BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari

GEOLOGI DAN POTENSI RAWAN LONGSOR DAERAH BANYUASIN DAN SEKITARNYA KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode peninjauan U-Pb SHRIMP. Smyth dkk., (2005) menyatakan dari

BAB V SEJARAH GEOLOGI

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Tugas Akhir Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

PETROGENESIS ANDESIT BASALTIK DI DAERAH KALI WADER DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BENER, KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Trenggalek didominasi oleh morfologi positif dimana morfologi ini

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Evolusi Batuan Gunung Api Kompleks G. Ijo, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Disebutkan oleh Surono, dkk (1992), penyusun Formasi Wonosari-Punung berupa

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan bangunan. Hal tersebut mengakibatkan semakin banyak pula

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

KAJIAN PENDAHULUAN KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN BATUAN-BATUAN DI DAERAH PEGUNUNGAN KULONPROGO-YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYEBARAN AKUIFER DI FORMASI NANGGULAN PADA SISI TIMUR DOME KULON PROGO BERDASARKAN DATA SOUNDING RESISTIVITY

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak pada bagian utara gawir Pegunungan Selatan (lihat Gambar 1.1).

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB V SINTESIS GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitan

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

BAB I PENDAHULUAN. Batuan sedimen merupakan salah satu aspek penting dalam melihat sejarah

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Studi Awal Keberadaan Gunung Api Purba Tulakan-Ketro, Pacitan, Jawa Timur

STUDI PETROGENESIS ANDESIT DI DAERAH HARGOROJO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Penelitian Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena berada pada wilayah tektonik aktif yang dikenal dengan zona subduksi. Gunung api yang terbentuk dari proses subduksi memiliki umur yang bervariasi, mulai dari Tersier hingga Kuarter dan dapat terbentuk pada lingkungan darat maupun laut. Besarnya proses eksogenik yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan morfologi gunung api yang berumur Tersier secara umum sudah tidak utuh lagi, namun masih bisa dilakukan identifikasi suatu gunung api purba dengan melakukan pendekatan-pendekatan yang sama dengan pengidentifikasian gunung api masa kini, sehingga dapat diidentifikasi karakteristik maupun pelamparan dari suatu gunung api purba secara detail (Bronto, 2010). Penelitian berada pada Kecamatan Loano dan sekitarnya, Kabupaten Purworejo. Daerah penelitian menyingkap batuan vulkanik dari Formasi Andesit Tua. Berdasarkan Peta geologi Regional Lembar Yogyakarta (Rahardjo, dkk 1995), Formasi Andesit Tua tersingkap pada area yang luas. Luasnya pelamparan formasi ini menyebabkan dugaan sumber gunung api pembentuk formasi ini lebih dari satu. Pada daerah penelitian belum terdapat penelitian detail yang membahas hubungan antara sumber gunung api dengan batuan vulkaniknya, sehingga sisi ini diangkat penulis untuk dijadikan tema penelitian. Dalam ilmu geologi, studi ini menjadi hal yang menarik dimana dapat dikembangkan untuk mengetahui adanya potensi geologi dari suatu sistem gunung api di sekitar lokasi penelitian, misalkan dalam hal potensi alterasi, mineralisasi, hingga adanya potensi panas bumi. 1

2 I.2. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini untuk memberikan deskripsi detail hubungan antara batuan vulkanik dengan gunung api purba yang ada di daerah penelitian. Tujuan penelitian yang akan ditempuh adalah mengidentifikasi karakteristik sumber gunung api purba yang membentuk litologi daerah penelitian, melakukan pembagian fasies gunung api purba dengan cara pembuatan peta fasies gunung api purba, serta mengetahui mekanisme pembentukan / genesis batuan gunung api berdasarkan karakteristiknya. I.3. Batasan Masalah Penelitian ini secara umum dibatasi pada 3 aspek, berupa aspek lokasi daerah yang diteliti, aspek objek yang diteliti, serta aspek metode yang digunakan. 1. Aspek lokasi yang diteliti. Penelitian dilakukan di Desa Banyuasin Separe dan sekitarnya, Kecamatan Loano dan sekitarnya Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. 2. Objek yang diteliti pada daerah penelitian ini adalah singkapan batuan vulkanik pada Formasi Andesit Tua. Analisis datanya dibatasi pada aspek karakteristik dan mekanisme pembentukan batuan vulkanik pada daerah penelitian, serta identifikasi fasies vulkanik. 3. Metode yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yakni pengambilan data dan analisis data. Pada metode pengambilan data hanya dilakukan dengan pengambilan data permukaan yaitu dengan melakukan pemetaan geologi. Pada metode analisis data metode yang digunakan berdasarkan pengamatan petrografi maupun metode XRF.

I.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah 3 PETA LOKASI PENELITIAN DAERAH BANYUASIN SEPARE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LOANO, KABUPATEN PURWOREJO, PROVINSI JAWA TENGAH U 0 km Lokasi Daerah Penelitian 3 Gambar 1.1. Peta Indeks dan Peta Lokasi Daerah Penelitian 4 km

4 Lokasi penelitian secara administratif meliputi Desa Kedung Loteng, Desa Cacaban Kidul, Desa Benowo, Desa Kali Urip, Desa Kedung Puang, Desa Mudal Rejo, Desa Ngargo Sari, Desa Banyu Asin Kembaran, Desa Kali Semo, Desa Kemejing, Desa Kali Tepas, Desa Sedayu, Desa Guyangan, Desa Wadas, Desa Banyu Asin Sepae, Desa Pagerharjo, Desa Kali Semo, Desa Kali Glagah, Desa Tepan Sari, Desa Tridadi, Desa Kali Kalong, Desa Ngadi Rejo, Desa Rimun, Desa Dono Rati, Desa Hardi Mulyo, Desa Sudogoro, Desa Somowono, Desa Tlogo Bulu, Desa Gunung Wangi, Desa Jelok, Desa Sudi Moro, Kecamatan Loano dan sekitarnya Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Daerah penelitian berada pada Peta Rupa Bumi Digital Indonesia lembar 1408-231 Purworejo. Luas daerah pemetaan ini kurang lebih 63 km 2. Lokasi penelitian dapat dicapai dengan kendaraan pribadi (sepeda motor atau mobil) kurang lebih 1 jam 30 menit dari Yogyakarta. Secara umum lokasi penelitian mudah jika berusaha dicapai dengan kendaraan roda dua dan terdapat juga beberapa lokasi yang harus ditempuh dengan jalan kaki. Penyusun berusaha memanfaatkan kendaraan roda dua pada daerah-daerah yang relatif bisa dijangkau dengan kendaraan dan berjalan kaki pada lokasi-lokasi yang sulit dijangkau dengan kendaraan roda dua. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian bermanfaat untuk memberikan gambaran hubungan antara batuan vulkanik daerah penelitian tentang sumber batuan vulkanik tersebut dilihat dari sisi fasies batuan vulkanik tersebut. Hubungan ini menjadi penting karena jika dapat diidentifikasi luas pelamparan gunung api purba dengan menggunakan

5 data batuan vulkanik yang ada, nantinya dapat dilihat potensi ekonomis yang mungkin terdapat di gunung api purba tersebut, seperti potensi mineralisasi. I.6. Peneliti Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli antara lain : 1. Bemmelen (1949) menyatakan bahwa Kulon Progo merupakan bagian dari Zona Pegunungan Serayu Selatan bagian timur dan merupakan suatu kubah (dome). 2. Bemmelen (1949) menyatakan ada tiga gunungapi purba di Kulon Progo, yaitu (dari tua ke muda) (1) Gunung Gajah yang terletak di tengah dan menghasilkan aliran lava dan breksi andesit piroksen basaltik, (2) Gunung Ijo yang terletak di selatan yang menghasilkan andesit piroksen basaltik kemudian menjadi andesit augit hornblenda dan yang paling akhir adalah intrusi dasit, serta (3) Gunung Menoreh di sebelah utara yang menghasilkan batuan andesit augit hornblenda yang diikuti intrusi dasit dan trakhiandesit. 3. Sujanto dan Roskamil (1975) membuat urutan stratigrafi regional pada Kompleks Pegunungan Kulon Progo. Formasi Nanggulan merupakan formasi tertua dan berumur Eosen, kemudian terbentuk Formasi Andesit Tua yang berumur Oligosen dan memiliki hubungan tidak selaras dengan formasi Nanggulan. Pada Miosen awal hingga Miosen akhir terbentuk formasi Sentolo yang pada Miosen awal juga terbentuk formasi Sambipitu. Kedua formasi ini memiliki hubungan menjari. Diatas formasi Sambipitu terbentuk formasi Jonggrangan dan memiliki hubungan selaras. Pada Pliosen awal terbentuk formasi Wonosari. Akhir dari stratigrafi Pegunungan Kulon Progo ditandai dengan adanya endapan endapan vulkanik yang berumur Kuarter.

6 4. Rahardjo (1995) mengadakan penelitian dan membuat peta geologi lembar Yogyakarta berskala 1:100.000. 5. Setiadji et al. (2006) menyatakan bahwa magmatisme di Jawa dihasilkan pada seting tektonik island arcs. Magmatisme pada Tersier Bawah didominasi oleh magmatisme toleitik dan pada Miosen Atas didominasi oleh kalk-alkalin. Sumber magma di Jawa berasal dari partial melting dari mantle wedge yang menghasilkan magma basaltik. Proses diferensiasi magma yang bekerja yaitu fraksional kristalisasi. Magma primer ini mengalami perubahan yang sangat besar sebelum erupsi. 6. Setijadji dan Watanabe (2009) menyatakan daerah Kulon Progo memiliki tiga pusat gunung api dengan umur 25,4-29,6 jtl (Oligosen Atas) yaitu pada sampel di Gunung Ijo pada Kulon Progo Selatan 17,0±2,0 sampai 16,0±2,2 jtl (Miosen Bawah) pada sampel di Gunung Gajah (Kulon Progo) dan 11,4±0,7 sampai 12,4±0.7 jtl (Miosen Atas) pada sampel Gunung Menoreh (Borobudur). 7. Bronto (2010) menyatakan identifikasi suatu gunung api purba dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan pendekatan morfologi, struktur geologi, litofasies, struktur dan tekstur batuan, geokimia, maupun pendekatan geofisika. Bronto melakukan pembagian, deliniasi, dan identifikasi karakteristik gunung api purba di daerah Jawa Tengah dan Sekitarnya, namun untuk daerah kulon Progo hanya dilakukan pembagian dan deliniasi gunung api purba. Gunung Ijo berada pada bagian selatan, gunung Gajah pada bagian tengah, dan gunung Menoreh pada bagian utara.