HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA BANJARMASIN Ika Mardiatul Ulfa 1, Hariadi Widodo 2, Siti Zulaiha 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES Sari Mulia Banjarmasin ISSN : 2086-3454 Abstrak Latar Belakang: Angka kematian ibu merupakan salah satu target yang telah di tentukan dalam tujuan ke 5 Millienium Development Goal s (MDG,s). Sebagian besar kematian perempuan di sebabkan komplikasi karena hamil, bersalin dan nifas. Masalah dalam penelitian ini adalah Data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin menunjukkan bahwa jumlah persalinan pada tahun 2013 adalah 11.662 persalinan, di mana sebanyak 11.611 di tolong oleh tenaga kesehatan dan 51 persalinan dengan tenaga non nakes. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya. Metode: Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Analisis dengan menggunakan uji korelasi Spearmann Rank dengan nilai keyakinan 90%. Hasil: Ibu hamil trimester III yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup merupakan jumlah terbanyak yakni 26 orang (86,7%), yang memiliki sikap negatif merupakan jumlah terbanyak yaitu 16 orang (53,3%), dan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap tentang pemilihan penolong persalinan di puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin (p=0,0470). Kesimpulan: Sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan dengan kategori cukup. Lebih dari separuh ibu hamil memiliki sikap negatif. Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan. 121
PENDAHULUAN Pada saat ini masalah pokok yang di hadapi bangsa Indonesia adalah masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok ibu dan anak, yang di tandai antara lain masih tingginya angka kematian ibu dan bayi. Kematian pada masa maternal mencerminkan kemampuan negara dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Masalah ibu dan anak masih tetap menempati posisi penting karena menyangkut sumber daya manusia yang paling jauh yaitu periode kehamilan dan persalinan (Juliwanto, 2009). Data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin menunjukan bahwa jumlah persalinan pada tahun 2013 adalah 11.662 persalinan, di mana sebanyak 11.611 di antaranya di tolong oleh tenaga kesehatan dan selebihnya 51 persalinan di tolong oleh tenaga non kesehatan. Selanjutnya di ketahui pula bahwa dari beberapa Puskesmas yang ada di Banjarmasin, Puskesmas Beruntung Raya adalah puskesmas dengan cakupan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatannya paling rendah dibandingkan dengan puskesmas yang lain yaitu 91,6 % dengan nakes dan 8,4 % non nakes, data dari puskesmas lain yaitu puskesmas sungai mesa 92,4 % dengan nakes dan 7,6 % non nakes, puskesmas sungai jingah 92,1% dengan nakes dan 7,9 % non nakes, puskesmas kayu tangi 92,9 % dengan nakes dan 7,1 % non nakes. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada bulan November di Puskesmas Beruntung Raya bahwa pada bulan Januari sampai Desember 2012 di peroleh data dari sasaran 170 orang, yang di tolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 162 orang (95,3 %) dan yang di tolong oleh non nakes sebanyak 8 orang (4,7 %). Pada bulan januari sampai Desember 2013 di peroleh data dari 209 persalinan, yang di tolong oleh tenaga kesehatan adalah sebanyak 192 orang (92 %) dan yang di tolong oleh tenaga non nakes sebanyak 17 orang (8 %) dengan peningkatan pertolonogan non nakes dari tahun sebelumnya. Pada bulan Januari sampai Oktober 2014 di peroleh data bahwa dari sasaran 166 persalinan, yang di tolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 152 orang (92 %) dan yang di tolong oleh non nakes sebanyak 14 orang (8 %). Selain itu, peneliti melakukan kunjungan kepada 3 orang ibu bersalin yang di tolong oleh non nakes di ketahui bahwa pertolongan persalinan oleh dukun di karenakan pertimbangan faktor sikap ibu dan keluarga yang menilai persalinan dengan dukun nyaman, jarak yang dekat, hubungan di antara dukun dan pasien seperti keluarga, pengalaman persalinan yang sebelumnya aman, tidak ada masalah, anak lahir sehat dan selamat, biaya yang lebih terjangkau dan kurangnya pengertahuan ibu tentang resiko melahirkan dengan non nakes. Berdasarkan gambaran data di atas, yakni masih adanya persalinan yang di tolong oleh non tenaga kesehatan, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan 122
dengan sikap ibu hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini menggunakan survey analitik. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu semua ibu hamil trimester III di puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin yang berjumlah 168 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Menurut Roscoe, pengambilan sampel jika menggunakan teknik korelasi maka sampel yang harus diambil minimal 30 responden (Sugiyono, 2007). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data dengan metode kuesioner. Pengolahan data melalui beberapa langkah yaitu pemeriksaan data, klasifikasi data, pengolahan data, dan analisis data menggunakan komputerisasi lalu dibedakan menjadi dua macam, antara lain analisis univariat dan analisis bivariat. Pada analisis data bivariat yang digunakan adalah uji korelasi Spearmann Rank dengan nilai kemaknaan α = 0,1 dan nilai keyakinan yang dipakai yaitu 90%. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Ibu Hamil Hasil distribusi frekuensi karakteristik ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh karakteristik responden sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Persalinan Ibu Hamil Trimester III Umur ibu hamil Frekuensi Presentase <20 tahun 0 0 20-35 tahun 26 86,7 >35 tahun 4 13,3 Total 30 100 pendidikan ibu hamil Frekuensi Presentase SD 7 23.3 SMP 8 26.7 SMA 14 46.7 PT 1 3.3 Total 30 100,0 pekerjaan ibu hamil Frekuensi Presentase Bekerja 9 30.0 Tidak Bekerja 21 70.0 Total 30 100.0 riwayat persalinan ibu hamil Frekuensi Presentase Tidak Pernah 16 53.3 Pernah, dengan bidan 13 43.3 Pernah, dengan dukun 1 3.3 Total 30 100.0 Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa bahwa frekuensi umur 20-35 tahun merupakan ibu hamil terbanyak yaitu 29 orang (96,7 %). frekuensi ibu hamil dengan pendidikan terakhirnya adalah SMA merupakan yang terbanyak yaitu 14 orang (46,7%). frekuensi ibu hamil yang tidak bekerja adalah yang terbanyak yaitu 21 orang (70%). frekuensi ibu yang tidak pernah melahirkan sebanyak 16 orang (53,3 %). B. Hasil Analisis Univariat Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh pengetahuan dengan sikap ibu hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan yang dapat dilihat sebagai berikut : 123
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Pemilihan Penolong Persalinan Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik 2 6,7 Cukup 26 86,7 Kurang 2 6,7 Total 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa frekuensi frekuensi ibu hamil trimester III yang memiliki pengetahuan tentang pemilihan penolong persalinan dengan kategori cukup merupakan jumlah terbanyak yakni 26 orang (86,7%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil Trimester III tentang Pemilihan Penolong Persalinan Sikap Frekuensi Persentase Positif 14 46,7 Negatif 16 53,3 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa frekuensi bahwa frekuensi ibu hamil trimester III yang memiliki sikap negatif tentang pemilihan penolong persalinan merupakan responden terbanyak yaitu 16 orang (53,3%). C. Hasil Analisis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian dihasilkan distribusi responden menurut pengetahuan dan sikap tentang pemilihan penolong persalinan adalah sebagai berikut : Tabel 4 Distribusi Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan Sikap Total Pengetahuan Positif Negatif N % N % N % Baik 2 6,7 0 0 2 6,7 P = 0,0470 Cukup 12 40 1 4 46,7 26 86,7 Kurang 0 0 2 6,7 2 6,7 Total 14 46,7 16 53,3 30 100 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat α (0.1) jadi Ha diterima, hal ini berarti bahwa dilihat bahwa ibu hamil dengan pengetahuan ada hubungan bermakna antara pengetahuan cukup namun memiliki sikap negatif dengan sikap ibu hamil trimester III tentang merupakan yang terbanyak yaitu 14 orang (46,6%), disusul oleh ibu hamil dengan pengetahuan cukup dan memiliki sikap positif yaitu sebanyak 12 orang (40%), sedangkan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin.. PEMBAHASAN responden dengan pengetahuan baik dan A. Pengetahuan tentang Pemilihan Penolong memiliki sikap positif ada sebanyak 2 orang (6,7%), dan responden dengan pengetahuan Persalinan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kurang dan memiliki sikap negatif ada pengetahuan ibu hamil tentang pemilihan sebanyak 2 orang (6,7%). penolong persalinan yang dilakukan pada 30 Berdasarkan hasil uji korelasi orang ibu hamil didapatkan hasil bahwa ibu Spearmann Rank didapatkan nilai p=0.0470 < hamil yang memiliki pengetahuan dengan 124
kategori pengetahuan baik ada sebanyak 2 orang (6,7%), sedangkan yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup ada sebanyak 26 orang (86,7%). Wawan dan Dewi (2010) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor interna (pendidikan, pekerjaan, dan umur), dan faktor eksterna (Lingkungan, sosial budaya). Menurut Wawan (2011:16), faktor -faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, pekerjaan dan umur. Berdasarkan hasil penelitian ada 26 orang (86,7%) ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang pemilihan penolong persalinan dengan kategori pengetahuan cukup cenderung pada kisaran umur 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Sehingga dengan demikian, ibu hamil mampu menjawab kuesioner yang diberikan peneliti karena memiliki kematangan berpikir. Dilihat dari distribusi pendidikan ibu hamil, ibu hamil dengan latar belakang pendidikan terakhirnya SMA merupakan responden terbanyak yang berjumlah 12 orang (40%) dan Perguruan Tinggi berjumlah 1 orang (3,3%). Menurut Nursalam (2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Dilihat dari distribusi pekerjaan kebanyakan ibu hamil banyak yang tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wati (2009), bahwa Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Berdasarkan keterangan pada kuesioner, 13 orang (43,3%) pernah bersalin dengan bidan, 1 orang (3,3%) pernah bersalin dengan dukun dan 16 orang belum pernah bersalin. Sebagian besar diantara 13 orang tersebut memiliki pengetahuan cukup, Menurut Notoatmodjo (2003), selain faktor internal yang meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan, ada faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu lingkungan dan sosial budaya. Lingkungan yang padat dengan distribusi penduduk berjumlahh 6104 jiwa di wilayah seluas 3.186,23 km 2, maka jelaslah bahwa suatu informasi yang baru didapat akan dengan mudah dan cepat menyebar di lingkungan tersebut. Selain itu semua ibu hamil memiliki rencana persalinan dengan tenaga kesehatan, yaitu di RS, PONED dan BPM. Menurut teori WHO 125
(Depkes RI (2001) dalam Meylanie (2010), pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, akan lebih memiliki rasa percaya diri, wawasan dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga, termasuk yang berkaitan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. B. Sikap tentang Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap ibu hamil tentang pemilihan penolong persalinan yang dilakukan pada 30 orang ibu hamil di puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin didapatkan hasil bahwa ibu hamil yang memiliki sikap positif tentang pemilihan penolong persalinan ada sebanyak 14 orang (46,7%), sedangkan yang memiliki sikap negatif tentang pemilihan penolong persalinan ada sebanyak 16 orang (53,3%). C. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu hamil dengan pengetahuan cukup namun memiliki sikap negatif merupakan yang terbanyak yaitu 14 orang (46,7%), disusul oleh ibu hamil dengan pengetahuan cukup dan memiliki sikap positif yaitu sebanyak 12 orang (40%). Pengetahuan memang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan sikap karena salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pembentukan sikap diantaranya adalah pengetahuan. Oleh karena itu pengetahuan sangat menentukan orang itu bersikap positif atau negatif, sesuai dengan Teori Anwar (2013) menyebutkan bahwa pengetahuan yaitu komponen kognitif merupakan respresentasi uji yang dipercayai seseorang mengenai apa yang berlaku atas apa yang tema bagi obyek sikap, sekali kepercayaan itu sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dia harapkan sehingga pengetahuan sangat menentukan orang untuk bersikap positif atau negatif. Dalam pengembangan teori yang dikemukakan oleh Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005) b ahwa kepercayaan, kehidupan emosional, kecenderungan untuk bertindak dapat membentuk sikap yang utuh ini, pengetahuan memegang peran penting dalam pembentukan sikap. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa walaupun 26 orang ibu hamil berpengetahuan cukup tentang pemilihan penolong persalinan, namun ada 14 orang diantaranya bersikap negatif. Hal ini sesuai dengan teori WHO (1984) dalam Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu salah satunya adalah pemikiran dan perasaan ( thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka 126
seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang (A zwar, 2013). Hasil uji korelasi Spearmann Rank menjelaskan nilai p = 0.047 < α = 0.1, Ha diterima, ini berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin. Hal ini berarti bahwa tidak semua orang yang mempunyai pengetahuan baik akan mempunyai sikap positif, tapi bisa juga negatif. Begitu pula sebaliknya. Adanya hubungan pengetahuan dengan sikap pada penelitian ini disebabkan karena beberapa faktor lain pembentuk sikap selain pengetahuan, misalnya masih adanya dukun kampung yang masih aktif menolong persalinan, kepercayaan masyarakat dengan melahirkan dengan dukun serta pengalaman pribadi. Menurut Azwar (2005) untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Apa yang telah dan sedang di alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Seseorang yang mempunyai pengalaman menyenangkan dengan pemilihan penolong persalinan maka akan mempunyai sikap positif terhadap pemilihan penolong persalinan. Begitu pula sebaliknya. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Contoh situasi yang melibatkan faktor emosional tersebut adalah proses persalinan. Kemudian diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk dapat memberikan konseling pada ibu hamil dengan lebih menekankan pada Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, sehingga kiranya pengetahuan ibu mengenai penolong persalinan yang aman dapat meningkat dan ibu dap\at mengambil keputusan untuk memilih penolong persalinannya. Keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian di sebabkan oleh beberapa hal seperti, responden yang kebanyakan ibu rumah tangga tergesa-gesa di karenakan ingin cepat pulang ke rumah dan waktu di pemeriksaan anc yang cukup lama sehingga dalam pengisian kuisoner bisa terputus dan melanjutkannya saat ibunya selesai pemeriksaan. Diharapkan peneliti berikutnya dapat lebih mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu hamil dalam memilih penolong persalinan. 127
Ucapan Terima Kasih Ucapan terimaksih disampaikan kepada Kepala Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin yang telah memberikan izin tempat untuk melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Akademi Kebidanan Sari Mulia. 2014. Panduan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Banjarmasin : Akademi Kebidanan Sari Mulia Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2012. Banjarmasin : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Juliwanto, E. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong Persalinan pada Ibu Hamil di Kecamatan babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara tahun 20008. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta 128