BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang dihasilkan dari aktivitas secara terus-menerus. b. Kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja dan keterampilan serta peningkatan perasaan lelah. c. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang komplek tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologi tetapi tidak dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik. Adanya perasaan lelah, penurunan motivasi, dan produktivitas. d. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan dan penurunan kesiagaan. 5) Ada juga teori yang menyatakan bahwa kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut atau suatu keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan tubuh dalam melakukan aktivitas. Kelelahan ini diatur oleh otak dimana sistem aktivasi dan inhibisi pada susunan syaraf pusat yang seharusnya serasi dan seimbang tapi pada saat lelah menjadi tidak seimbang. Sedangkan model teoritis dari kelelahan kerja terdiri atas : a. Dimensi fisik yang menjadi penyebabnya adalah faktor mesin, tipe pekerjaan, tempat kerja, shift kerja dan suhu. b. Dimensi psikologis meliputi perbedaan kepribadian, individu, motivasi, kemampuan, pelatihan, kebiasaan, kebosanan, kondisi kesehatan umum dan hubungan antar manusia. 5)
Berpedoman bahwa kelelahan kerja adalah kelelahan yang bersifat umum yang dialami tenaga kerja yang ditandai oleh adanya penurunan kecepatan bereaksi dan adanya perasaan lelah pada tenaga kerja. 6) 2. Kelelahan ada Dua yaitu : a. Kelelahan Otot Ditandai dengan tremor perasaan nyeri dan pegal pada otot yang bersangkutan. b. Kelelahan Umum Ditandai dengan berkurangnya kemampuan untuk bekerja atau gairah bekerja menurun. 7) Beberapa tipe kelelahan yang bukan lelah otot dirumuskan sebagai berikut : 1) Lelah disebabkan oleh ketegangan fisik di semua organ (lelah fisik umum) 2) Lelah disebabkan ketegangan organ visual. 3) Lelah disebabkan kerja mental. 4) Lelah disebabkan ketegangan lewat satu sisi dari faktor psikomotor (lelah syaraf). 5) Lelah disebabkan oleh sejumlah faktor yang terus memerus membuat lelah (lelah kronis). Kelelahan yang berat dan terus menerus dapat menjurus pada lelah kronis. Rasa lelah tidak selalu hanya di sore hari sehabis kerja, terkadang terjadi sebelum pekerjaan dimulai. Gejala ini dapat dikenali pada orang yang memperlihatkan gejala-gejala : - Meningkatnya kejengkelan (tidak toleran, bersikap anti sosial) - Kecenderungan ke arah depresi (kebingunan tidak bermotif) Disamping efek psikologis ada pula gelagat ke arah keluhan non fisik termasuk dalam khasanah psikomatis seperti sakit kepala, pusing, terengah-engah, tidak nafsu makan, mual, insomnia, dan lain-lain. bila kondisi tersebut terjadi maka disebut juga kelelahan kronis. 8)
3. Tanda-tanda Kelelahan a. Kekuatan menurun. b. Sakit kepala. c. Susah berfikir atau konsentrasi. d. Mudah tersinggung. e. Gugup. f. Susah tidur. g. Waktu reaksi menurun. h. Mudah lupa. i. Kurang teliti. j. Mata lelah. k. Gangguan saluran pencernaan. l. Berat badan menurun, dan sebagainya. 9) 4. Jenis-jenis Kelelahan Kerja Berdasarkan Proses Terjadinya a. Kelelahan mendesak, misalnya karena secara tiba-tiba zat asam yang masuk ke dalam tubuh berkurang. b. Kelelahan kronis, misalnya orang yang sebenarnya lelah tetapi tetap bekerja sehingga kelelahan terus dideritanya dan tidak pernah menjadi segar kembali. c. Kelelahan tertunda, seseorang yang sudah lelah tetapi karena minum obat perangsang, maka kelelahan ini tidak terasa. Setelah efek obat perangsang habis, baru terasa lelah kembali. 9) 5. Penyebab Kelelahan a. Keadaan monoton. b. Beban dan lama kerja. c. Keadaan fisik lingkungan. d. Kondisi kejiwaan. e. Penyakit, perasaan sakit, gizi, dan lain-lain. 10) Kelelahan sering dikaitkan dengan kebosanan dan kemonotonan kerja, monotoni kerja mudah menimbulkan kejenuhan, bila
pada waktu panjang orang terus menerus harus melakukan gerak yang sama, maka sirkulasi darah menjadi terganggu, efisiensi kerja turun, dan orang menjadi cepat lelah. 10) Menurut Suma'mur PK. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki semakin efisien badan dan jiwa bekerja sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit yang dampaknya dapat mengurangi kelelahan kerja 3) 6. Pengukuran Kelelahan a. Reaction timer (Waktu Reaksi) Menghubungkan alat dengan sumber tenaga. Setelah itu alat ini dihidupkan dengan menekan tombol ON/OFF pada ON. Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka 0000 dengan menekan tombol nol. Lalu pilih rangsang suara atau cahaya yang dikehendaki, kemudian subjek yang akan diperiksa menekan tombol subjek setelah melihat cahaya atau mendengar bunyi suara dari sumber rangsang. Untuk memberi rangsang pemeriksa menekan tombol pemeriksa. Setelah subjek menekan tombol subjek maka pada penampil langsung menunjuk angka waktu reaksi dengan satuan mili detik. Pemeriksaan ini dilakukan atau diulang sebanyak 20 kali kemudian catat keseluruhan hasil pada formulir, setelah selesai matikan alat dengan menekan tombol OFF dan melepas alat dari sumber tenaga. Cara menilai berdasarkan standar yang telah dibakukan yaitu waktu reaksi : a. 240 410 ms : pekerja mengalami kelelahan ringan. b. 410 580 ms : pekerja mengalami kelelahan sedang. c. > 580 ms : pekerja mengalami kelelahan berat. 16) b. Instrumen yang disusun oleh Setyawati (1994) yang berdasarkan dua indikator yaitu : 1) Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberi rangsang tunggal sampai timbulnya respon terhadap rangsang tersebut. 2) Perasaan lelah diukur dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2), merupakan instrumen yang
disusun dan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang keluhan subyektif yang diderita oleh TKI yang mengalami kelelahan kerja dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. 6) c. Lambatnya kemampuan mata untuk membedakan cahaya berkedip dengan cahaya kontinyu dari frekuensi kerling mulus (flicker-fusion frequency) adalah keadaan yang menunjukkan terjadinya kelelahan. 16) d. Pendekatan tentang kemampuan konsentrasi Konsentrasi merupakan salah satu dari segi kemampuan berfikir, hasilnya dicerminkan dengan ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Bahan uji yang dapat digunakan misalnya ketelitian dan kecepatan menghitung, mendengar, melihat, dan sebagainya. 16) B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelelahan 1. Faktor Dari Dalam Individu a. Usia Pada peningkatan usia akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. b. Jenis Kelamin Pada pekerja wanita terjadi siklus biologis setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya, sehingga menyebabkan tingkat kelelahan pada wanita lebih besar daripada tenaga pria. 19) c. Status Gizi Status gizi merupakan salah satu unsur dalam penentuan kondisi fisik atau kualitas fisik seorang tenaga kerja, dan atau sekelompok masyarakat yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Ada beberapa cara penilaian status gizi yaitu : 1) Pemeriksaan klinis. 2) Pemeriksaan laborat (Hb darah). 3) Survey diet (makan). 4) Pemeriksaan bio fisik.
5) Pengukuran antopometri yaitu dengan pemeriksaan IMT. 11) Penilaian status gizi berdasarkan BMI (Body Mass Index) membagi status gizi menjadi empat yaitu kurus :<18.4 kg/m 2, normal :18,5-22,9 kg/m 2, berat badan lebih :23-24,9kg/m 2, obesitas :>25 kg/m 2. 12) 2. Faktor Luar a. Beban dan Masa Kerja Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan terjadi kontraksi otot melebihi kapasitas tubuh, sehingga hal ini dapat mempercepat kelelahan kerja. b. Lingkungan Kerja Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelelahan adalah suhu, ventilasi, penerangan, dan kebisingan. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya banyak hal yang dapat dicapai dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Ergonomis dalam hal pengadaan tempat duduk, meja, dan bangku-bangku kerja sangat membantu. 13) Untuk menentukan lamanya seorang tenaga kerja bekerja dengan suatu tingkat pengerahan tenaga, dipergunakan kenyataan bahwa pengerahan tenaga maksimal dengan seluruh kapasitas aerobik dapat berlangsung hanya 4 menit, pengerahan tenaga dengan 1/3 kapasitas aerobik dapat berlangsung 480 menit sedangkan lamanya pengerahan tenaga pada suatu tingkat tertentu dapat dicari dari suatu grafik yang merupakan garis linear menggambarkan hubungan diantara lamanya kerja dengan tingkat pengerahan tenaga. Yang dimaksud dengan waktu pemulihan yaitu menunjukkan lamanya waktu diperlukan untuk istirahat hal ini dapat dihitung dari rumus :
M tp = 1 tb 4,2 tp : waktu pemulihan M : pengerahan tenaga dalam kilokalori per menit Tb : waktu bekerja. 13) Hampir di semua pabrik dan tempat kerja lainnya dimana pekerja melakukan pekerjaan satuan, ada beberapa diantara mereka yang sangat rajin dan berusaha untuk menambah penghasilan dengan tidak atau sedikit beristirahat. 8) Di samping hal-hal yang disebutkan di atas kelelahan juga sering disebabkan oleh posisi atau sikap kerja yang salah. Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang ergonomi perlu dibuat kriteria atau ukuranukuran baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan pedoman ukuran antopometri untuk orang Indonesia yang pada umumnya sebagai berikut : a. Tempat Duduk Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang bekerja dengan posisi duduk mendapat kedudukan yang mantap dan memberi relaksasi otot-otot yang tidak sedang dipakai untuk bekerja dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensitivitas bagian-bagian tersebut. 1) Tinggi tempat duduk (diukur dari lantai sampai permukaan atas bagian depan alas duduk) Kriteria : Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai ke telapak kaki. Ukuran yang diusulkan 38 48 Cm. 2) Panjang alas duduk (diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk dan permukaan atas alas duduk) Kriteria : Harus lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis pinggang. Ukuran yang diusulkan 36 Cm.
3) Lebar tempat duduk (diukur pada garis tengah alas melintang) Kriteria : Harus lebih besar dari lebar pinggul. 4) Sandaran Pinggang Faktor Pekerjaan Masa kerja Lama kerja Jenis pekerjaan Sikap kerja Beban kerja Kelelahan Faktor Lingkungan Kerja Iklim kerja Kebisingan Penerangan Kriteria : Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul. 5) Sudut alas duduk Kriteria : Sudut alas duduk dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan pada pekerja untuk melakukan gerakan dan posisi tertentu. 7) b. Meja Kerja Tinggi meja kerja disesuaikan dengan tinggi tempat duduk (tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah) c. Arah Penglihatan Untuk pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk arah penglihatan atau jarak pandang yang baik antara 32 44 derajat ke bawah. Arah ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat. 15) C. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi 2,3,4,9,11,12. D. Kerangka Konsep E. Hipotesis Ada hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja Umum pada pekerja bagian pembungkusan di pabrik jenang Mubarok Kudus. Kapasitas kerja Status gizi Riwayat sakit Keterampilan Umur Jenis kelamin Psikologis Variabel Bebas Masa Kerja Variabel Terikat Kelelahan Umum Variabel Pengganggu - Umur - Status gizi - iklim kerja - lama kerja