BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya flypaper effect pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah (PEMDA), Pemerintah Pusat akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan. merata berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar negara republik

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia telah memulai babak baru dalam kehidupan bermasyarakat sejak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Berapapun besarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola keuangannya sendiri. Adanya otonomi daerah menjadi jalan bagi

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengembangkan potensi daerah tersebut maka pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.32 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkaitan dengan variabel yang digunakan. Selain itu akan dikemukakan hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sidik et al, 2002) UU No.12 tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

PERKEMBANGAN DAN HUBUNGAN DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, yang diukur melalui elemen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Disahkannya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelimpahan wewenang pengelolaan keuangan dari pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat kegiatan perekonomian, agar kegiatan sektor riil meningkat

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini, era reformasi memberikan peluang bagi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Kota.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan terhadap pola kehidupan sosial,

BAB I PENDHULUAN. kebijakan otonomi daerah yang telah membawa perubahan sangat besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kerja finansial Pemerintah Daerah kepada pihak pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. lama digemakan, sekaligus sebagai langkah strategis bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transformasi sistem pemerintahan dari sentralisasi ke dalam desentralisasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian. A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya flypaper effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah yang terjadi di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Wacana mengenai otonomi daerah telah berkembang sejak lama, namun secara nyata baru dimulai setelah diterbitkan UU Nomor 22 tahun 1999. Tepatnya sejak tanggal 1 Januari 2001, daerah otonom berhak untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi daerah merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi. Kebijakan desentralisasi merupakan suatu refleksi dalam proses reformasi politik, sosial, budaya dan ekonomi, sehingga perubahan politik dan sosial budaya tetutama di negara-negara berkembang telah diwarnai dengan kecenderungan pergeseran pelayanan publik beralih dari wewenang pemerintah pusat beralih menjadi wewenang tingkat pemerintah yang lebih dekat 1

2 dengan masyarakat. Oleh karena itu, desentralisasi merupakan sebuah alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara dalam memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Desentralisasi fiskal adalah merupakan perubahan-perubahan penting yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga dalam upaya penyediaan barang publik, kebijakan desentralisasi fiskal dipandang sebagai transfer keuangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Menurut Defega (2003) dalam Suyanto (2006) menjelasakan arti desentralisasi yang sesungguhhnya adalah: Perpindahan kekuasaan politik, fiskal, dan administratif dari pemerintah pusat ke unit-unit pemerintah subnasional, sehingga kerangka desentralisasi harus menghubungkan pendanaan lokal dan otoritas fiskal dengan tanggungjawab dan fungsi penyediaan layanan dari pemerintah lokal agar para politisi lokal dapat menanggung biaya keputusan mereka dan menyampaikan janji-janji mereka. Menurut Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 7, desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wewenang yang diberikan kepada pemerintah daerah adalah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, kecuali untuk urusan-urusan yang meliputi urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. Desentralisasi ini didorong oleh beberapa faktor penting diantaranya

3 adalah: adanya kemunduran pembangunan ekonomi saat mulai berperannya globalisasi dunia, meningkatnya tuntutan perubahan tingkat pelayanan publik serta semakin kentara adanya indikasi disintegrasi akibat kegagalan sistem sentralisasi yang diberlakukan dalam pemberian pelayanan publik. Penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam melaksanakan urusannya masing-masing juga diiringi dengan dana untuk melaksanakan urusan tersebut, maka keluar Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintah daerah. Sumber dana utama yang digunakan oleh pemerintah daerah adalah pendapatan asli daerah (PAD) yang digunakan untuk membiayai belanja modal dan pembangunan. Selain itu, pemerintah daerah juga mendapatkan transfer atau bantuan dari pemerintah pusat yang disebut dengan dana perimbangan yang menurut UU Nomor 32 tahun 2004 terdiri yang berupa Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Transfer dari pemerintah pusat ini dalam penggunaannya pemerintah daerah harus memperhatikan aspek efektif dan efisien untuk mensejahterakan masyarakat dengan peningkatan pelayanan yang lebih baik lagi. Selain itu, dalam penggunaannya harus secara transparan dan akuntabel. Namun permasalahannya, pada praktiknya saat ini justru transfer dari pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU) digunakan sebagai sumber pembiayaan yang utama untuk belanja modal dan pembangunan tanpa

4 mengoptimalkan pendapatan yang dimiliki sendiri oleh daerah (Prakosa, 2004). Padahal jika pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh daerahnya sendiri, tentu ini akan menjadi suatu hal yang sangat menguntungkan, karena pengelolaan daerah ini dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat yang dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi sehingga pendapatan bagi daerah juga akan mengalami peningkatan. Proporsi DAU terhadap penerimaan daerah yang lain merupakan masih yang tertinggi jika dibandingkan dengan penerimaan daerah yang lain, sehingga jika pada suatu saat sebuah daerah otonom memperoleh alokasi DAU yang besar maka pada periode selanjutnya DAU yang diperoleh tetap atau bahkan lebih tinggi proporsinya. Dalam UU Nomor 33 tahun 2004 disebutkan bahwa jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN, sedangkan untuk DAU suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dalam APBN. bahwa : Menurut Kuncoro (2004:26) dalam Afrizawati (2012) menyebutkan PAD hanya dapat membiayai belanja pemerintah daerah paling besar 20%. Sehingga kekurangannya masih dibantu oleh pemerinntah pusat melalui pemberian dana perimbangan. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan bahwa transfer dari pemerintah yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) digunakan untuk pelaksanaan kewenangan Pemda. Memang dalam penggunaan dana tersebut semua diserahkan kepada

5 pemerintah daerah, namun tetap dalam penggunaannya selalu berpedoman pada asas efektif dan efisien untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Transfer dari pemerintah pusat merupakan dana utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi utama sehari-hari yang oleh pemerintah daerah dilaporkan dalam perhitungan APBD. Namun, terdapat perbedaan penafsiran mengenai DAU oleh daerah-daerah. Menurut Saragih (2003), penafsiran tersebut diantaranya adalah (a) DAU merupakan hibah yang diberikan pemerintah pusat tanpa ada pengembalian, (b) DAU tidak perlu dipertanggungjawabkan karena DAU merupakan konsekuensi dari penyerahan kewenangan atau tugas-tugas umum pemerintah ke daerah, (c) DAU harus dipertanggungjawabkan baik ke masyarakat lokal maupun ke pusat karena DAU berasal dari dana APBN. Tujuan dari transfer adalah untuk menghilangkan atau paling tidak untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui terjadinya ketidakefisienan pada DAU. Karena pemerintah memberikan respon yang lebih besar kepada transfer daripada kepada PAD. Respon yang demikian ini disebut dengan Flypaper Effect. Flypaper effect itu sendiri merupakan respon yang tidak simetri atau asimetris terhadap peningkatan dan penurunan penggunaan dana transfer dari pemerintah pusat. Menurut Tresch (2002:920) dalam Afrizawati (2012), menyatakan bahwa dana transfer tersebut diberikan untuk jangka waktu tertentu dengan indikasi adanya pihak yang memperoleh keuntungan dari

6 penerimaan transfer (grants) yang cenderung meningkat. Dengan kata lain penemuan flypaper effect pada alokasi pengeluaran, maka diharapkan pemerintah dapat seminimum mungkin memperkecil respon yang berlebihan pada belanja daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2012) di kabupaten/kota di Jawa Barat menemukan hasil bahwa unconditional grants dan pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap belanja daerah. Hal ini disebabkan karena unconditional grants merupakan bentuk transfer yang paling penting selain dana alokasi khusus (DAK) yang dialokasikan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, sedangkan PAD merupakan penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundangundangan. Semakin besar PAD maka semakin besar pula stimulus untuk meningkatkan belanja daerah, namun masih lebih besar nilai koefisien PAD daripada nilai koefisien unconditional grants. Ini menujukkan tidak terjadi flypaper effect di Provinsi Jawa Barat. Penelitian mengenai flypaper effect pernah dilakukan Afrizawati (2012) dengan mengambil sampel kabupaten/kota di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2004-2009 dari 100% angka pengeluaran rutin pemerintah, 60-70% masih didominasi oleh dana alokasi umum (DAU). Kecenderungan pengaruh DAU untuk menghilangkan kesenjangan fiskal akan tetap ada, sehingga keadaan tersebut mengindikasikan terjadinya flypaper effect.

7 Implikasi yang akan terjadi adalah akan mengakibatkan tidak maksimalnya pemanfaatan PAD karena adanya dana transfer DAU. Begitu juga yang terjadi dalam PAD, secara umum rasio PAD terhadap belanja daerah selama kurun waktu 2004-2009 belum mencapai 14% yang terlihat dari rata-rata rasio PAD terhadap belanja daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan berkisar antara 4-11%. Dari rata-rata rasio PAD terhadap belanja daerah maka proporsi PAD terhadap belanja daerah hanya sekitar 10%. Hal ini mengindikasikan terjadinya flypaper effect. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Penelitian lain di Indonesia juga dilakukan oleh Mutiara Maimunah (2006) di kabupaten/kota di Sumatera menunjukkan hasil pengujian bahwa besarnya nilai DAU dan PAD mempengaruhi secara positif besarnya nilai belanja daerah. Hasil lain juga menunjukkan bahwa terjadi flypaper effect pada belanja daerah pada kabupaten/kota di Sumatera. Dahlberg et al. (2006) telah melakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya flypaper effect di Swedia juga menemukan hasil bahwa pengeluaran daerah yang disebabkan transfer (grants) mengalami kenaikan yang lebih besar daripada pendapatan daerah. Ini terjadi karena transfer (grants) untuk pemerintah daerah cenderung lebih besar mengarah pada pengeluaran daerah, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan telah terjadi flypaper effect. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di luar negeri dan di Indonesia untuk mengetahui ada tidaknya flypaper effect diperoleh hasil yang tidak

8 konsisten. Iskandar (2012) membuktikan bahwa koefisien PAD lebih besar jika dibandingkan dengan koefisien unconditional grants, yang berarti bahwa tidak terjadi flypaper effect di Provinsi Jawa Barat. Berbeda dengan penelitian Afrizawati (2012), Maimunah (2006) yang membuktikan bahwa pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh PAD terhadap belanja daerah, sehingga dibuktikan bahwa telah terjadi flypaper effect. Walaupun penelitian-penelitian tentang flypaper effect menunjukkan hasil yang tidak sama, namun semuanya menyatakan bahwa PAD dan DAU berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menguji kembali ada tidaknya flypaper effect di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan judul Analisis Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin memaparkan beberapa perumusan masalah, rumusan masalah yang diambil peneliti yaitu: 1. Apakah DAU berpengaruh terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah? 2. Apakah PAD berpengaruh terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah?

9 3. Apakah DAU dan PAD secara bersama-sama berpengaruh terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? 4. Apakah terjadi flypaper effect pada pengaruh DAU dan PAD terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh DAU terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 2. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh PAD terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 3. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh DAU dan PAD secara bersamasama terhadap belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 4. Menganalisis adanya flypaper effect tentang Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah yang terjadi di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah:

10 1. Bagi Dunia Pendidikan Hasil penelitian ini akan berguna untuk menambah referensi dan data tambahan bagi peneliti-peneliti lain yang tertarik dalam bidang kajian ini, serta untuk memperkuat penelitian yang telah ada sebelumnya berkenaan dengan adanya flypaper effect. 2. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini akan berguna dalam memberikan saran atau masukan bagi pemerintah pusat maupun daerah dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan datang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dari APBN dan APBD serta Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang menyertainya. 3. Bagi Penulis Penulis dapat memperoleh tambahan wawasan, pengalaman dan pengetahuan khususnya tentang keuangan pemerintah daerah. E. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah yang mendasari dilakukan penelitian, rumusan masalah dalam penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

11 Bab II : Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Dalam bab ini dijelaskan mengenai landasan teori yang terkait dengan topik penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran serta pengembangan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data Bab III ini berisi tentang metode penelitian, populasi, sampel, teknik sampling, strategi dan metode pengumpulan data, variabel penelitian, serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV : Analisis dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang deskripsi data, analisis statistik deskriptif, asumsi klasik, analisis regresi, hasil dari pengolahan data serta analisis untuk menguji hipotesis dan pembahasan hasil analisis Bab V : Penutup DAFTAR PUSTAKA Berisi tentang simpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.