Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA Angelina Eva Lianasari 1 dan Choirul Prahastama Aji 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email: eva@mail.uajy.ac.id 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email: choirulprahastamaaji@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin besar, hal ini berpengaruh pula pada penggunaan bahan bakar batu bara yang secara langsung akan memperbanyak terbentuknya limbah abu terbang (fly ash). Limbah fly ash tergolong sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sehingga perlu dipikirkan cara untuk mengurangi ataupun memanfaatkan limbah tersebut agar tidak membahayakan bagi lingkungan maupun kesehatan makhluk hidup. Fly ash memiliki sifat pozzolanic, cementitius, dan berbutir halus sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran beton dan berpotensi sebagai bahan pengganti sebagian semen. Proses produksi semen menghasilkan gas buangan dalam volume besar serta mencemari udara sekitar. Berlatar belakang hal tersebut maka muncul ide penelitian pemanfaatan fly ash dengan volume yang cukup besar pada beton, mengingat penggunaan fly ash selama ini dalam beton berkisar maksimum 30% berat semen. Penelitian ini menggunakan fly ash sebagai substitusi semen sebesar 50%, 60%, dan 70% dengan menggunakan superplasticizer Sika Viscocrete - 1003 dengan kadar 0,6% untuk membantu pengolahan pada beton segar dan sebagai water reducer. Faktor air semen yang direncanakan 0,33 dengan tujuan agar beton yang dihasilkan berkekuatan tekan cukup baik mengingat volume semen yang digantikan dengan fly ash di atas 50% (High Volume Fly Ash Concrete) serta mix design yang akan digunakan sesuai dengan SNI 03-6468-2000. Pengujian beton dilakukan pada umur 28 hari (kuat tekan dan modulus elastisitas) serta pengujian kuat tekan beton umur 56 hari. Diperoleh hasil pengujian kuat tekan dengan kadar fly ash 50%, 60%, dan 70% pada umur 28 hari sebesar 38,197 MPa; 37,820 MPa; 37,726 MPa dan pada umur 56 hari sebesar 67,363 MPa; 63,568 MPa; 60,159 MPa. Kata kunci: fly ash, HVFA, superplasticizer, faktor air semen. 1. PENDAHULUAN Kebutuhan energi listrik di Indonesia yang terus meningkat memicu pemerintah Indonesia untuk membangun sarana Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal tersebut tidak hanya membantu menyelesaikan permasalahan kebutuhan energi listrik negara akan tetapi juga menambah masalah baru. Salah satu masalah berasal dari limbah yang dihasilkan. Limbah fly ash dan bottom ash banyak dihasilkan dari proses perubahan dari energi panas pembakaran batu bara menjadi energi listrik. Limbah fly ash merupakan salah satu Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu upaya penanganan limbah fly ash adalah penggunaan fly ash dalam bidang konstruksi. Menurut berbagai penelitian sebelumnya, limbah fly ash telah banyak dimanfaatkan dalam bidang konstruksi seperti bahan tambah pembuatan beton, bata ringan, batako, paving block, dan keramik. Dalam pembuatan beton, fly ash banyak digunakan sebagai filler dan material pozzolan maupun sebagai bahan substitusi semen (15% - 35% dari berat semen), substitusi agregat halus, hingga bahan mineral additive karena butiran yang sangat halus (lolos saringan #325). Penelitian lebih lanjut bahkan menyebutkan bahwa fly ash dapat menggantikan semen dalam jumlah besar (± 50% berat semen) dalam pembuatan beton, atau yang lebih dikenal dengan beton High Volume Fly Ash (HVFA). Fly ash memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan semen. Beberapa keunggulan beton yang menggunakan fly ash tersebut antara lain durabilitas, workability, serta kuat tekan pada umur akhir yang lebih baik dari beton normal. Selain itu, pemanfaatan fly ash sebagai substitusi semen dapat mereduksi penggunaan semen yang merupakan salah satu penyumbang karbondioksida penyebab pemanasan global dan memanfaatkan limbah PLTU yang berbahaya menjadi bahan bangunan yang bermanfaat. Jika dilihat dari segi ekonomi, beton dengan kandungan fly ash juga dapat menurunkan biaya produksi beton tersebut, sehingga bukan hanya menjadi bahan bangunan yang ramah lingkungan, akan tetapi juga relatif murah. Beton HVFA telah dimanfaatkan pada beberapa bangunan di dunia. Beberapa bangunan yang dibuat dengan menggunakan beton HVFA dapat dilihat pada tabel 1. MTR-65
Tabel 1. Bangunan memakai high volume fly ash concrete (Herbudiman dan Akbar, 2015) No Nama Bangunan Kelas Fly Ash Mutu Beton 1 2 3 4 5 Concrete blok untuk satelit komunikasi di Ottawa, Kanada (1987) Landasan parkir di komplek hotel dan perkantoran, Haliax, Canada (1988) Tempat kerja pekerja seni, Vancouver, Canada (2001) Peningkatan struktur tahan gempa Barker Hall University of Caliornia Berkeley, USA (2001) Perkerasan jalan beton, Punjab, India (2002) Jumlah Fly Ash (kg/m 3 ) Jumlah Semen (kg/m 3 ) Kelas F 193 151 Kelas F 220 180 Kelas F 195 195 Kelas F 197 160 Kelas F 225 225 (MPa) 46 (91 50 (120 41 (28 38 (28 41 (28 Kadar Fly Ash (%) Herbudiman dan Akbar (2015) menyampaikan hasil penelitiannya berupa hubungan antara rasio-air-powder dan kadar abu terbang terhadap kinerja beton HVFA seperti pada tabel 2. Tabel 2. Kenaikan kuat tekan beton umur 28 hari dengan memperkecil rasio w/p (Herbudiman dan Akbar, 2015) Kadar Kekuatan Tekan, MPa Kenaikan Fly Ash w/p 0,45 w/p 0,35 Kekuatan Tekan 30% 16,45 24,99 52,0% 40% 11,74 19,22 63,7% 50% 9,43 18,16 92,6% 60% 7,63 13,24 73,6% Pada penelitian ini akan dilihat korelasi antara kadar fly ash dalam beton HVFA terhadap kinerja beton, yaitu kuat tekan dan modulus elastisitas beton. Pada penelitian ini juga memperhatikan nilai faktor air semen. Nilai fas yang ditetapkan adalah 0,33. Dengan nilai fas yang rendah maka diharapkan kuat tekan beton yang dihasilkan akan meningkat. Selain itu, untuk meningkatkan workability, mereduksi kebutuhan air, dan meningkatkan kuat tekan beton, maka akan digunakan superplasticizer. 2. METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan proporsi campuran Bahan yang digunakan dalam pembuatan beton HVFA antara lain: 1. Bahan Pengikat a. Semen : Semen yang digunakan adalah semen PPC merek Gresik b. Fly ash : Fly ash yang digunakan adalah fly ash tipe F yang berasal dari PLTU Paiton dengan kandungan SiO 2 + Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 70% dan CaO 10% dengan kadar fly ash 0%, 50%, 60%, dan 70%. 2.Agregat halus : Agregat halus yang digunakan berupa pasir alam dengan kadar air 5%, MHB 3,146, berat jenis 2,70 gr/cm 3, dan berat satuan volume 1,605 kg/m 3. 3.Agregat kasar : Agregat kasar yang digunakan berupa batu pecah dengan ukuran butir maksimum 10 mm, kadar air 2%, MHB 6,468, berat jenis 2,62 gr/cm 3 dan berat satuan volume 1270 kg/m 3. 4.Air : Air yang digunakan adalah air sesuai standar dengan nilai fas 0,33. 5.Bahan campur : Bahan campur yang digunakan adalah superplasticizer tipe P merek Sika Viscocrete -1003 dengan kadar 0,6% terhadap berat binder untuk setiap variasi kadar fly ash. Proporsi campuran yang digunakan mengacu pada SNI-03-6468-2000 tentang tata cara perencanaan campuran tinggi dengan semen portland dengan abu terbang. Hasil proporsi secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Proporsi tiap bahan per 1 m 3 campuran beton Kode Pasir Split Semen Fly Ash Air Sp (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) BN 700,643 842,010 637,542 0,000 160,515 3,825 BFA 50 700,643 842,010 318,771 318,771 160,515 3,825 BFA 60 700,643 842,010 255,017 382,525 160,515 3,825 BFA 70 700,643 842,010 191,263 446,279 160,515 3,825 56 55 50 55 50 MTR-66
Nilai Kuat Tekan (MPa) Benda uji yang akan dibuat dalam penelitian ini adalah berjumlah 5 silinder pada setiap variasi fly ash pada umur 28 hari dan 56 hari dengan rincian seperti pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah benda uji yang akan dibuat pada tiap variasi beton 28 hari dan 56 hari Kode 28 Hari (Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas) 56 Hari (Kuat Tekan) BN 5 SB 3 SB + 2 SS BFA 50 5 SB 3 SB + 2 SS BFA 60 5 SB 3 SB + 2 SS BFA 70 5 SB 3 SB + 2 SS Jumlah 20 SB 12 SB + 8 SS Total 32 SB + 8 SS dengan SB = silinder besar berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm, SS = silinder sedang berdiameter 100 mm dan tinggi 200 mm 3. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Korelasi kadar fly ash terhadap kuat tekan beton HVFA Hasil pengujian kuat tekan rata-rata beton pada umur 28 hari dan 56 hari pada setiap variasi beton dapat dilihat pada gambar 1. Dari gambar 1 tampak kuat tekan rata-rata beton HVFA pada umur 28 hari mengalami penurunan jika dibandingkan dengan beton normal untuk setiap penambahan kadar fly ash 10%, sedangkan kuat tekan rata-rata pada umur beton 56 hari cenderung mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan beton normal. 70 65 60 55 59.418 67.363 63.568 60.159 50 45 40 35 40.083 38.197 37.820 37.726 Kuat Tekan 28 Hari Kuat Tekan 56 Hari 30 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kadar Fly Ash x = Kadar Fly Ash (%) y = Kuat Tekan (MPa) Gambar 1. Hasil pengujian kuat tekan rata-rata setiap variasi beton umur 28 hari dan 56 hari Dari data pada gambar 1 di atas, terlihat penurunan kuat tekan beton umur 28 hari seiring dengan penambahan kadar fly ash terhadap beton normal sebesar 4,706%; 5,647%; dan 5,882%, sedangkan peningkatan kuat tekan beton umur 56 hari sebesar 13,372%; 6,984%; 1,247%. Penurunan yang terjadi pada beton umur 28 hari dikarenakan beton dengan kandungan fly ash cenderung memiliki perkembangan kuat tekan yang lebih lambat dikarenakan terdapat reaksi tambahan berupa reaksi pozzolan yang terjadi setelah reaksi hidrasi semen selesai. Apabila ditarik garis trend maka dapat dilakukan pendekatan dengan menggunakan persamaan kurva tersebut, sehingga dapat dijadikan acuan awal untuk mendapatkan kuat tekan beton yang diinginkan dengan kadar fly ash tertentu. Trendline dan persamaan kurva dapat dilihat pada gambar 2. MTR-67
Nilai Kuat Tekan (MPa) 70 65 60 55 50 45 40 35 67.363 63.568 60.159 59.418 y = -72.333x 2 + 51.296x + 59.435 R² = 0.9857 y = 2,2582x 2-5,0003x + 40,086 40.083 R² = 0,99 38.197 37.726 37.820 Kuat Tekan 28 Hari Kuat Tekan 56 Hari Poly. (Kuat Tekan 28 Hari) Poly. (Kuat Tekan 56 Hari) 30 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kadar Fly Ash x = Kadar Fly Ash (%) y = Kuat Tekan (MPa) Gambar 2. Trendline kuat tekan rata-rata setiap variasi beton umur 28 hari dan 56 Trend yang terjadi pada beton umur 28 hari yang menurun disebabkan oleh perkembangan beton HVFA yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan beton normal. Sedangkan pada beton umur 56 hari sempat mengalami peningkatan yang besar pada kadar fly ash 50%, akan tetapi terus menurun pada kadar di atas 50% meski kuat tekannya tetap lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan silika yang berlebih pada fly ash yang diharapkan dapat bereaksi sepenuhnya dengan kalsium hidroksida hasil sekunder dari hidrasi semen, hanya sebagian saja yang dapat bereaksi. Karena kalsium hidroksida yang merupakan hasil hidrasi semen kuantitasnya terus mengalami penurunan dikarenakan kandungan semen yang juga terus berkurang pada beton HVFA. Dengan demikian, fly ash yang terkandung dalam beton HVFA tersebut tidak sepenuhnya efektif. Sebagian fly ash yang tidak mengalami reaksi pozzolan maka hanya berfungsi sebagai filler saja. Hal tersebut tidak sepenuhnya buruk, karena fly ash sebagai filler juga dapat meningkatkan kepadatan beton tersebut sehingga dapat meningkatkan kuat tekan beton. Pada penelitian ini juga mencatat perkembangan kuat tekan rata-rata setiap variasi beton seiring bertambahnya umur beton. Perkembangan kuat tekan rata-rata setiap variasi beton dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Perkembangan kuat tekan beton seiring bertambahnya umur beton Kadar Kuat Tekan (MPa) Peningkatan Fly Ash 28 Hari 56 Hari Kuat Tekan 0% 40,083 59,418 48,237% 50% 38,197 67,363 76,357% 60% 37,820 63,568 68,080% 70% 37,726 60,159 59,463% Dari data perkembangan kuat tekan pada tabel 5 di atas, tampak peningkatan kuat tekan yang signifikan yaitu di atas 50% untuk setiap variasi beton HVFA. Hal ini membuktikan bahwa fly ash sangat berpengaruh terhadap meningkatkan kuat tekan pada umur beton akhir. Hal tersebut disebabkan karena pada umur beton akhir reaksi pada beton HVFA yaitu hidrasi semen dan reaksi pozzolan telah selesai, sehingga dapat mencapai kuat tekan optimumnya. Korelasi kadar fly ash terhadap modulus elastisitas beton HVFA Penelitian ini juga mencatat modulus elastisitas beton yang dihasilkan oleh beton HVFA. Modulus elastisitas beton HVFA pada umur 28 hari terlihat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan beton normal. Hasil pengujian modulus elastisitas beton dapat dilihat pada gambar 3. MTR-68
Modulus Elastisitas Beton (MPa) 25000 21,564 20000 19,267 18,134 15000 10000 y = -4455.3x 2-2662.8x + 21571 R² = 0.9907 17,625 Modulus Elastisitas Beton 28 Hari Poly. (Modulus Elastisitas Beton 28 Hari) 5000 0 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kadar Fly Ash x = Kadar Fly Ash (%) y = Modulus Elastisitas (MPa) Gambar 3. Hasil pengujian modulus elastisitas rata-rata setiap variasi beton umur 28 hari Dari data pada gambar 3 di atas, dapat dilihat penurunan nilai modulus elastisitas beton yang tampak pada umur 28 hari. Pada setiap penambahan kadar fly ash pada beton HVFA terjadi penurunan modulus elastisitas sebesar 10,65%; 15,91%; dan 18,27%. Hal tersebut seiring dengan penurunan kuat tekan yang terjadi pada beton umur 28 hari. Dengan demikian kandungan fly ash yang besar pada beton dapat menurunkan kuat tekan beton sekaligus modulus elastisitasnya. Korelasi kadar fly ash terhadap workability beton HVFA Penelitian ini mencatat data pada beton segar, yaitu pengaruh kadar fly ash terhadap workability beton HVFA. Workability berhubungan dengan nilai slump pada saat proses pembuatan beton. Semakin tinggi nilai slump maka akan semakin tinggi pula workability beton. Pada penelitian ini digunakan juga superplasticizer sebesar 0,6% dari berat binder pada setiap variasi. Dengan superplasticizer tersebut kebutuhan air dapat direduksi sebesar 20%. Karena penggunaan superplasticizer dalam jumlah yang sama, maka dapat dilihat pengaruh kadar fly ash tersebut dan peningkatan workability pada beton HVFA dibandingkan dengan beton normal. Perolehan nilai slump pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Perbandingan nilai slump beton HVFA dengan beton normal Kadar Fly Ash Kebutuhan Air Awal (liter) Kebutuhan Air Akhir (liter) Nilai Slump (mm) Peningkatan Nilai Slump 0% 9,956 7,965 170-50% 9,956 7,965 200 17,647% 60% 9,956 7,965 210 23,529% 70% 9,956 7,965 230 35,294% Meskipun kebutuhan air akhir dapat direduksi hingga 20%, akan tetapi nilai slump yang didapat tetap jauh di atas nilai slump rencana. Hal tersebut dapat terjadi karena penggunaan superplasticizer yang termasuk ke dalam high range water reducer. Karena penggunaan superplasticizer dengan kadar yang sama untuk setiap variasi beton yaitu 0,6%, maka peningkatan nilai slump yang lebih jauh disebabkan hanya karena penambahan fly ash. Dengan peningkatan nilai slump tersebut, maka terbukti bahwa fly ash sebagai substitusi semen dapat meningkatkan workability adukan beton. Dalam jumlah besar, kandungan fly ash pada beton HVFA sangat berpengaruh pada workability beton HVFA, sehingga tanpa superplasticizer pun beton tetap dapat dikerjakan dengan mudah. Dengan nilai workability yang tinggi, maka nilai faktor air semen dapat diturunkan, sehingga nilai kuat tekan beton pun akan meningkat. Korelasi kadar fly ash terhadap berat jenis beton HVFA Penelitian ini juga mencatat berat jenis beton HVFA dibandingkan dengan beton normal. Fly ash yang memiliki butiran yang lebih halus daripada semen menyebabkan beton HVFA menjadi lebih padat sehingga relatif lebih berat daripada beton normal. Berat jenis setiap variasi beton pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7. MTR-69
Tabel 7. Perbandingan berat jenis beton HVFA dengan beton normal Kadar Berat Jenis (gr/cm 3 ) Peningkatan Peningkatan Fly Ash 28 Hari 56 Hari BJ 28 Hari BJ 56 Hari 0% 2,40 2,42 - - 50% 2,42 2,44 1,008% 1,008% 60% 2,45 2,46 1,021% 1,017% 70% 2,47 2,48 1,029% 1,025% Dari data perbandingan pada tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan berat jenis beton yang terjadi tidak terlalu signifikan. Maka, beton HVFA masih tergolong beton dengan berat normal untuk konstruksi struktural karena berada pada kisaran berat jenis sebesar 2,3 gr/cm 3 2,5 gr/cm 3. Dengan demikian kandungan fly ash dalam beton HVFA dapat memberi kepadatan yg lebih baik pada beton, akan tetapi kepadatan tersebut diikuti dengan peningkatan berat jenis beton itu sendiri, meski dalam penelitian ini peningkatan berat jenis beton yang tampak tidak terlalu signifikan. Korelasi kadar fly ash terhadap biaya produksi beton HVFA Selain korelasi kadar fly ash terhadap sifat beton secara teknis, pada penelitian ini juga dilihat korelasi kadar fly ash dari segi ekonomi. Dengan harga fly ash yang jauh lebih murah dibandingkan dengan semen, maka harga beton HVFA juga menjadi lebih murah dibandingkan dengan beton normal. Perbandingan harga beton HVFA dengan beton normal dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Perbandingan harga beton HVFA dengan beton normal Kadar Harga Beton Penghematan (Rp) Harga Beton 0% 1.268.642-50% 1.093.318-13,820% 60% 1.058.253-16,584% 70% 1.023.189-19,348% Dari data perbandingan pada tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa penghematan harga pada beton HVFA cukup signifikan. Pada beton umur 56 hari yang memiliki kuat tekan di atas beton normal pada setiap variasinya, penghematan harga diikuti dengan peningkatan kuat tekan beton. Harga di atas adalah harga yang telah termasuk superplasticizer yang tergolong bahan yang relatif mahal. Sebelumnya telah disebutkan bahwa beton dengan kandungan fly ash yang tinggi dapat meningkatkan workability beton tersebut. Sehingga, apabila penggunaan superplasticizer dapat dikurangi, maka harga beton dapat jauh lebih rendah daripada harga di atas. Dengan demikian, penggunaan fly ash terbukti dapat menurunkan biaya produksi beton. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari data-data diatas tentang korelasi kadar fly ash terhadap kuat tekan beton, modulus elastisitas beton, workability beton, berat jenis beton, dan biaya produksi beton, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut ini. 1. Penambahan fly ash pada beton HVFA dapat menurunkan kuat tekan beton umur 28 hari terhadap beton normal (0% fly ash), tetapi dapat meningkatkan kuat tekan beton pada umur 56 hari. 2. Penambahan fly ash pada beton HVFA dapat meningkatkan perkembangan kuat tekan beton seiring bertambahnya umur beton. 3. Penambahan fly ash pada beton HVFA dapat menurunkan modulus elastisitas beton pada umur 28 hari terhadap beton normal (0% fly ash), seiring dengan penurunan kuat tekan yang terjadi. 4. Penambahan fly ash pada beton HVFA dapat meningkatkan workability adukan beton, hal tersebut terbukti dengan nilai slump yang jauh lebih besar dibandingkan dengan beton normal (0% fly ash). 5. Penambahan fly ash pada beton HVFA dapat meningkatkan berat jenis beton terhadap beton normal (0% fly ash). Peningkatan berat jenis tersebut tidak terlalu signifikan dan beton HVFA termasuk ke dalam beton dengan berat normal untuk konstruksi struktural. 6. Penambahan fly ash pada beton HVFA dapat menurunkan biaya produksi beton. Dengan demikian penambahan fly ash merupakan salah satu upaya penghematan biaya konstruksi. DAFTAR PUSTAKA Antoni, Sugiharto, H. (2007). Kompatibilitas antara Superplasticizer Tipe Polycarboxylate dan Naphthalene dengan Semen Lokal. Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 1, Yogyakarta, 11-12 Mei 2007, 357-367 MTR-70
Ekasanti, A.F., Kristiawan, S.A., dan Sunarmasto. (2014). Pengaruh Kadar Fly Ash terhadap Kebutuhan Air dan Kuat Tekan High Volume Fly Ash - Self Compacting Concrete (HVFA SCC). e-jurnal Matriks Teknik Sipil, Vol. 2, 8-15 Herbudiman, B., Akbar T. (2015). Kajian Korelasi Rasio-Air-Powder dan Kadar Abu Terbang terhadap Kinerja Beton HVFA. Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9, Makassar, 7-8 Oktober 2016, 715-721 Pangestu, M., Sim, A.M., Antoni, Hardjito, D. (2015). Pengaruh Penggunaan Kombinasi Viscosity Modifying Admixtures dan Superplasticizer terhadap Rheology Mortar dan Beton Self Compacting Concrete. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, Vol. 4, 1-7 Prihantoro, T.F., Solikin, M. (2015). Perkembangan Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dengan Memanfaatkan Teknologi High Volume Fly Ash Concrete. Simposium Nasional RAPI XIV, 301-307 Putri, N.A., Kristiawan, S.A., dan Sunarmasto. (2014). Pengaruh Rasio Semen Fly Ash terhadap Sifat Segar dan Kuat Tekan High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete (HVFA - SCC). e-jurnal Matriks Teknik Sipil, Vol. 2, 1-7 SNI-03-6468-2000, Tata Cara Perencanaan Campuran Beton Berkekuatan Tinggi Dengan Semen Portland Dan Abu Terbang, Badan Standarisasi Nasional Solikin, M. (2012). Upaya Meningkatkan Performa High Volume Fly Ash Concrete sebagai Bahan Konstruksi Ramah Lingkungan: Sebuah Kajian Literatur, Simposium Nasional RAPI XI FT UMS, 132-138 MTR-71
MTR-72