuk melakukan eksekusi dalam hal kegagalan bayar (default) dan pencabutan izin operasi lembaga keuangan tersebut. Pada 5 Maret 2013, guna mempermudah pendaftaran fidusia dan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasa hukum di bidang Jaminan Fidusia, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, meluncurkan sistem fidusia elektronik berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System). Lahirnya ketentuan fidusia elektronik tersebut berakibat Kantor Pendaftaran Fidusia di seluruh Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak lagi menerima permohonan 3

pendaftaran Jaminan Fidusia secara manual. Hal ini mengakibatkan proses pendaftaran Jaminan Fidusia dan proses pembuatan sertifikat Jaminan Fidusia dapat lebih efektif dan efisien sebagai wujud dari pelaksanaan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia: Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima Fidusia Sertifikat Jaminan Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Pemberlakuan fidusia elektronik ini juga diharapkan membawa peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan penghematan pengeluaran anggaran biaya negara, serta mempermudah pelaku bisnis yang membutuhkan keamanan dalam menjalankan usahanya, seperti halnya Koperasi, Lembaga Pembiayaan dan Bank. Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik tersebut juga bertujuan agar seluruh Jaminan Fidusia dapat terdata secara nasional dalam database Ditjen AHU sehingga asas publisitas semakin meningkat. 1 Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik (Online System) yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (online). Peraturan yang merupakan titik awal terobosan besar dalam sistem penjaminan fidusia tersebut kemudian mengalami 1 Munir Fuady, 2003, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 30. 4

penyempurnaan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Adanya regulasi tersebut mengakibatkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia sudah tidak berlaku lagi. Berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System) dan regulasi lanjutan berupa Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, Permohonan pendaftaran fidusia secara online tersebut mencakup permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia, permohonan perbaikan sertifikat Jaminan Fidusia, permohonan perubahan sertifikat Jaminan Fidusia dan pemberitahuan penghapusan sertifikat Jaminan Fidusia. Manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat sejak berlakunya sistem online dalam pendaftaran Jaminan Fidusia adalah efisiensi waktu karena pendaftaran tidak perlu lagi dilakukan dengan datang langsung ke Kantor Pendaftaran Fidusia dan menunggu hingga berminggu-minggu untuk keperluan mendaftarkan Jaminan Fidusia hingga penerbitan dan penyerahan sertifikat Jaminan Fidusia kepada penerima Jaminan Fidusia. Jumlah berkas permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia yang tidak berbanding lurus dengan sumber daya manusia yang ada pada 5

Kantor Pendaftaran Fidusia merupakan faktor yang mengakibatkan proses administratif pendaftaran fidusia memakan waktu yang cukup lama. Kini dengan pemberlakuan regulasi sistem online sebagai pengganti sistem manual pendaftaran fidusia, permohonan pendaftaran fidusia dapat dilakukan oleh notaris secara elektronik (online online) yang membutuhkan waktu kurang lebih hanya 7 menit saja dari proses pendaftaran hingga tercetaknya sertifikat penjaminan fidusia. 2 Selain masalah lamanya waktu yang dibutuhkan pada pendaftaran fidusia manual, hal lain yang terjadi pada praktik pendaftaran Jaminan Fidusia sistem manual adalah adanya pungutan-pungutan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Sistem baru ini diharapkan meminimalisir bahkan dapat menghapuskan potensi pungutan liar dalam praktik pendaftaran Jaminan Fidusia. Hal ini karena pihak yang mengajukan Jaminan Fidusia tidak perlu berhadapan langsung dengan petugas-petugas di Kantor Pendaftaran Fidusia. Maka tidak heran jika kemudian regulasi ini dinilai sebagai revolusi besar dalam lembaga Jaminan Fidusia sebab memangkas waktu dan biaya yang diperlukan dalam proses pendaftarannya. Dampak positif atau manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat dengan adanya ketentuan fidusia elektronik atau online system ini juga bisa dinikmati oleh Notaris sebagai pejabat yang memiliki wewenang untuk membuat akta otentik berupa Akta Jaminan Fidusia. 2 Gladys Octavinadya Melati, Pertanggungjawaban Notaris dalam Pendaftaran Fidusia Online terhadap Penerima Fidusia, Jurnal Repertorium, Edisi 3 Januari-Juni 2015, hlm. 63. 6

Notaris memformulasikan perbuatan hukum tersebut ke dalam akta otentik atas dasar kehendak masyarakat. Dalam hal ini memberikan landasan kepada notaris dan masyarakat telah terjadi hubungan hukum. Oleh karena itu notaris harus cermat dan teliti dengan penuh kehati-hatian, serta mampu menjamin bahwa akta yang dibuat tersebut telah sesuai menurut aturan hukum yang sudah ditentukan, sehingga kepentingan yang bersangkutan terlindungi dengan akta tersebut. 3 Selain memiliki wewenang dalam pembebanan fidusia melalui pembuatan Akta Jaminan Fidusia, notaris juga memiliki wewenang untuk melakukan pendaftaran fidusia apabila ia menerima kuasa untuk melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia. Bagi notaris, berkembangnya sistem baru ini tentu saja membantu dan mempermudah dalam menjalankan tugasnya di bidang pelayanan publik dibandingkan dengan pendaftaran Jaminan Fidusia dengan sistem manual terdahulu. Kebijakan baru tentang pendaftaran fidusia dengan sistem elektronik atau online ini meski membawa berbagai manfaat, namun tidak lepas dari kekurangan-kekurangan dalam implementasi pelaksanaannya di lapangan. Salah satu kekurangan sistem baru ini adalah berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dalam hal jangka waktu pendaftaran fidusia sejak dibuatnya Akta Jaminan Fidusia. Pada sistem manual, jangka waktu pendaftarannya sejak ditandatanganinya Akta Jaminan Fidusia tersebut tidak dibatasi atau dengan kata lain dapat dilakukan pendaftaran Jaminan 3 Habib Adjie, 2014, Hukum Notaris Indonesia: Tafsir Tematik Terhadap UU Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, hlm. 16-17. 7

Fidusia kapan saja setelah penandatanganan akta. Terdapat perbedaan dengan sistem pendaftaran fidusia secara elektronik atau online system yang jangka waktu pendaftaran Jaminan Fidusia dibatasi selama maksimal 30 hari sejak tanggal ditandatanganinya Akta Jaminan Fidusia sebagaimana diamanatkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Jadi apabila notaris tidak mencermati batas waktu pendaftaran Jaminan Fidusia dan pendaftarannya telah lewat dari waktu yang ditentukan, maka pendaftaran Jaminan Fidusia tidak bisa lagi dilakukan dan harus dibuat serta ditandatanginya akta Jaminan Fidusia yang baru. Pembatasan waktu pendaftaran ini hanya ditentukan sejak Akta Jaminan Fidusianya dibuat, akan tetapi tidak mengatur rentan waktu pendaftaran sejak dibuatnya perjanjian pokoknya. Tidak adanya regulasi yang mengatur hal tersebut berakibat pada proses pelaksanaannya berpotensi terjadi kreditur baru akan menuangkan pembebanan Jaminan Fidusia ini pada otentik untuk kemudian dilakukan pendaftaran Jaminan Fidusia pada saat debitur sudah menunjukkan gejala cidera janji atau wanprestasi. Sebab pada pelaksanaan Jaminan Fidusia dengan sistem manual tersebut terjadi dan membutuhkan regulasi yang mengaturnya. Sementara pada regulasi Jaminan Fidusia online system, belum ada ketentuan yang mengatur akan hal itu. Fasilitas fidusia elektronik atau online system ini merupakan suatu terobosan besar dalam hal pembebanan Jaminan Fidusia dengan diikuti 8

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia sebagai kebijakan lanjutan, akan tetapi masih ada beberapa substansi yang belum terakomodir antara regulasi-regulasi dan sistem yang mengatur Jaminan Fidusia. Kekurangan yang terdapat dalam regulasi-regulasi serta sistem tersebut berpotensi mengakibatkan dalam pemberlakuannya di lapangan mengalami beberapa kendala, khususnya bagi notaris. Notaris sebagai pihak yang memproduksi Akta Jaminan Fidusia dan juga melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia secara online karena kuasa dari Penerima Fidusia, imbas dari belum sempurnanya regulasi dan sistem pada fidusia online ini menimbulkan kendala atau hambatan yang dihadapi notaris dalam menjalankan fungsi jabatannya yang berakibat pada bentuk pertanggungjawabannya. Salah satu kendala yang dihadapi oleh notaris yang mendapatkan kuasa dari Penerima Fidusia pada permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia berbasis online adalah mekanisme koreksi langsung dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap kesesuaian antara data yang ada pada Sertifikat Jaminan Fidusia dan data yang ada dalam Akta Jaminan Fidusianya sebagaimana koreksi pada sistem manual, kini menjadi beban tanggungjawab notaris. Hal ini memberatkan notaris sebab apabila terjadi kesalahan, harus dilakukan revisi berupa perbaikan atau perbaikan oleh notaris sebagai bentuk pertanggungjawabannya selaku pihak yang melakukan pendaftaran. Selain kendala tersebut, masih 9

terdapat kendala-kendala lain yang dihadapi oleh notaris dalam proses pendaftaran Jaminan Fidusia hingga terbitnya sertifikat Jaminan Fidusia dengan sistem elektronik atau online system. Notaris dalam melaksanakan jabatannya, tak lepas dari berbagai bentuk tanggungjawab yang wajib dipatuhi. Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan jabatan notaris juga memberikan instruksi bentuk pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban disini bukan hanya dalam hal pembuatan akta otentik saja, akan tetapi juga dalam melaksanakan wewenang-wewenang lain yang dibebankan padanya sebagai notaris. Dalam bidang jaminan kebendaan, konstruksi hukum terkait Jaminan Fidusia mengamanatkan peran penting notaris untuk membuat Akta Jaminan Fidusia dan mengajukan permohonan pendaftaran sertifikat Jaminan Fidusia berdasarkan kuasa dari Penerima Fidusia. Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis ingin meneliti lebih dalam dengan membuat tesis berjudul Peranan Notaris Dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia Berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System) dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. 10

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online? 2. Bagaimana pertanggungjawaban Notaris ketika terjadi ketidaksesuaian antara data dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dengan data dalam Akta Jaminan Fidusia pada Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan di atas, pembuatan penelitian dan penulisan ini memiliki beberapa tujuan, antara lain: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban Notaris ketika terjadi ketidaksesuaian antara data dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dengan data dalam Akta Jaminan Fidusia pada Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online. 11

D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang Peranan Notaris Dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia Berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik (Online System) dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, notaris, dan masyarakat luas. 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan ilmu hukum Kenotariatan pada khususnya, terutama mengenai Peranan Notaris dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi kepada kalangan Notaris, Lembaga Pembiayaan, serta Lembaga Perbankan terkait dengan Peranan Notaris dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online. b. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta kontribusi bagi pengembangan hukum, khususnya hukum kenotariatan berkaitan dengan Peranan Notaris dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online. 12

E. Keaslian Penelitian Penelitian Peranan Notaris Dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia Berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik (Online System) dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia merupakan penelitian yang pertama dilakukan, tetapi terdapat penelitian yang menyinggung calon Notaris namun berbeda fokus penelitian, antara lain: 1. Adrianus Sinlae 4, pada tahun 2015 dalam rangka penyusunan tesis di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, dengan judul Peran Notaris Menjamin Kepastian dalam Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik, dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kontribusi Cybernotary dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia Online demi terwujudnya pelayanan hukum bagi para pihak dalam pelaksanaan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online? b. Bagaimana perbandingan antara sistem Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Manual, dengan Sistem Administrasi Jaminan Fidusia secara Online pada tahun 2013 dan pada tahun 2014? 4 Adrianus Sinlae, Peran Notaris Menjamin Kepastian dalam Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik, Tesis, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2015. 13

Hasil penelitian terhadap perumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut: a. Kontribusi besar cybernotary terhadap sistem administrasi pendaftaran Jaminan Fidusia secara online, tetapi belum begitu dirasakan oleh notaris di Kota Kupang. Dikarenakan pemahaman hukum yang minim masyarakat Kota Kupang akan pentingnya pendaftaran objek Jaminan Fidusia yang diharuskan pemerintah pada Pasal 15 Undang-Undang Jaminan Fidusia sehingga hal tersebut belum mampu memberikan kepastian hukum sebab tidak menimbulkan kreditur preferen. Hal ini dapat merugikan kepentingan para pihak, baik bagi Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia, dan pihak ketiga. b. Sekalipun mengalami perubahan, namun ada sejumlah persamaan antara pendaftaran manual dan sistem online pada tahun 2013 dan 2014 dalam rangka menjamin penegakan hukum dalam Jaminan Fidusia, yaitu terkait dengan konsep dan prinsip pendaftaran Jaminan Fidusia, kedudukan Penerima Fidusia sebagai kreditur preferen, serta kekuatan eksekutorial dalam Sertifikat Jaminan Fidusia. terdapat pula sejumlah perbedaan di antara ketiga sistem tersebut yang dibagi berdasarkan beberapa faktor pembeda, yaitu terkait dengan prosedur pendaftaran Jaminan Fidusia, dokumen pendaftaran Jaminan Fidusia, pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia, serta Sertifikat Jaminan Fidusia yang terbagi lagi 14

berdasarkan pihak yang mencetak, tampilan dan tanda tangan dalam sertifikat Jaminan Fidusia. 2. Deidira Deviany Putri 5, pada tahun 2015 dalam rangka penyusunan tesis di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, dengan judul Kewajiban Penerima Fidusia dalam Roya Sertifikat Jaminan Fidusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Melalui Sistem Pendaftaran Fidusia Online, dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana Perlindungan Hukum bagi Pemberi Fidusia dalam hal Penerima Fidusia tidak melakukan roya Sertifikat Jaminan Fidusia melalui sistem Pendaftaran Fidusia Online? b. Bagaimana Kepastian Hukum atas objek Jaminan Fidusia dalam hal roya tidak dilakukan oleh Penerima Fidusia apabila akan dijadikan objek Jaminan Fidusia di kemudian hari? Hasil penelitian terhadap perumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut: a. Tidak ada perlindungan hukum bagi Pemberi Fidusia dalam hal Penerima Fidusia tidak melakukan roya Sertifikat Jaminan Fidusia secara online karena dalam Undang-Undang Nomor 42 5 Deidira Deviany Putri, Kewajiban Penerima Fidusia dalam Roya Sertifikat Jaminan Fidusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Melalui Sistem Pendaftaran Fidusia Online, Tesis, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2015. 15

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia maupun peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia tidak mencantumkan sanksi bagi Penerima Fidusia, kuasa, atau wakilnya tersebut, sehingga tidak membawa akibat apapun bagi Penerima Fidusia, kuasa, atau wakilnya jika roya Sertifikat Jaminan Fidusia tidak dilakukan. b. Tidak adanya kepastian hukum objek Jaminan Fidusia dalam hal roya tidak dilakukan oleh Penerima Fidusia apabila akan dijadikan objek Jaminan Fidusia di kemudian hari karena Jaminan Fidusia yang melekat pada benda yang dijadikan sebagai jaminan tersebut masih tercatat di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Sertifikat Jaminan Fidusia masih dianggap berlaku dan tidak dapat didaftarkan kembali menurut Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. 3. Cherrys Jela Jela 6, pada tahun 2016 dalam rangka penyusunan tesis di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, dengan judul Implementasi Pendaftaran Jaminan 6 Cherrys Jela Jela, Implementasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik Berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Tertanggal 5 Maret 2013, Nomor: AHU 06.0t.03.01 Tahun 2013, Tesis, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2016. 16

Fidusia Secara Elektronik Berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Tertanggal 5 Maret 2013, Nomor: AHU 06.0T.03.01 Tahun 2013, dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana Kepastian Hukum pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik dalam hal domisili Pemberi Fidusia tidak sesuai dengan identitas asli? b. Bagaimana Perlindungan Hukum bagi Penerima Fidusia dalam hal Debitur Wanprestasi? Hasil penelitian terhadap perumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut: a. Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik dalam hal domisili Pemberi Fidusia tidak sesuai dengan identitas asli, pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pendaftaran Jaminan Fidusia yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000. Di dalam Permenkumham Nomor 10 Tahun 2013 tidak terdapat ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban pemohon bukan merupakan Penerima Fidusia melainkan kuasa atau wakilnya menyebabkan formulir aplikasi dalam sistem Jaminan Fidusia secara elektronik (online system) tidak terdapat kolom pengisian data mengenai surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang. Tidak adanya kolom pengisian data mengenai surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang 17

menyebabkan tidak terpenuhinya salah satu syarat pendaftaran Jaminan Fidusia (surat kuasa), sehingga perbuatan hukum yang dilakukan oleh notaris kurang memberikan kepastian hukum. Masalah domisili yang berbeda dengan identitas asli tidak berpengaruh dalam pendaftaran fidusia, namun harus tetap di catat. Pencatatan identitas, uraian mengenai bendanya, serta domisili sudah cukup untuk memberikan kepastian hukum bagi Penerima Fidusia. b. Perlindungan hukum bagi Penerima Fidusia dalam hal debitor wanprestasi, maka eksekusi terhadap Jaminan Fidusia tetap dapat dilaksanakan meskipun debitor yang wanprestasi berpindah domisili. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 20 Undang- Undang Jaminan Fidusia yang menyatakan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan hak atas benda tersebut dan pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu berfokus pada Peranan Notaris Dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia Berdasarkan Surat Edaran Ditjen AHU Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System) dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 tentang 18

Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Secara khusus penelitian ini mencakup tentang kendalakendala yang dihadapi Notaris dalam Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online dan pertanggungjawaban Notaris ketika terjadi ketidaksesuaian antara data dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dengan data dalam Akta Jaminan Fidusia pada Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Online. Sepengetahuan dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, materi pokok yang dituangkan dalam usulan penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya. Apabila ternyata terdapat kesamaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian ini, hal tersebut di luar sepengetahuan penulis karena keterbatasan penulis dalam melakukan penelusuran, sehingga harapan penulis semoga penelitian ini dapat melengkapi dan menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya. 19