BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. Analisis Penanganan Pencurian Minyak di Indonesia Tahun

Journal of International Relations, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2017, hal Online di

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB V PENUTUP. diakibatkan dari Illegal Fishing yang dari tahun ketahun terus mengalami

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB II. Pencurian Minyak di Indonesia: Modus, Persebaran, Dampak, Aktor dan. Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentunya Polri tidak tinggal diam, bersama stakeholder lain seperti pamkarsa

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

Tanjung Balai Karimun, 8 September 2017

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Bab V ini peneliti ingin menyimpulkan keseluruhan dari hasil

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

J A K A R T A, M E I

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Mataram, Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor:

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Kepolisian Nasional Philipina (PNP), selanjutnya disebut sebagal "Para Pihak";

bebas murni oleh pengadilan. Sementara itu vonis hukuman bagi pelaku IL di Indonesia selama ini bervariasi, yaitu antara 1 bulan sampai dengan 9

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam (selanjutnya disebut "Para Pihak"),

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan minyak sudah dilakukan sejak 5000 tahun sebelum. mesin sangat dibutuhkan oleh negara terutama bidang transportasi dan

Untuk : PERTAMA : Melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi dan menghentikan segala bentuk penyalahgunaan pada penyediaan dan pelayanan bahan bakar

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Dunia internasional pun ikut berpartisipasi dalam memerangi issue kejahatan non-tradisional ini, human trafficking dan tindak kekerasan kepada buruh m

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

MENGAPA INDONESIA MENJADI SASARAN SINDIKAT NARKOBA INTERNASIONAL?

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG PERIKANAN

Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

MEMBONGKAR MAFIA EKSPOR TIMAH ILEGAL INDONESIA. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 2 Mei 2014

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam

Saran dan Harapan untuk Lembaga Penelitian dan Indonesia

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING


2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara disebut sebagai 'Para Peserta;

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sebelum meratifikasi AATHP, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Indonesia agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang rasional.

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2013 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB V PENUTUP. a. Pengawasan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

LATAR BELAKANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN ANTARPULAU (PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 29 TAHUN 2017)

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2015 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

2015: Tantangan Untuk Perikanan Budidaya

2013, No.462

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT TENTANG KETENTUAN- KETENTUAN POKOK BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB V PENUTUP. 1. Dampak dari penetapan Taman Nasional Kutai terhadap kegiatan. eksplorasi dan eksploitasi PT Pertamina EP di lapangan Sangatta dapat

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING)

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

PENEGAKAN HUKUM DI LAUT DENGAN SISTEM SINGLE AGENCY MULTY TASKS Oleh: Eka Martiana Wulansari *

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS. Oleh : DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN Padang, 26 Oktober 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk tujuan kesejahteraan. Salah satu bentuk kegiatan pemanfatan dan

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB 1 PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukanlah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2014 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan penyelewengan BBM di Indonesia sudah tergolong sebagai kejahatan transnasional dan terorganisir. Hal unik yang diketahui dari kelompok kejahatan pencurian minyak adalah keterlibatan masyarakat sangat besar. Model causal dari Cressey menjelaskan bahwa fenomena ini dipengaruhi oleh pasar ilegal dan kelompok kejahatan yang menyogok pemerintah sehingga penegakan hukum tidak berjalan. Pencurian minyak menawarkan keuntungan besar pada masyarakat yang bergabung dengan bisnis ilegal sehingga moral masyarakat menjadi buruk. Keuntungan yang diperoleh dalam satu bulan kurang lebih Rp. 100.000.000,00 dan pencurian minyak ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Pemasaran minyak ilegal tersebar ke beberapa wilayah Indonesia dan luar negeri seperti Jakarta, Jambi, Pekan Baru, Batam, Bangka Belitung, Malaysia, Singapura, China dan Korea Selatan. Kerugian yang dialami Indonesia terbilang fantastis. Sebagai contoh PT Pertamina menanggung rugi akibat illegal tapping di tahun 2013 sebesar Rp.362.032.328.200,00. Indonesia juga menanggung kerugian dari penyelewengan BBM bersubsidi tahun 2013 sebesar Rp. 68.733.383.500,00 sedangkan kerugian yang disebabkan dari illegal drilling tidak terdata dengan baik. Aksi kejahatan ini juga 109

110 menciptakan penilaian buruk bagi sektor hulu dan hilir minyak di Indonesia. Padahal Indonesia sangat membutuhkan investor untuk kegiatan eksplorasi minyak di laut. Selain itu, maraknya illegal tapping membuat perusahaan minyak seperti cabang PT Pertamina EP di Sumatera Selatan harus menghentikan produksi atau shutdown hingga 104 kali dalam lima tahun. Kondisi ini mengganggu pasokan energi nasional dan membahayakan pada ketahanan energi. Kerugian juga akan dirasakan di masa depan karena illegal drilling terus mengeksploitasi cadangan minyak di dalam bumi. Proses penyulingan minyak tradisional yang mereka lakukan juga menyebabkan pencemaran lingkungan yang turut mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Sedangkan kerugian pada bidang sosial dapat dirasakan dari menurunnya moral masyarakat sekitar. Adapun faktor yang mendorong dan mempengaruhi kegiatan ilegal ini terus berlangsung seperti besarnya keuntungan, lemahnya penegakan hukum, keterlibatan oknum-oknum pemerintahan, tingginya minat konsumen, serta maraknya pasar minyak ilegal internasional. Bisnis minyak ilegal sangat menguntungkan karena harga jual tinggi serta permintaan konsumen yang terus meningkat. Adanya dukungan dari para oknum tidak bertanggung jawab semakin memuluskan aksi sindikat pencurian minyak ini. Vonis/hukuman yang diberikan belum mampu membuat jera para pelaku sehingga penanganan pencurian minyak ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Indonesia.

111 Upaya penanganan yang dilakukan pemerintah dibagi menjadi penanganan internal dan eksternal. Penanganan internal merupakan usaha menghentikan pencurian minyak oleh pemerintah Indonesia di lingkup domestik. Penanganan pencurian minyak modus illegal tapping banyak dilakukan PT Pertamina EP yang berkerjasama dengan TNI AD dan Kepolisian. Bentuk penanganan yaitu dengan cara represif, menangkap pelaku pencurian minyak untuk diberikan sanksi hukum. Untuk menemukan pelaku kejahatan ini, dilakukan pegawasan yang ketat di sepanjang jalur pipa minyak oleh PT Elnusa, Polisi dan TNI. Polisi juga melakukan penyelidikan mendalam guna mengumpulkan bukti serta menghentikan jaringan pencurian minyak tersebut. Selain itu, penanganan secara persuasif yang melibatkan tokoh-tokoh penting masyarakat yang berada di daerah rawan pencurian agar masyarakat sekitar sadar pentingnya menjaga objek vital nasional. Selama ini masyarakat justru banyak terlibat dengan aksi pencurian minyak. Tindakan persuasif juga dibantu oleh PT Pertamina EP dengan CSR seperti memberikan keahlian budidaya jamur, bantuan kepada PAUD, merenovasi rumah beberapa warga, dan pemberian bibit pohon. Selanjutnya penanganan illegal drilling yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia ini telah diatur secara nasional melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi Pada Sumur Tua. Namun, pertambangan sumur tua di wilayah Sumatera Selatan tidak menjalankan aturan Permen ESDM no 1 tahun 2008 dan Perda Kabupaten Musi Banyuasin no 26 tahun 2007 tentang pengelolaan sumur minyak tua. Mengatasi

112 maraknya illegal drilling di tahun 2011-2015 pemerintah belum serius menertibkan sumur-sumur ilegal. Penanganan banyak berasal dari PT Pertamina EP yang merasa dirugikan dengan berdirinya sumur-sumur ilegal di wilayah kerja milik perusahaan. Perundingan antara oknum masyarakat, PT Pertamina dan pemerintah setempat sudah sering dilakukan tetapi belum ada kesepakatan hingga sekarang. Penanganan terhadap penyelewengan BBM bersubsidi telah berhasil dilakukan pemerintah. Penyebab utama dari penyelewengan ini karena ada disparitas harga BBM antar negara. Subsidi yang dilakukan pemerintah membuat harga jual BBM di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan negara lain. Kesenjangan harga tersebut dimanfaatkan oleh sebagian oknum untuk menjual BBM ke luar negeri. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Pemerintah Indonesia menjalankan kebijakan non-subsidi BBM. Sehingga minyak yang seharusnya dinikmati oleh rakyat Indonesia dapat dirasakan secara maksimal. Penanganan eksternal merupakan penanganan yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penyelundupan minyak ke luar negeri. Penanganan ini menjadi penting mengingat banyak minyak yang dijual keluar negeri. Dalam mengatasi penyelundupan Indonesia memiliki sistem keamanan laut sektoral atau multi agency single task yang berarti kemananan laut tanggung jawab banyak sektor seperti TNI AL, Polri, Direktoral KPLP (Kementerian Perhubungan), Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Kementerian Keuangan) dan

113 Direktorat Jenderal Keimigrasian (Kementerian Hukum dan HAM) dan Badan Keamanan Laut (Bakamla). Selain itu, kerja sama pengamanan laut dengan negara lain juga sering diwujudkan dalam patroli gabungan. Salah satu patroli gabungan yang pernah berkonsentrasi mengatasi penyelundupan minyak tahun 2001 adalah Patkor Kastima. Saran kerja sama antara Indonesia, Malaysia dan Filipina mengatasi penyelundupan minyak juga sempat disampaikan oleh Osmena, Ketua Senat Bidang Energi Filipina tetapi rencana ini tidak pernah terealisasi. Penanganan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka menghentikan pencurian dan penyelundupan minyak, secara internal dan eksternal masih kurang maksimal. Tingkat pencurian minyak yang menurun di akhir tahun 2013 hingga awal 2014 kembali muncul di tahun berikutnya. Terdapat beberapa faktor penyebabnya, tetapi faktor utamanya yaitu pasar atau bisnis minyak ilegal internasional yang terus berkembang. Maka, penanganan harus melibatkan negara lain yang terkait dan memiliki kepentingan yang sama. Sejauh ini Indonesia telah melakukan patroli keamanan perbatasan dengan beberapa negara. Namun, patroli tersebut berfokus pada pembajakan dan perompakan. Pada tahun 2001, Indonesia dan Malaysia dalam Patroli Terkoordinasi Kastima (Patkor Kastima) berfokus pencegahan penyelundupan minyak. Dalam analisis teori liberal institusional, kerja sama tersebut belum menangani pencurian minyak karena hanya terjadi di tahun 2001 saja. Kaum liberal institusional percaya kerja sama multilateral lebih baik dari bilateral. Potensi kecurangan negara dalam kerja sama bilateral jauh lebih besar.

114 Penyelesaian masalah yang jauh lebih efektif yaitu dengan membentuk institusi atau rezim khusus mengatur perdagangan minyak ilegal internasional. Keuntungan yang didapatkan jauh lebih pasti seperti memudahkan aliran informasi dan negosiasi, meningkatkan kemampuan pemerintah dalam memonitor kekuatan lain dan menerapkan komitmen sendiri serta memperkuat kesolidan dan kesepakatan internasional. Selain institusi, terbentuknya rezim juga dapat menyelesaikan masalah lebih efektif karena rezim sebagai alat untuk memfasilitasi kerja sama dan memastikan keuntungan mutlak. Dalam mencapai kerja sama mengatasi pencurian minyak ini dibutuhkan negara-negara yang bergerak aktif sebagai pionir menyadarkan pentingnya kerja sama. 4.2 Saran Dalam penelitian yang sudah dilaksanakan, saran peneliti terhadap masalah pencurian minyak di Indonesia yaitu: 1. Penanganan Indonesia secara eksternal terhadap kasus pencurian minyak ini masih kurang maksimal. Diperlukan peningkatan penanganan dengan memperkuat penjagaan di daerah atau perairan yang berbatasan langsung dengan negara lain. Penambahan armada kapal menjadi keharusan apabila Indonesia menginginkan tingkat penyelundupan berkurang. 2. Pembentukan kerjasama multilateral dalam bentuk institusi atau rezim sangat penting dilakukan guna mengatasi perdagangan minyak ilegal internasional.

115 Dengan berdirinya kerja sama multilateral khusus perdagangan atau penyelundupan minyak ilegal internasional memberikan Indonesia beberapa keuntungan, diantaranya: pertukaran informasi intelejen mengenai sindikat penjual minyak curian menjadi mudah diperoleh, tersedia tempat untuk bernegosiasi dengan negara anggota lain membahas pencurian minyak, terciptanya kegiatan positif atau terkoordinasi untuk memberantas sindikat perdagangan minyak ilegal, ketentuan hukum terhadap aksi pencurian minyak semakin jelas dan komitmen negara-negara anggota lebih bisa dipercaya. 3. Penegakan hukum bagi oknum-oknum nakal pemerintah yang melindungi sindikat pencurian minyak dari tingkat rendah hingga pejabat pengambil kebijakan. 4. Dilakukan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat yang terlibat bisnis minyak ilegal, serta diberi keterampilan lain agar beralih profesi yang lebih baik. 5. Perlu dilakukan evaluasi Perda Kabupaten Musi Banyuasin no. 26 Tahun 2007 dan Permen ESDM no. 1 tahun 2008 mengenai pengelolahan sumur minyak tua. Apabila aturan tersebut justru dijadikan perlindungan hukum bagi pelaku illegal drilling, maka akan lebih baik dibentuk aturan baru. 6. Pemerintah Indonesia harus memperhatikan disparitas harga BBM agar tidak mendorong penyelewengan atau penyelundupan BBM dari dalam atau luar negeri.

116 7. Peningkatan sistem pengamanan perusahan minyak di Indonesia senantiasa dijaga. 8. Pemerintah Indonesia harus lebih memperhatikan kejahatan maritim, tidak hanya fokus terhadap kejahatan perompakan, pembajakan dan terorisme. Permasalahan maritim lainnya termasuk penyelundupan BBM memiliki tingkat urgensi yang sama. Sehingga kerja sama dengan negara ASEAN lainnya dapat diperluas tidak sebagai operasi penanganan perompakan dan pembajakan. Saran bagi peneliti lain yang hendak meneliti mengenai pencurian minyak dapat menjelaskan lebih mendetail tentang penyelundupan BBM ke negara-negar konsumen. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak secara mendetail dibahas karena fokus membahas pencurian minyak. Selain itu, penelitian ini hanya membahas pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan penyelewengan BBM bersubsidi. Padahal pencurian minyak lebih besar yang dilakukan pejabatpejabat penting tidak kalah mengkhawatirkan dan perlu diteliti. Dengan meneliti bagain-bagian tersebut akan memperkaya pengetahuan dan melengkapi penelitian ini.