ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

dokumen-dokumen yang mirip
Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Diterbitkan Maret 2018

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

Kebun sawit beroperasi dalam kawasan hutan di Provinsi Riau tanpa izin maupun pelanggaran lainnya

Legalisasi perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP)

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

II. PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

ABSTRAK. Kata Kunci: Tata Ruang, Kehutanan, Perizinan Diterbitkan dalam Wacana Edisi 26 : Penataan Ruang dan Pengelolaan Sumberdaya

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

Laporan Investigatif EoF PT RML GSK BB publikasi Mei

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

IWGFF PERKIRAAN PENGGUNAAN SUMBER BAHAN BAKU INDUSTRI PULP & PAPER. Studi Advokasi: PT RAPP & PT IKPP di Propinsi Riau

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Desember 2016

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

Menghentikan Deforestasi Hutan Alam di Kawasan Hutan Produksi

Quo Vadis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Kasus Korupsi Kehutanan DORMIUNT ALIQUANDO LEGES NUNQUAM MORIUNTUR

RINGKASAN PUBLIK PT RIAU ANDALAN PULP AND PAPER

DIREKTORI PELANGGAN TERSERTIFIKASI

Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008)

Pemberian Izin RKT HTI oleh Mentri Kehutanan di Provinsi Riau Merupakan Pelanggaran Terhadap Konstitusi. Oleh : Raflis 1 Yayasan Kabut Riau

IWGFF PERKIRAAN PENGGUNAAN SUMBER BAHAN BAKU INDUSTRI PULP & PAPER. Studi Advokasi: PT RAPP & PT IKPP di Propinsi Riau

APP Melawan Perintah Presiden Jokowi dan Melanggar FCP APP

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

Penggunaan lahan untuk kepentingan lain marak di empat unit manajemen HTI di Riau Laporan pemantauan kinerja pemegang SVLK

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

Pengabaian Kelestarian Hutan Alam dan Gambut, serta Faktor Pemicu Konflik Lahan yang Berkelanjutan 1

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan Teso Indah Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Parawira Group Oktober 2015

ADA ATAU TANPA SFMP dan SFMP 2.0, APRIL BERKELANJUTAN MERUSAK HUTAN RIAU

EKSPANSI PERKEBUNAN KAYU YANG MENGHILANGKAN HUTAN ALAM DAN MENIMBULKAN KONFLIK SOSIAL (Studi Kasus Provinsi Sumatera Utara dan Riau) PRESS BRIEFING

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Berani Jujur, Hebat!

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip

PENATAAN KORIDOR RIMBA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Data shared during Forum Group Discussion (FGD) in Jakarta, 27 March 2013

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Berlindung di balik selimut CnC

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015

MATERI 1. TANTANGAN SAAT INI 2. MENJALANKAN VISI KEADILAN 3. PERATURAN-PERUNDANGAN 4. MASALAH IMPLEMENTASI 5. PILIHAN STRATEGIS DAN TAKTIS

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Hutan Alam ditebang, Dijual ke PT RAPP

DIREKTORI PELANGGAN TERSERTIFIKASI

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

ARAHAN PENGENDALIAN KONVERSI HUTAN LINDUNG MENJADI KEGIATAN BUDIDAYA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO KABUPATEN PELALAWAN-RIAU

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

Tim Penulis Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Riau Dalam Angka 2016.

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tata Ruang dan Korupsi. Raflis

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

PENDAPAT HUKUM (LEGAL OPINION)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Oktober 2015

KEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU

KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

RAKYAT RIAU TERPAPAR POLUSI KABUT ASAP, BURUK RUPA TATA KELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL

LUAS KAWASAN (ha)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 53/Menhut-II/2008 TENTANG OPTIMALISASI PERUNTUKAN AREAL HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI (HPK)

DEPARTEMEN KEHUTANAN November, 2009

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.169/MENHUT-II/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 peringatan titik api berdasarkan tipe penggunaan lahan, Sumatera, Indonesia (Data titik api aktif NASA)

KORUPSI SUBUR, HUTAN SUMATERA HANCUR

Transkripsi:

ber Perusahaan HTI beroperasi dalam kawasan hutan melalui legalisasi perubahan fungsi kawasan hutan Mengkaji dampak Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 1.638.249 hektar, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas 717.543 hektar dan penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan seluas 11.552 hektar di Provinsi Riau Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018 Eyes on the Forest (EoF) merupakan koalisi LSM di Riau, Sumatra: WALHI Riau, Jikalahari Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau dan WWF-Indonesia Program Sumatra Tengah. EoF juga membentuk jaringan kelompok anggota di Sumatra (KKI Warsi) dan Kalimantan : Environmental Law Clinic, Lembaga Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, 1 POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat. EoF memonitor deforestasi dan status dari hutan alam yang tersisa di Sumatra dan Kalimantan dan mendiseminasi informasi secara luas. Website: www.eyesontheforest.or.id

Sampul depan Peta hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest pada konsesi HTI PT Sumatera Riang Lestari-Blok IV Pulau Rupat Riau, ditemukan pada peta sebelah kiri menunjukkan konsesi HTI PT Sumatera Riang Lestari-Blok IV Pulau Rupat berada pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan sebelah kanan berubah menjadi Hutan Produksi Tetap (HP) setelah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. 2

RINGKASAN EKSEKUTIF Tidak hanya dianggap menguntungkan banyak perusahaan kelapa sawit, dengan terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas 1.638.249 Hektar, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas 717.543 hektar dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas 11.552 hektar di Provinsi Riau. Namun usaha berbasis lahan lain juga mendulang untung. Begitulah, perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) ikut menikmati beroperasi di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang diubah menjadi Hutan Produksi tetap (HP) dengan upaya legalisasi yang patut dipertanyakan dari aspek legalitasnya maupun etika bisnis yang menjunjung komitmen kelestarian. Dalam edisi laporan terkait peraturan rencana tata ruang wilayah provinsi sebelumnya Eyes on the Forest telah menerbitkan laporan berjudul Legalisasi Sawit melalui Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau (bagian I dan II). Dalam laporan tersebut, disimpulkan bahwa, tidak saja melegalkan kebun sawit yang sebelumnya pada kawasan hutan namun Kepmen 673/2014 terindikasi melegalkan fungsi kawasan hutan pada Hutan Tanaman Industri di Provinsi Riau. Dari 717.543 hektar perubahan fungsi kawasan hutan, terdapat 424.041 hektar perubahan fungsi kawasan hutan dari Hutan Produksi Terbatas (HPT) menjadi Hutan Produksi tetap (HP). Jumlah perubahan kawasan hutan HPT menjadi HP adalah jumlah terbesar atau lebih dari 50% dari total perubahan fungsi kawasan hutan dan patut dipertanyakan landasannya. Eyes on the Forest mengindikasikan HPT tersebut ketika diberikan perizinan HTI memiliki potensi kayu alam sebagai bahan baku bagi industri pulp dan kertas. Perubahan HPT menjadi HP jelas melanggar beberapa peraturan di Indonesia (lihat boks) yang menyatakan bahwa izin HTI hanya dapat diberikan pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP). Koalisi Eyes on the Forest kemudian melakukan pemantauan di areal HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP untuk memastikan langsung apakah perubahan fungsi kawasan hutan dalam SK 673/Menhut-II/2014 telah dimanfaatkan beberapa pihak untuk melegalkan izin HTI. Temuan EoF pada bulan September dan Oktober 2017 kemudian menjawab bahwa indikasi ini benar adanya. Ditemukan 29 perizinan HTI seluas lebih kurang 340.707.95 hektar yang diindikasikan mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP milik grup Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) ataupun Asia Pulp & Paper (APP/Sinar Mas Group). Ada 29 perizinan HTI seluas lebih kurang 340,707.95 hektar yang diindikasikan mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai SK nomor 673/Menhut-II/2014. Secara geografis, konsesi-konsesi HTI itu terkelompok dalam: 13 konsesi HTI di lansekap Tesso Nilo-Rimbang Baling, 6 konsesi di blok Kerumutan, 3 konsesi di lansekap Bukit Tigapuluh, 6 konsesi HTI di wilayah Bengkalis dan Kepulauan Meranti serta 1 konsesi di Pulau Rupat. Mereka terafiliasi masing-masing dengan raksasa pulp dan kertas, APRIL, ataupun APP/Sinar Mas Group. Temuan EoF menegaskan adanya indikasi kuat pelegalan kawasan hutan melalui penerbitan SK Menteri No 673/2014, misalnya dari status HPT menjadi HP, sehingga konsesi yang sudah beroperasi tidak bisa dihentikan, meski mereka diduga bermasalah secara legalitas. Dengan adanya perubahan fungsi HPT menjadi HP di Provinsi Riau melalui SK 673/2014, maka telah terjadi pelanggaran dan kuat diindikasikan SK 673/2014 hanya untuk melegalkan HTI yang sudah telanjur eksis pada kawasan HPT. EoF meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memberikan evaluasi dan penindakan terhadap perusahaan pulp dan kertas karena telah mengembangkan HTI pada Hutan 3

Produksi Terbatas. Terkait dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), maka perlu diadakan evaluasi terhadap sertifikat SVLK yang dimiliki 29 perusahaan HTI oleh Pemerintah dan stakeholders SVLK yang relevan karena kepastian status areal pemegang IUPHHK-HTI terhadap penggunaan lahan, tata ruang wilayah, dan tata guna hutan tampaknya tidak bisa memberikan jaminan kepastian areal yang diusahakan. 4

PENDAHULUAN Sebelumnya, Eyes on the Forest telah menerbitkan laporan berjudul Legalisasi Sawit melalui Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau bagian I dan II. Dalam laporan tersebut, disimpulkan bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut- II/2014, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 1.638.249 hektar, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas 717.543 hektar dan penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan seluas 11.552 hektar di Provinsi Riau, tidak saja melegalkan kebun sawit yang sebelumnya pada kawasan hutan namun mengindikasikan melegalkan fungsi kawasan hutan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) di Provinsi Riau. Sebelum SK 673/2014 dikeluarkan, fungsi kawasan hutan pada HTI sebagian besar berada pada Hutan Produksi Terbatas dan setelah SK 673/2014 menjadi Hutan Produksi. Berdasarkan SK 673/2014, terdapat 717.543 hektar yang berubah fungsi kawasan hutan, antara lain perubahan KSA menjadi HPT, HL menjadi HPT, HL menjadi HPK, dan sebaliknya. Tabel di bawah ini menunjukkan perubahan fungsi kawasan hutan dan luas masing-masing perubahan. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) KSA/KPA menjadi HPT 247 KSA/KPA menjadi HPT 1,939 HL menjadi HPT 17,443 HL menjadi HPT 89 HL menjadi HPK 104 HPT menjadi KSA/KPA 4,555 HPT menjadi HL 19,040 HPT menjadi HP 424,041 HPT menjadi HPK 34,342 HP menjadi KSA/KPA 2,952 HP menjadi HPT 7,370 HP menjadi HPK 1,171 HPK menjadi KSA/KPA 383 HPK menjadi HL 14,376 HPK menjadi HPT 106,763 HPK menjadi HP 82,728 Jumlah 717,543 Sumber: Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 Keterangan: KSA = Kawasan Suaka Alam KPA = Kawasan Pelestarian Alam HPK = Hutan Produksi dapat dikonversi HPT = Hutan Produksi Terbatas HP = Hutan Produksi tetap Dari 717.543 hektar perubahan fungsi kawasan hutan, terdapat 424.041 hektar perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP. Jumlah perubahan kawasan hutan HPT menjadi HP adalah jumlah terbesar atau lebih dari 50% dari total perubahan fungsi kawasan hutan. Eyes on The Forest mengindikasikan dulunya HPT tersebut sebelum izin HTI memiliki potensi kayu alam sebagai bahan 5

baku bagi industri pulp and kertas. Padahal, menurut aturan pengembangan HTI di Indonesia hanya diperbolehkan pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai Hutan Produksi Tetap (HP) berdasarkan beberapa peraturan berikut : 1. Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Paragraf 2 Pasal 64 Ayat (1) Kriteria Kawasan Budi Daya Huruf a Yang dimaksud dengan kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam. Huruf b Yang dimaksud dengan kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman. Huruf c Yang dimaksud dengan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain. 2. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.19/Menhut-Ii/2014 Tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Hutan Pada Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak Dibebani Izin Untuk Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, pada Pasal 2 ayat: (2) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) diarahkan untuk : a) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE); b) Hutan Desa (HD); atau c) Hutan Kemasyarakatan (HKm). Sedangkan pada ayat (3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) diarahkan untuk : a) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman atau Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTI/HTR); b) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE); c) Hutan Desa (HD); atau d) Hutan Kemasyarakatan (HKm) Maka jelas dalam PP 26/2008 bahwa kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dikelola melalui Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) atau dikenal dengan HPH. Peraturan di atas menunjukkan izin HTI hanya dapat diberikan pada Kawasan Hutan Produksi tetap (HP). Dengan adanya perubahan fungsi HPT menjadi HP di Provinsi Riau melalui SK 673/2014, maka telah terjadi pelanggaran dan kuat diindikasikan SK 673/2014 hanya untuk melegalkan HTI yang sudah telanjur eksis pada kawasan HPT. 6

Temuan Hasil Investigasi Eyes on the Forest (EoF) pada bulan September dan Oktober 2017 telah melakukan investigasi indikasi areal HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP. Dalam temuan EoF, terbukti sekitar 29 perizinan HTI seluas lebih kurang 340.707,95 hektar yang diindikasikan mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP. Dari 29 perizinan HTI tersebut, ditemukan 27 perizinan HTI yang merupakan group/afiliasi Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) seluas kurang lebih 327.010 hektar dan 2 group/afiliasi Asia Pulp and Paper seluas 13.697 hektar. Dilihat dari tahun keluarnya izin 29 HTI yang teridentifikasi adalah mulai tahun 1996 hingga 2012. Tabel 1. Hasil investigasi EoF terhadap perusahaan HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan HPT menjadi HP berdasarkan SK 673/2014 No Perusahaan Group/Afiliasi Izin Tahun izin Luas (ha) perubahan fungsi HPT menjadi HP 1 CV. Putri Lindung Bulan APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/0 2003 1,648.01 2 KUD Bina Jaya Langgam APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/004, 24-01-2003 jo SK.228/Menhut- II/2007, 20-07-2007 2003, 2007 1,859.69 3 PT. Arara Abadi Malako APP 743/Kpts-II/1996 1996 8,416.00 4 PT. Balai Kayang Mandiri APP 04/IUPHHKHT/II/2003, 03-02-2003 jo 20/Menhut-II/2007, 05-01- 2007 2003, 2007 5,281.25 5 PT. Bukit Batabuh Sei Indah APRIL Kpts.331/XI/2002, 06-11-2002 jo 67/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 13,967.88 6 PT. Bukit Raya Pelalawan APRIL 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/003, 16-12-2002, jo 70/Menhut- II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 3,752.85 7 PT. Citra Sumber Sejahtera APRIL Kpts.330/XI/2002, 05-11-2002 jo 68/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 14,922.26 8 PT. Merbau Pelalawan Lestari APRIL 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/004, 17-12-2002 jo 69/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 6,124.35 9 PT. Mitra Kembang Selaras APRIL Kpts.352/XI/2002, 21-11-2002 jo 71/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 8,841.48 10 PT. Mitra Taninusa Sejati APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/009, 27-01-2003 jo 66/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2003, 2007 6,639.00 11 PT. Nusa Prima Manunggal APRIL 522.1/Dishut/XI/2002/002 2002 3,924.34 12 PT. Nusa Wana Raya APRIL 241/Menhut-II/2007 2012 33,066.27 13 PT. Nusantara Sentosa Raya APRIL 550/Menhut-II/2012 5,484.91 14 PT. RAPP Sektor Baserah APRIL 15 PT. RAPP Sektor Langgam Baru APRIL 16 PT. RAPP Sektor Logas APRIL 17 PT. RAPP Sektor Mandau APRIL 18 PT. RAPP Sektor Tesso APRIL 19 PT. RAPP Sektor Ukui APRIL 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 256/Menhut-VI/2001, 22-02-2001 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06-2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03- 2013 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 256/Menhut-VI/2001, 22-02-2001 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06-2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03- 2013 256/Menhut-VI/2001, 22-02-2001 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 1547/Menhut-IV/1996, 05-11-1996 jo 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 1997, 2001, 2004, 2009, 2013 19,653.51 1997, 2004, 2009, 2013 5,799.79 1997, 2004, 2009, 2013 23,846.83 1997, 2004, 2009, 2013 20,051.91 2001, 2004, 2009, 2013 15,925.59 1996, 1997, 2004, 2009, 2013 14,439.28 20 PT. Rimba Lazuardi APRIL 79/Menhut-II/2007 2007 8,332.41 21 PT. Rimba Lazuardi Sektor Cerenti APRIL 79/Menhut-II/2007 2007 7,236.00 22 PT. Rimba Mandau Lestari APRIL 05/IUPHHKHT/II/2003, 03-02-2003 jo 522/Menhut-II/2006, 22-12- 2006 2003, 2006 5,322.55 23 PT. Rimba Mutiara Permai APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/008, 27-01-2003 jo 65/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2003, 2007 3,272.00 24 PT. Rimba Peranap Indah APRIL 598/Kpts-II/1996 1996 13,922.84 25 PT. Rimba Rokan Lestari (Pulau Bengkalis) APRIL 262/Kpts-II/1998 1998 6,585.00 26 PT. Seraya Sumber Lestari APRIL 03/IUPHHKHT/II/2003, 27-01-2003 jo 22/Menhut-II/2007, 05-01- 2007 2003, 2007 19,513.47 27 PT. Sumatra Riang Lestari Rangsang APRIL 208/Menhut-II/2007 2007 18,848.80 28 PT. Sumatra Riang Lestari Rupat APRIL 208/Menhut-II/2007 2007 38,402.94 29 PT. Wananugraha Bina Lestari APRIL 362/Menhut-II/2007 Total 2007 5,626.72 340,707.95 Berikut peta dan gambar perusahaan HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP oleh Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 1.638.249 hektar, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas 717.543 hektar dan penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan seluas 11.552 hektar di Provinsi Riau. 7

1. HTI di lansekap Tesso Nilo Di lansekap Tesso Nilo ditemukan 13 perusahaan HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut- II/2014. Dari 13 perusahaan terdapat 5 konsesi perusahaan milik APRIL secara langsung dan 8 konsesi HTI yang berafiliasi dengan grup APRIL di Riau. Tabel 2. Tercatat 13 konsesi HTI (semua APRIL) yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 No Perusahaan Group/Afiliasi Izin Tahun izin Luas (ha) perubahan fungsi HPT menjadi HP 1 CV. Putri Lindung Bulan APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/0 2003 1,648.01 2 KUD Bina Jaya Langgam APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/004, 24-01-2003 jo SK.228/Menhut- II/2007, 20-07-2007 2003, 2007 1,859.69 3 PT. Nusa Prima Manunggal APRIL 522.1/Dishut/XI/2002/002 2002 3,924.34 4 PT. Nusa Wana Raya APRIL 241/Menhut-II/2007 2012 33,066.27 5 PT. Nusantara Sentosa Raya APRIL 550/Menhut-II/2012 5,484.91 6 PT. RAPP Sektor Baserah APRIL 7 PT. RAPP Sektor Langgam Baru APRIL 8 PT. RAPP Sektor Logas APRIL 9 PT. RAPP Sektor Tesso APRIL 10 PT. RAPP Sektor Ukui APRIL 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 256/Menhut-VI/2001, 22-02-2001 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06-2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03- 2013 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 256/Menhut-VI/2001, 22-02-2001 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 256/Menhut-VI/2001, 22-02-2001 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 1547/Menhut-IV/1996, 05-11-1996 jo 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06- 2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03-2013 1997, 2001, 2004, 2009, 2013 19,653.51 1997, 2004, 2009, 2013 5,799.79 1997, 2004, 2009, 2013 23,846.83 2001, 2004, 2009, 2013 15,925.59 1996, 1997, 2004, 2009, 2013 14,439.28 11 PT. Rimba Lazuardi APRIL 79/Menhut-II/2007 2007 8,332.41 12 PT. Rimba Peranap Indah APRIL 598/Kpts-II/1996 1996 13,922.84 13 PT. Wananugraha Bina Lestari APRIL 362/Menhut-II/2007 2007 5,626.72 8

Peta 1. Peta sebelah kiri menunjukkan konsesi HTI berada pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai HPT dan sebelah kanan menjadi HP setelah terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. 2. HTI di lansekap Kerumutan Ditemukan di lansekap Kerumutan 6 konsesi HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. Dari 6 perusahaan terdapat 1 konsesi perusahaan milik APP dan 5 konsesi HTI yang berafiliasi dengan APRIL di Riau. Tabel 3. Ada 6 konsesi HTI di Kerumutan yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 No Perusahaan Group/Afiliasi Izin Tahun izin Luas (ha) perubahan fungsi HPT menjadi HP 1 PT. Arara Abadi Malako APP 743/Kpts-II/1996 1996 8,416.00 2 PT. Bukit Raya Pelalawan APRIL 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/003, 16-12-2002, jo 70/Menhut- II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 3,752.85 3 PT. Merbau Pelalawan Lestari APRIL 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/004, 17-12-2002 jo 69/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 6,124.35 4 PT. Mitra Kembang Selaras APRIL Kpts.352/XI/2002, 21-11-2002 jo 71/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 8,841.48 5 PT. Mitra Taninusa Sejati APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/009, 27-01-2003 jo 66/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2003, 2007 6,639.00 6 PT. Rimba Mutiara Permai APRIL 522.21/IUPHHKHT/I/2003/008, 27-01-2003 jo 65/Menhut-II/2007, 23-02-2007 Total 2003, 2007 3,272.00 37,045.68 Peta 2. Peta sebelah kiri menunjukkan konsesi HTI berada pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai HPT dan sebelah kanan menjadi HP setelah terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. 9

3. HTI di lansekap Bukit Tigapuluh Di sekitar Bukit Tigapuluh ditemukan tiga (3) konsesi HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. Tiga perusahaan ini merupakan konsesi HTI yang berafiliasi dengan grup APRIL di Riau. Tabel 4. Ada 3 konsesi HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 No Perusahaan Group/Afiliasi Izin Tahun izin Luas (ha) perubahan fungsi HPT menjadi HP 1 PT. Bukit Batabuh Sei Indah APRIL Kpts.331/XI/2002, 06-11-2002 jo 67/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 13,967.88 2 PT. Citra Sumber Sejahtera APRIL Kpts.330/XI/2002, 05-11-2002 jo 68/Menhut-II/2007, 23-02-2007 2002, 2007 14,922.26 3 PT. Rimba Lazuardi Sektor Cerenti APRIL 79/Menhut-II/2007 Total 2007 7,236.00 36,126.14 Peta 3. Peta sebelah kiri menunjukkan konsesi HTI berada pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai HPT dan sebelah kanan menjadi HP setelah terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. 4. HTI di Bengkalis dan Kepulauan Meranti Ditemukan enam (6) konsesi HTI di wilayah Bengkalis dan Kepulauan Meranti yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. Dari 6 perusahaan, terdapat 1 konsesi perusahaan terafiliasi dengan grup APP dan 5 konsesi HTI lainnya terafiliasi dengan APRIL. 10

Tabel 5. Ada 6 konsesi HTI di Bengkalis dan Kepulauan Meranti yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 No Perusahaan Group/Afiliasi Izin Tahun izin Luas (ha) perubahan fungsi HPT menjadi HP 1 PT. Balai Kayang Mandiri APP 04/IUPHHKHT/II/2003, 03-02-2003 jo 20/Menhut-II/2007, 05-01- 2007 2003, 2007 5,281.25 2 PT. RAPP Sektor Mandau APRIL 137/Kpts-II/1997, 10-03-1997 jo 356/Menhut-II/2004, 01-10-2004 jo 327/Menhut-II/2009, 12-06-2009, jo 180/Menhut-II/2013, 21-03- 1997, 2004, 2009, 2013 20,051.91 2013 3 PT. Rimba Mandau Lestari APRIL 05/IUPHHKHT/II/2003, 03-02-2003 jo 522/Menhut-II/2006, 22-12- 2006 2003, 2006 5,322.55 4 PT. Sumatra Riang Lestari Rangsang APRIL 208/Menhut-II/2007 2007 18,848.80 5 PT. Rimba Rokan Lestari (Pulau Bengkalis) APRIL 262/Kpts-II/1998 1998 6,585.00 6 PT. Seraya Sumber Lestari APRIL 03/IUPHHKHT/II/2003, 27-01-2003 jo 22/Menhut-II/2007, 05-01- 2007 Total 2003, 2007 19,513.47 75,602.97 Peta 4. Peta sebelah kiri menunjukkan konsesi HTI berada pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai HPT dan sebelah kanan menjadi HP setelah terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 5. HTI di Pulau Rupat Ditemukan di sekitar Pulau Rupat 1 konsesi HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014. Perusahaan ini merupakan afiliasi dengan grup APRIL di Riau. 11

Tabel 6. 1 konsesi HTI yang mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 No Perusahaan Group/Afiliasi Izin Tahun izin Luas (ha) perubahan fungsi HPT menjadi HP 29 PT. Sumatra Riang Lestari Rupat APRIL 208/Menhut-II/2007 2007 38,402.94 Peta 5. Peta sebelah kiri menunjukkan konsesi HTI berada pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai HPT dan sebelah kanan menjadi HP setelah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 12

Temuan dan foto masing-masing konsesi HTI yang dipantau EoF pada September Oktober 2017 HTI di lansekap Tesso Nilo 1. CV Putri Lindung Bulan Gambar 1. Tanaman akasia CV Putri Lindung Bulan berada pada titik koordinat S0 20'2.25" E101 57'34.99". Foto diambil pada 9 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 2. KUD Bina Jaya Langgam Gambar 2. Tanaman akasia di konsesi KUD Bina Jaya Langgam berada pada titik Koordinat N0 4'54.93" E101 50'51.73". Foto diambil pada 14 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest.. 13

3. PT Nusa Prima Manunggal Gambar 3. Tanaman akasia PT Nusa Prima Manunggal berada pada titik koordinat N0 4'57.16" E101 47'16.60". Foto diambil pada 14 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 4. PT Nusa Wana Raya Gambar 4. Tanaman akasia PT Nusa Wana Raya berada pada titik koordinat N0 4'57.16" E101 47'16.60". Foto diambil pada 14 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 14

5. PT RAPP (Baserah sector) Gambar 5. Tanaman akasia PT RAPP sektor Baserah berada pada titik koordinat S0 21'32.37" E101 51'2.04". Foto diambil pada tanggal 17 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 6. PT RAPP (Langgam sector) Gambar 6. Tanaman akasia PT RAPP sektor Langgam berada pada titik koordinat N0 8'1.00" E101 37'21.37". Foto diambil pada 14 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 15

7. PT RAPP (Logas sector) Gambar 7.. Tanaman akasia PT RAPP Logas berada pada titik koordinat S0 17'46.27" E101 16'4.91". Foto diambil pada 19 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 8. PT RAPP (Tesso sector) Gambar 8. Tanaman akasia PT RAPP sektor Tesso berada pada titik koordinat N0 1'38.45" E101 25'46.31". Foto diambil pada 16 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 16

9. PT RAPP (Ukui sector) Gambar 9. Tanaman akasia PT RAPP sektor Ukui berada pada titik Koordinat S0 8'1.09" E101 56'47.30". Foto diambil pada 13 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 10. PT Rimba Lazuardi Gambar 10. Tanaman akasia PT Rimba Lazuardi berada pada titik koordinat S0 23'3.23" E101 54'48.17". Foto diambil pada 17 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 17

11. PT Rimba Peranap Indah Gambar 11. Tanaman akasia PT Rimba Peranap Indah berada pada titik koordinat S0 24'33.76" E101 56'32.80". Foto diambil pada 17 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 12. PT Nusantara Sentosa Raya Gambar 12. Tanaman akasia dan tumpukan panen akasia PT Siak Raya Timber (PT Nusantara Sentosa Raya) berada pada titik koordinat N0 7'1.79" E101 24'19.69". Foto diambil pada 15 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 18

13. PT Wananugraha Bima Lestari Gambar 13. Tanaman akasia PT Wahananugraha Bima Lestari berada pada titik koordinat S0 6'34.79" E101 29'9.41". Foto diambil pada 16 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. Temuan dan foto masing-masing konsesi HTI yang dipantau EoF pada September Oktober 2017 di lansekap Kerumutan 14. PT. Arara Abadi (Malako) Gambar 14. Alat berat yang baru selesai bekerja setelah panen di konsesi HTI PT. Arara Abadi (Malako) pada titik koordinat, N0 4'27.89" E102 20'37.53". Gambar diambil 2 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 19

15. PT. Bukit Raya Pelalawan Gambar 15. Posko titik api di konsesi HTI PT. Bukit Raya Pelalawan pada titik koordinat, S0 4'29.42" E102 23'47.26". Gambar diambil pada 30 September 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 16. PT. Mitra Kembang Selaras Gambar 16. Tanaman akasia di HTI PT. Mitra Kembang Selaras pada titik koordinat, S0 12'42.21" E102 20'39.98" Gambar diambil pada 29 September 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 20

17. PT. Mitra Tani Nusa Sejati Gambar 17. Areal bukaan baru akasia siap dipanen di konsesi HTI PT. Mitra Taninusa Sejati pada titik koordinat, N0 1'49.99" E102 22'41.80". Gambar diambil pada 4 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 18. PT. Rimba Mutiara Permai Gambar 18. Alat berat yang sedag membersihkan kanal dan mobil truk yang akan memuat kayu akasia di konsesi PT. Rimba Mutiara Permai pada titik koordinat, N0 10'51.86" E102 24'58.48". Gambar diambil pada 4 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 21

19. PT. Arara Abadi (Sorek) Gambar 19. Tanaman akasia milik PT. Arara Abadi distrik Sorek pada titik koordinat, N0 18'33.16" E102 6'4.74". Gambar diambil pada 5 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. Temuan dan gambar masing-masing konsesi HTI hasil pemantauan EoF September Oktober 2017 HTI di lansekap Bukit Tigapuluh 20. PT. Bukit Batabuh Sei Indah Gambar 20. Alat berat sedang bekerja di areal HTI PT. Bukit Batabuh Sei Indah pada titik koordinat, S0 38'51.78" E102 6'54.94" Gambar diambil pada tanggal 9 September 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 22

21. PT. Citra Sumber Sejahtera Gambar 21. Tanaman akasia di HTI PT. Citra Sumber Sejahtera pada titik koordinat, S0 44'31.19" E101 57'23.30" Gambar diambil pada tanggal 17 September 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 22. PT. Rimba Lazuardi Gambar 22. Papan informasi RKT di areal akasia baru tanam di HTI PT. Rimba Lazuardi pada titik koordinat, S0 48'7.39" E101 47'37.07" Gambar diambil pada tanggal 21 September 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 23

Temuan dan gambar masing-masing konsesi HTI hasil pemantauan EoF September Oktober 2017 HTI di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Bengkalis 23. PT SRL Pulau Rangsang Gambar 23. Tanaman akasia PT Sumatra Riang Lestari blok Pulau Rangsang berada pada titik koordinat N 0 58'48.82" E 103 4'20.88". Foto diambil pada 9 Oktober 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 24. PT SRL Pulau Rupat Gambar 24. Tanaman akasia dan kanal gambut di konsesi PT Sumatra Riang Lestari (SRL) Blok Rupat, Bengkalis, berada pada titik koordinat N 1 45'57.70", E 101 37'36.76". Foto diambil pada 14 September 2017 oleh tim Eyes on the Forest. 24

25. PT RAPP Mandau Gambar 25. Tanaman akasia dan bloking kanal di konsesi PT RAPP sektor Mandau, Bengkalis, pada titik koordinat N 0 49'27.30", E 101 48'29.33". Foto diambil pada 24 September 2017 oleh tim Eyes on the Forest.. 25

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Eyes on the Forest Diindikasikan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas 717.543 hektar di Provinsi Riau dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau hanya Melegalkan izin HTI, dimana sebelumnya dalam HPT berubah menjadi HP. 29 perizinan HTI seluas lebih kurang 340,707.95 hektar yang diindikasikan mengalami perubahan fungsi kawasan hutan dari HPT menjadi HP sesuai SK nomor 673/Menhut-II/2014 antara lain berada di lansekap Tesso Nilo-Rimbang Baling (13 konsesi), lansekap Kerumutan (6), lansekap Bukit Tigapuluh (3), di Bengkalis dan kepulauan Meranti (6), dan Pulau Rupat (1). Dari 717.543 hektar perubahan fungsi kawasan hutan, terdapat 424.041 hektar perubahan fungsi kawasan hutan dari Hutan Produksi Tetap (HPT) menjadi Hutan Produksi (HP). Jumlah perubahan kawasan hutan HPT menjadi HP adalah jumlah terbesar atau lebih dari 50% dari total perubahan fungsi kawasan hutan dan patut dipertanyakan landasannya Dari 29 perizinan HTI tersebut, ditemukan 27 perizinan HTI yang merupakan group/afiliasi Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) seluas kurang lebih 327.010 hektar dan 2 group/afiliasi Asia Pulp and Paper seluas 13.697 hektar. Dilihat dari tahun keluarnya izin 29 HTI yang teridentifikasi adalah mulai tahun 1996 hingga 2012. Peraturan yang berlaku di Indonesia menegaskan izin HTI hanya dapat diberikan pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP). Dengan adanya perubahan fungsi HPT menjadi HP di Provinsi Riau melalui SK 673/2014, maka telah terjadi pelanggaran dan kuat diindikasikan SK 673/2014 melegalkan HTI yang sudah telanjur eksis pada kawasan HPT. Rekomendasi Eyes on the Forest Meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk evaluasi dan penindakan terhadap perusahaan pulp and paper terutama merupakan group/afiliasi Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) dan group/afiliasi Asia Pulp and Paper yang telah mengembangkan HTI pada kawasan hutan yang berfungsi Hutan Produksi Terbatas sebelum diterbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau; Mendesak parapihak SVLK untuk mengevaluasi sertifikasi SVLK untuk unit-unit manajemen dalam laporan ini yang terindikasikan melawan hukum yang berlaku, sehingga konsekuensinya tidak sesuai dengan indikator/standard yang diterapkan SVLK; Meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penyelidikan terhadap Aparatur Negara dan Korporasi atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam proses perubahan fungsi kawasan Hutan seluas 717.543 hektar di Provinsi Riau sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas 717.543 hektar di Provinsi Riau dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, terutama yang terkait dengan perubahan kawasan untuk konsesi HTI. SELESAI 26