KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Menurut observasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG

STRATEGI PENETAPAN HARGA PROYEK OLEH KONTRAKTOR YOGYAKARTA

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

Penggunaan Analisis Multidimensional Scaling Untuk Mengetahui Kemiripan Rumah Makan Di Manado Town Square Berdasarkan Kerakteristik Pelanggan

PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DALAM STANDAR ISO 9000:2000 OLEH KONTRAKTOR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Project life cycle. Construction. Tender Document. Product

BAB I LATAR BELAKANG

TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN PROYEK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

TUGAS MAKALAH PERAN KONSULTAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION OLEH KONTRAKTOR DALAM PROYEK GEDUNG DI INDONESIA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1971 setelah penggunaan nama PT Pembangunan Perumahan pada

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang sangat pesat, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KINERJA KONTRAKTOR KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN NGADA

PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBELIAN MATERIAL KONSTRUKSI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PEMBERLAKUAN SYARAT SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA MANDOR DI LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang baik diantaranya iklim usaha yang kondusif, situasi ekonomi nasional yang stabil

FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEREJA BNKP MEDAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KOTAMADYA KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

ANALISIS KINERJA PROYEK KONSTRUKSI

MASA DEPAN INDUSTRI EPC ; TANTANGAN BUMN EPC (2017)

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah seni, ilmu (science) maupun

STUDI PRAKTEK ESTIMASI BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

Strategi Menentukan Harga Jual, Sewa dan Profit produk Properti

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi yang dilakukan

BAB II PROFIL PT. LAMPIRI DJAYA ABADI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PENILAIAN BIAYA DAMPAK RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK JALAN DAN JEMBATAN STUDI KASUS DI PT.WIJAYA KARYA DSU-1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang bagus dipercaya dapat mempengaruhi nilai dan kepuasan nasabah sehingga

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah sendiri.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang sudah didapat mengenai pemahaman dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di dunia bisnis. Ketatnya persaingan bisnis tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA Peter Kaming 1, Ferianto Raharjo 2, dan Putu Ika Swantari 1 1 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44, PO Box 1086, Yogyakarta, 55281. Email: kaming@mail.uajy.ac.id 2 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari 44, PO Box 1086, Yogyakarta, 55281. Email: feri@mail.uajy.ac.id ABSTRAK Industri jasa kontruksi adalah bisnis yang penuh dengan persaingan ketat. Banyaknya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi terutama kontraktor, mengakibatkan tingginya persaingan antara masing-masing perusahaan tersebut. Sejalan dengan kondisi meningkatnya persaingan, maka perusahaan jasa konstruksi dituntut untuk selalu meningkatkan daya saingnya dalam bentuk kompetensi dan kinerjanya. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk meneliti karakteristik dari perusahaan jasa konstruksi dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan daya saing di pasar global. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan menjadi penentu kesuksesan perusahaan jasa konstruksi, yaitu faktor internal. Faktor internal merupakan salah satu faktor yang penting di dalam menentukan strategi untuk pengembangan perusahaan. Faktor internal ini antara lain terdiri dari manajemen, budaya perusahaan, sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya lainnya. Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi key performance indicator perusahaan dan memetakan posisi daya saing kontraktor-kontraktor besar Indonesia. Metode analisis dilakukan secara deskriptif untk identifikasi daya saing dan dilanjutkan dengn teknik multiple dimensional untuk memetakan posisi daya saing kontraktor Indonesia. Dari sebanyak 21 kontraktor nasional berpartisipasi dalam studi ini menunjukkan bahwa lima faktor yang paling mempengaruhi daya saing kontraktor Indonesia adalah: manajemen K3 dan lingkungan; rekaman kinerja proyek; manajemen kontrak dan resiko; kualitas sumber daya manusia; dan tingkat kredibilitas dari kontraktor. Sedangkan hasil pemetaan dari 21 kontraktor menghasilkan 4 kelompok mencirikan kemiripan karakteristik dan faktor-faktor internal yang mempengaruhi keunggulan daya saing antar perusahaan. Kata kunci : kontraktor Indonesia, daya saing, strategi, key performance indicator, multidimensional scaling 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri kontraktor pada beberapa tahun terakhir ini memang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan sektor konstruksi diperkirakan dapat mencapai 10% - 15% seiring program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) hingga 2025. Saat ini rata-rata pertumbuhan sektor tersebut per tahun mencapai 7% - 8%. Dari keadaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa industri konstruksi merupakan salah satu industri yang menjanjikan hingga 10 tahun ke depan. Ditambah lagi dengan adanya dukungan dari pemerintah yang mendorong sinergi antara kontraktor kecil, menengah, dan besar untuk menggarap proyek-proyek tersebut. Selain itu, dengan akan diadakannya AFTA pada tahun 2015 dimana akan dibentuk suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan Cina, membuat industri kontraktor akan menjadi pusat perhatian investor dari luar negeri. Dengan adanya pasar bebas, maka akses yang dimiliki oleh investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan sangat besar. Hal ini didukung dengan bukti jumlah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor dimana hingga saat ini, di Indonesia, terdapat sekitar 180.000 unit usaha.tentunya dengan jumlah unit usaha yang sangat banyak ini, persaingan antar masing-masing perusahaan yang bergerak di industri konstruksi tersebut pastinya sangatlah tinggi. Industri kontraktor itu sendiri adalah industri yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Jasa konstruksi dapat didefinisikan sebagai layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Melihat dari banyaknya jaringan bisnis yang ada pada sebuah industri konstruksi, maka dapat MK - 27

dipastikan hal ini akan menjadi fokus utama persaingan. Semakin lengkap jaringan bisnis pada sebuah perusahaan yang bergerak di industri konstruksi, maka semakin tinggi pula daya saing yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi dan menjadi penentu kesuksesan perusahaan jasa konstruksi, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan market forces. Faktor internal perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mempunyai pengaruh sebesar 42% terhadap kesuksesan perusahaan. Pengaruh faktor internal terhadap kesuksesan suatu perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi didominasi oleh manajemen, peralatan, sumber daya manusia, budaya perusahaan, dan keuangan. Faktor internal merupakan salah satu faktor yang penting di dalam menentukan strategi untuk pengembangan perusahaan. Faktor internal ini antara lain terdiri dari manajemen, budaya perusahaan, sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya lainnya (Das & Teng, 2000). Sejalan dengan meningkatnya persaingan, maka menuntut perusahaan jasa konstruksi untuk selalu meningkatkan kualifikasi dan kinerjanya, mengingat persaingan dan banyaknya pesaing yang ada. Melihat hal tersebut, maka sangatlah penting untuk meneliti karakteristik dari perusahaan jasa konstruksi dalam mengembangkan usahanya serta meningkatkan daya saing di pasaran global. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. indikator apa saja yang mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan kontraktor besar di Indonesia? 2. bagaimana karakteristik perusahaan kontraktor besar di Indonesia? 3. bagaimana mapping perusahaan kontraktor besar di Indonesia berdasarkan karakteristik dan Key Competitiveness Indicators? Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. penelitian ini hanya dilakukan pada kontraktor golongan besar di Indonesia; 2. obyek studi yang dibahas hanya pada key competitiveness indicators (KCIs) dan karakteristik perusahaan kontraktor besar di Indonesia; 3. penelitian dilakukan berdasarkan sudut pandang top manager perusahaan jasa konstruksi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. mengidentifikasi key competitiveness indicator perusahaan kontraktor besar di Indonesia; 2. mengidentifikasi karakteristik perusahaan kontraktor besar di Indonesia; 3. mebuat mapping perusahaan kontraktor besar di Indonesia berdasarkan karakteristik dan key competitiveness indicators (KCIs). 2. TINJUAN PUSTAKA Industri Jasa Konstruksi di Indonesia Industri jasa konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi, termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industry (Hillebrandt, 2000). Jasa konstruksi adalah jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan rencana teknis/rancang bangun, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Prasarana dan sarana fisik merupakan landasan pertumbuhan sektor-sektor dalam pembangunan nasional, termasuk di sektor pertambangan, serta jasa konstruksi berperan pula sebagai penyedia lapangan kerja, maka jasa konstruksi penting dalam pembangunan nasional (Parikesit, dkk. 2007). Sebelum terjadi krisis moneter, sektor jasa konstruksi mengalami pertumbuhan yang cukup fantastik sehingga merupakan salah satu motor penggerak sektor perekonomian yang utama. Kontraktor Besar Menurut LPJK Kontraktor adalah salah satu jasa di industri konstruksi menurut UU no 2 tahun 2017. Adapun lingkup dan besarnya jasa yang dilayani ditentukan dengan kualifikasinya. Adapun kualifikasi Badan Usaha Jasa Golongan Besar menurut Peraturan Lembaga LPJK No 11a Tahun 2008 adalah sebagai berikut ini. Golongan Besar I meliputi kriteria: 1) Kekayaan bersih: Lebih dari Rp 10 milyar sampai dengan Rp 50 milyar. 2) Pengalaman: a) Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, Nilai Pengalaman Tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sekurang-kurangnya adalah Rp 16.66 Milyar pada pekerjaan subkualifikasi usaha Menengah 2 (M2) dan MK - 28

wajib memiliki PJBU (Penanggungjawab Badan Usaha), PJT (Penanggungjawab Teknik) dan PJK (Penangungjawab Klasifikasi) secara terpisah; b) Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurang-kurangnya adalah Rp 50 milyar pada subkualifikasi usaha Menengah 2 (M2) dan untuk setiap Klasifikasi memiliki PJK yang tidak boleh merangkap (PJK minimal memiliki sertifikat setara PJT). 3) PJT: 1 orang bersertifikat minimal SKA tingkat madya. 4) PJBU: Wajib memiliki PJBU yang terpisah dari PJT dan PJK. 5) Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan: 0 sampai dengan Rp 250 Milyar. 6) Batasan Nilai Satu Pekerjaan: Maksimum Rp 250 Milyar. 7) Jumlah Paket: 6 atau 1.2 x N. 8). Maksimum jumlah subklasifikasi dan klasifikasi: Maksimum 14 Subklasifikasi dalam 4 klasifikasi yang berbeda. Golongan Besar II meliputi kriteria: 1) Kekayaan bersih: Lebih dari Rp 50 milyar sampai dengan tak terbatas. 2) Pengalaman: a) untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, Nilai Pengalaman Tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sekurang-kurangnya adalah Rp83.33 Milyar pada pekerjaan subkualifikasi usaha besar 1(B1); dan Wajib memiliki PJBU, PJT dan PJK secara terpisah; b) Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurang-kurangnya adalah Rp 250 Milyar pada subkualifikasi usaha Besar1 (B1) dan Untuk setiap Klasifikasi memiliki PJK yang tidak boleh merangkap (PJK minimal memiliki sertifikat setara PJT). 3) PJT: 1 orang bersertifikat minimal SKA tingkat utama atau SKA (Sertifikat Keahlian Ahli) tingkat Madya. 4) PJBU: Wajib memiliki PJBU yang terpisah dari PJT dan PJK. 5) Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan: 0 sampai dengan tak terbatas. 6) Batasan Nilai Satu Pekerjaan: Tak Terbatas. 7) Jumlah Paket: 6 atau 1.2 x N. 8) Maksimum jumlah subklasifikasi dan klasifikasi: Tak Terbatas. Daya Saing (Competitiveness) Istilah daya saing berasal dari kata daya yang bermakna kekuatan, dan kata saing yang berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan oleh kelompok atau institusi tertentu. Konsep daya saing mengacu pada kemampuan untuk mencapai dominasi dan kemantapan dalam kompetisi antara perusahaan individual dan pesaing ditingkat mikro (perusahaan) dan antara ekonomi pada tingkat ekonomi makro (Markus, 2008). Daya saing (competitiveness) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat hirarki yaitu negara (makro), sektor industri (meso) dan perusahaan (mikro) (Momaya dan Selbi, 1998). Daya saing negara didefinisikan sebagai suatu lingkungan nasional yang dapat membangun bisnis. Daya saing sektor didefinisikan sebagai sektor bisnis yang menawarkan potensi untuk tumbuh dan ROI (return oninvestment) yang menarik. Konsep ini bisa didefinisikan sebagai kemampuan kolektif perusahaan untuk bersaing secara internasional. Daya saing perusahaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendesain, memproduksi, dan memasarkan produk yang lebih superior dibanding pesaingnya, dengan mempertimbangkan harga dan kualitas. Menurut Kadin (2002), kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mencapai industri jasa konstruksi yang kuat dan tangguh yaitu: 1. Tersedianya tenaga manajemen maupun tenaga ahli yang profesional dalam jumlah yang cukup. 2. Bahan baku/material yang distandardisasi secara nasional dan diproduksi sesuai dengan kebutuhan. 3. Peralatan konstruksi harus diperoleh dengan mudah dan kompetitif. 4. Sistem informasi industri jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai dari konsepsi proyek sampai saat-saat pelelangan. 5. Pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan efisien sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengalami beberapa permasalahan yang sering terjadi pada industri jasa konstruksi yang mengakibatkan rendahnya daya saing, yaitu: 1. Buruknya sikap mental dan perilaku oknum. Menurut Pranoto (2005), yang menjadi penyebab berbagai permasalahan di sektor konstruksi dan investasi diindonesia adalah adanya korupsi, kolusi dan nepotisme, monopoli dan praktek persaingan usaha yang tidak sehat yang merupakan akibat dari bobroknya moral dan sikap mental (attitude) dan buruknya perilaku oknum. 2. Kurangnya daya saing dengan kontraktor asing akibat keterbatasan dana dan teknologi. Menurut penjelasan Sutjipto (1991), fasilitas jaminan bank kontraktor Indonesia masih sering ditolak oleh pemilik proyek di luar negeri yang menyebabkan kontraktor nasional masih sangat kesulitan untuk bersaing dengan kontraktor asing yang mampu memperoleh finansial dengan bunga rendah di negaranya. Selain itu, akibat keterbatasan kemampuan pemerintah maupun swasta untuk membiayai pembangunan proyek-proyeknya dengan anggaran dalam negeri, maka menyebabkan hampir semua proyek-proyek besar milik pemerintah maupun swasta dibiayai oleh dana pinjaman luar negeri. Dengan menggunakan alasan bahwa kontraktor nasional belum berpengalaman dan berkemampuan dalam teknologinya, investor asing cenderung membawa kontraktor dari negaranya. Akibatnya, secara otomatis kontraktor-kontraktor asing masuk bersama dengan datangnya pinjaman luar negeri tersebut. MK - 29

3. Kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya peran jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu ditumbuh kembangkan (Trisnowardono, 2002). Indikator Kunci Daya Saing Perusahaan Jasa Konstruksi Berdasarkan penelitian Langford dan Male (2001), dijelaskan beberapa indikator kunci daya saing (key competitive indicators) perusahaan jasa konstruksi seperti ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Key Competitive Indicators Menurut Langdon dan Male (2001). 1. Corporate Image a. Organization's credibility b. Qualification of the company c. Project performance record 2. Technology and innovation a. Technology know-how b. Technology advancement c. Investment on R&D d. Conversant with local practice 3. Marketing capability a. Market coverage b. Procurement ability c. Ability to forecast market changes d. Relationship with clients and consultants 4. Financial capability a. Financial status b. Credibility grade c. Payment to subcontractors or suppliers d. Loan repayment 5. Project management skill a. Site progress management b. Quality control c. Coordination with subcontractors d. Contract and risk management e. Environmental and safety management f. Knowledge about local construction law 6. Organization & Human resource a. Organizational structure and culture b. Quality of personnel c. Effectiveness of training program d. Effectiveness of internal cooperation 3. METODE PENELITIAN Yang menjadi objek atau sasaran dalam melakukan penelitian ini yaitu perusahaan perusahaan kontraktor golongan besar dan respondennya adalah bagian top manajemen dari perusahaan tersebut yang akan bertindak sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada manajer di perusahaan konstruksi. Komposisi kuisioner berisi tentang: 1) Data diri responden, yang meliputi nama, umur, pendidikan terakhir, alamat perusahaan, posisi responden di perusahaan, masa kerja responden dan kualifikasi/gred kontraktor. 2) Isi kuisioner ini berisi tentang pertanyaan mengenai karakteristik perusahaan berdasarkan kualifikasi badan usaha jasa konstruksi dan seberapa penting key competitiveness indicator pada perusahaan tersebut. Metode analisis data untuk mengidentifikasikan indikator kunci daya saing digunakan statistik deskriptif. Selanjutnya untuk pemetaan posisi kontraktor besar Indonesia dengan menggunakan analisis Multidimensional Scaling (MDS). Analisis multidimensional scaling merupakan salah satu teknik peubah ganda yang dapat digunakan untuk menentukan posisi suatu objek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. MDS digunakan untuk mengetahui hubungan interdepensi atau saling ketergantungan antar variabel atau data. MDS dibedakan atas MDS berskala metrik dan MDS berskala non-metrik. Menurut Ginanjar (2008), untuk melakukan analisis data MDS digunakan nilai-nilai yang menggambarkan tingkat kemiripan atau tingkat ketakmiripan antar objek yang disebut proximity yang terbagi atas similarity (kemiripan) dan dissimilarity (ketakmiripan). Berdasarkan tipe data tersebut, MDS dibagi menjadi dua yaitu multidimensional scaling metrik dan multidimensional scaling non-metrik. Namun pada penelitian ini metode yang digunakan adalah multidimensional scaling metrik. Setelah pengelompokan dilakukan, selanjutnya dikaji kemiripan dan perbedaan dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Setelah penyajian dan pembahasan tabel hasil survey, kemudian untuk tahap selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis multidimensional scaling yang tujuannya untuk menentukan posisi suatu objek dengan objek lain berdasarkan kemiripannya. Kemudian, dilakukan denganmencari perbedaan dengan ANOVA. Selanjutnya dilakukan dengan multiple comparison technique untuk mencari signifikansi perbedaan ke empat kelompok kontraktor. MK - 30

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Survei Dari 30 kuesioner yang disebarkan kepada calon responden, sebanyak 21 kuesioner telah dikembalikan dan diisi dengan tepat. Hasil survei disajikan pada penjelasan berikut. Berdasarkan jabatan responden yang dimiliki masingmasing perusahaan: Direktur Finance= 7 (33%); Kepala Cabang = 10 (48%); Project Manager = 4 (19%). Berdasarkan umur responden: 20 40 tahun = 7 (33%); dan 40 60 tahun = 14 (67%). Berdasarkan tingkat pendidikan responden S2 = 1 (5%); S1 = 20 (95%). Berdasarkan pengalaman kerja responden: 0 5 tahun= 3 (14%); > 5 15 tahun = 4 (19%); dan > 15 30 tahun = 14 (67%). Analisis Key Competitiveness Indicator Perusahaan Kontraktor Besar di Indonesia Untuk mengetahui indicator apa saja yang mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan kontraktor besar di Indonesia maka digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan analisis mean. Hasil tingkat indikator yang mempengaruhi keunggulan bersaing antar kontraktor dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Tingkat Pengaruh Key Competitiveness Indicators terhadap Daya Saing Perusahaan Besar di Indonesia, Mean, SD, dan Rank dari Key Competitive Indicators. Key Competitiveness Indicators Mean SD Ranking 1. Corporate Image a. Organization s credibility 4,57 0,68 9 b. Qualification of the company 4,62 0,50 6 c. Project performance record 4,81 0,40 3 2. Technology and innovation a. Technology know-how 4,24 0,44 17 b. Technology advancement 4,57 0,51 7,5 c. Investment on R&D 4,05 0,74 24 d. Conversant with local practice 4,24 0,70 18 3. Marketing capability a. Market coverage 4,48 0,51 12 b. Procurement ability 4,14 0,48 20 c. Ability to forecast market changes 4,33 0,58 15 d. Relationship with clients and consultants 4,52 0,60 10,5 4. Financial capability a. Financial status 4,57 0,51 7,5 b. Credibility grade 4,67 0,48 5 c. Payment to subcontractors or suppliers 4,10 0,70 22,5 d. Loan repayment 4,05 0,86 25 5. Project management skill a. Site progress management 4,29 0,64 16 b. Quality control 4,38 0,67 13,5 c. Coordination with subcontractors 4,14 0,85 21 d. Contract and risk management 4,81 0,40 3 e. Environmental and safety management 4,86 0,48 1 f. Knowledge about local construction law 4,38 0,67 13,5 6. Organization and Human Resource a. Organizational structure and culture 4,10 0,70 22,5 b. Quality of personnel 4,81 0,40 3 c. Effectiveness of training program 4,19 0,60 19 d. Effectiveness of internal cooperation 4,52 0,60 10,50 Sumber: Data diadopsi dari Swantari (2015) Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 dari 21 kontraktor, indikator yang paling mempengaruhi dalam keunggulan bersaing antar kontraktor di Indonesia adalah 1) environmental dan safety management (mean 4,86 dan SD 0,48). Jika perusahaan konstruksi lalai dalam mengantisipasi kontaminasi terhadap lingkungan akibat efek dari pengerjaan proyek, maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian finansial yang besar jika hal ini benar terjadi. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap daya saing perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami kerugian finansial sampai bangkrut. Manajemen keahlian proyek yang baik membantu kontraktor untuk mempertahankan dan MK - 31

meningkatkan efektivitas dalam operasi mereka dan memiliki keunggulan kompetitif dalam penawaran. Kemudian dilanjutkan rekam kinerja proyek/project performance record (mean 4,81 dan SD 0,40). Manajemen kontrak dan resiko/contract dan risk management yang artinya dalam proses tender, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam kontrak. Jika perusahaan konstruksi lalai dalam memenuhi persyaratan ini, serta kurangnya perhatian terhadap resiko-resiko yang kemungkinan terjadi maka tipis kemungkinan untuk memenangkan tender, yang berarti daya saing perusahaan juga akan rendah (mean 4,81 dan SD 0,40) serta kualitas personil/quality of personnel maksudnya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, karena dengan tenaga ahli yang berkualitas, perusahaan konstruksi dapat menghasilkan kualitas pekerjaan sesuai dengan keinginan dan harapan owner. Jika owner puas dengan hasil pekerjaan yang dihasilkan kontraktor, maka akan selalu diberikan kepercayaan untuk mengerjakan proyek. Hal ini tentunya akan meningkatkan daya saing dan profit perusahaan (mean 4,81 dan SD 0,40). Indikator kelima adalah merupakan tingkat kredibilitas/credibility grade (mean 4,67 dan SD 0,48). Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Besar Untuk memudahkan dalam mendeskripsikan jawaban kuesioner tentang karakteristik perusahaan jasa konstruksi kualifikasi besar maka dikelompokan sesuai dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan karakteristik jasa konstruksi kualifikasi besar seperti faktor personalia/sumber daya manusia, faktor keuangan, faktor pengalaman kerja, dan faktor peralatan. Faktor personalia/sumber daya manusia terdiri dari enam pertanyaan untuk mengetahui tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha, tingkat pendidikan penanggung jawab teknik badan usaha, sertifikat yang dimiliki oleh penanggung jawab teknik badan usaha, jumlah tenaga kerja, asal tenaga kerja serta status tenaga ahli yang dipekerjakan. Faktor keuangan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui nilai proyek pekerjaan sepuluh tahun terakhir, kekayaan bersih, dan modal yang dimiliki. Faktor pengalaman kerja terdiri dari enam pertanyaan untuk mengetahui jumlah proyek pekerjaan yang dikerjakan dalam sepuluh tahun terakhir, pengguna jasa yang paling sering memakai jasa perusahaan, lama pengalaman di bidang konstruksi, sub bidang pekerjaan yang sering dikerjakan, sistem pengadaan dalam memperoleh pekerjaan, dan lingkup wilayah lelang yang diikuti. Faktor peralatan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui status peralatan yang dimiliki, jumlah peralatan kerja yang dimiliki dan umur peralatan kerja yang dimiliki. Analisis Multidimension Scaling (MDS) Hasil dari pengolahan program MDS ini didapatkan koordinat (stimulus coordinates) masing-masing kontraktor besar di Indonesia yang ditunjukkan pada konfigurasi dijabarkan dalam 2 dimensi. Berdasarkan koordinat dari dua dimensi tersebut, dapat dihasilkan peta posisi dari masing-masing kontraktor besar dengan konfigurasi kelompok kontraktor yang memiliki kemiripan. Lihat Swanatri (2015). a. Kelompok 1: WIKA, HK, PP, WASKITA, ADHI dan TOTAL merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang paling bersaing di Indonesia karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. Sedangkan SBBK walaupun terletak dikuadran yang sama tetapi jarak titiknya berjauhan dengan kontraktor besar lainnya ini berarti perusahaan tersebut kurang memiliki kemiripan karakteristik maupun persepsi indikator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. b. Kelompok 2: TJS, PMU dan CHU merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang kurang bersaing diantara ketiganya. Dilihat dari Jarak titik antara ketiga perusahaan berjauhan di kuadran yang sama artinya ketiga perusahaan ini tidak ada kemiripan dalam hal karakteristik maupun persepsi indicator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. c. Kelompok 3: LB, TIB, SSR, SKS, AM dan TOM merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang sedang bersaing di Indonesia karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. KK juga termasuk kelompok 3 karena jarak titiknya yang lebih dekat dengan SKS d. Kelompok 4: NRC, NINDYA dan ADP merupakan kelompok perusahaan kontraktor yang kurang bersaing dilihat dari jarak antar titik yang berjauhan. Perbandingan Karakteristik kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan Kelompok 4 dalam penelitian ini adalah tercantum pada Tabel 3. Lebih detail dapat di lihat di Swantari (2015). Tabel 3. Komparasi Daya Saing Empat Kelompok Kontraktor Berdasarkan Karakteristiknya. Kelompok 1 2 3 4 1 0.126 0.001 0.000 2 0.126 0.000 0.000 3 0.001 0.000 0.001 4 0.000 0.000 0.001 MK - 32

Sumber: Swantari, (2015) Dari tabel 4.26 terlihat bahwa karakteristik perusahaan antara kelompok 1, kelompok 2 memiliki persamaan didalam melakukan persaingan (0,126). Jika dilihat pada lampiran profil perusahaan, persamaan yang dimiliki kedua kelompok ini ada pada sub bidang layanan dari masing-masing perusahaan yang mana sama sama bergerak dibidang kontruksi bangunan & infrastruktur. Sedangkan kelompok yang memiliki karakteristik yang berbeda adalah kelompok 1 dan kelompok 3 (0,001). Kelompok 1 hampir sebagian besar merupakan BUMN sedangkan kelompok 2 merupakan perusahaan swasta. Perbedaan lain yang ada antara kedua kelompok ini terletak pada lamanya perusahaan berdiri, jenis sub bidang layanan yang dimiliki masing-masing perusahaan, asset dan jumlah karyawan yang dimiliki. Dari total asset perusahaan yang dimiliki, PT.Wijaya Karya memiliki asset terbesar yaitu Rp. 15.915.161.682.000 dengan sub bidang pekerjaan meliputi perumahaan, gedung, infrastruktur, irigasi, EPC dan investasi. Selanjutnya yang memiliki asset terbesar adalah PT. Pembangunan Perumahan (PP) sebesar Rp. 14.611.865.000.000, PT. Waskita Karya sebesar Rp. 12.542.042.000.000, PT. Adhi Karya sebesar Rp. 10.458.882.000.000, PT. Hutama Karya sebesar Rp. 5.993.122.641.820 dengan sub bidang pekerjaan meliputi perumahaan, gedung, infrastruktur, irigasi, EPC dan investasi. Sedangkan perusahaan yang memiliki asset < 1 Triliun adalah perusahaan PT. Kresna Karya, PT. Surya Karya Sari, PT. Tenaga Inti Buwana, PT. Suradi Sejahtera Raya, PT. Nata Putra, PT. Tom Konstruksi dan PT. Laju Baru. Perusahaan-perusahaan yang memiliki asset < 1 Triliun hanya bergerak dibidang infrastruktur, perumahan dan gedung. Sedangkan dilihat dari tahun berdirinya perusahaan yan memliki asset > 1 Triliun sudah berdiri > 50 tahun, sedangkan perusahaan-perusahaan yang memiliki asset < 1 Triliun < 50 Tahun. Ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki usia yang lebih lama, memiliki pengalaman dan tingkat kepercayaan yang lebih dalam menjalankan perusahaan sehingga dapat menambah nilai investasi dalam perusahaan tersebut. Ini juga terlihat dari jumlah karyawan yang dimiliki. Terlihat bahwa perusahaan yang memiliki asset > 1 Triliun dan usia > 50 tahun mempunyai jumlah karyawan yang lebih banyak dari perusahaan yang lainnya. Perbedaan Kelompok 1 dan 4 (0,000) terletak pada sub bidang layanan dimana hampir semua perusahaan yang ada pada kelompok 1 meliputi perumahaan, gedung, infrastruktur, irigasi, EPC dan investasi sedangkan pada kelompok 4 hanya meliputi perumahaan, gedung dan infrastruktur. Selanjutnya perbedaan antara kelompok 2 dan kelompok 3 (0,000) terletak pada jumlah asset dan sub bidang layanan tiap perusahaan. Pada kelompok 2 terdapat PT. Tunas Jaya Sanur dan PT. Pulau Mas Utama yang memiliki total asset > 1 Triliun sedangkan untuk kelompok 3 rata-rata total asset yang dimiliki perusahaan < 1 Triliun untuk sub bidang layanan yang dikerjakan, kelompok 2 meliputi pekerjaan perumahan dan gedung, sedangkan kelompok 3 hanya meliputi pekerjaan infrastruktur saja. Adapun perbedaan kelompok 2 dan kelompok 4 (0,000), kelompok 2 sub bidang layanan yang dikerjakan meliputi pekerjaan perumahan dan gedung, sedangkan kelompok 4 sub bidang layanan yang dikerjakan meliputi pekerjaan perumahan,gedung dan infrastruktur. Selanjutnya, kelompok 3 dan kelompok 4 (0,001) terdapat perbedaan pada jumlah asset yang dimiliki antar perusahaan. Jumlah asset pada kelompok 3 ratarata < 250 Milyar sedangkan jumlah asset pada kelompok 4 > 250 Milyar. Untuk mengetahui Key Competitiveness Indicators perusahaan yang berbeda antara kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4, penulis menggunakan uji LSD. Dengan melihat hasil uji tersebut, dapat di peroleh karakteristik perusahaan mana yang berbeda dan yang sama dalam melakukan daya saing di Indonesia seperti terlihat pada Tabel 4. Lebih detail dapat dilihat di Swantari (2015). Tabel 4. Signifikansi Perbandingan KCI Empat Kelompok Kontraktor kelompok 1 2 3 4 1 0.042 0.026 0.002 2 0.042 0.001 0.000 3 0.026 0.001 0.093 4 0.002 0.000 0.093 Sumber Swantari (2015). Dari Tabel 4. terlihat bahwa Key Competitiveness Indicators perusahaan antara kelompok 3 dan kelompok 4 memiliki persamaan persepsi dalam tingkat pengaruh key competitiveness indivators yang diadopsi dari penelitian Yang Tao di Hongkong terhadap daya saing antar kontraktor besar di Indonesia (0,093). Terlihat bahwa sebagian besar kontraktor memilih kemampuan keuangan dan keterampilan pada manajemen proyek tiap perusahaan merupakan indicator yang berpengaruh terhadap daya saing. Sedangkan, kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda adalah kelompok 1 dan kelompok 2 (0,042), kelompok 1 dan kelompok 3 (0,026), kelompok 1 dan 4 (0,002), kelompok 2 dan kelompok 3 (0,001), kelompok 2 dan kelompok 4 (0,000). Misalnya indikator "Tingkat investasi pada Penelitian dan Pengembangan" tidak dianggap sebagai indikator yang paling berpengaruh terhadap daya saing kontraktor di indonesia, hal ini menunjukkan kemampuan teknologi beberapa perusahaan yang lebih rendah dari kontraktor lainnya. MK - 33

Perbandingan Dengan Penelitian Lain Penelitian mengenai Competitive of Contractors yang pernah dilakukan sebelumnya adalah Penelitian di Hong Kong oleh Yong-tao Tan yang berjudul Contractor Key Competitiveness. Menurut Tan, pasar konstruksi di negara maju atau daerah seperti Hong Kong memiliki daya saing yang nyata. Ini menyajikan pentingnya bagi kontraktor untuk mendapatkan pemahaman yang tepat tentang bagaimana praktek daya saing mereka dinilai dalam pasar konstruksi tertentu. Penelitian ini memperkenalkan sistem indikator daya saing untuk menilai daya saing kontraktor dari enam aspek: citra perusahaan, teknologi dan inovasi, kemampuan pemasaran, kemampuan pembiayaan, keterampilan manajemen proyek, dan organisasi dan sumber daya manusia. Indikator daya saing utama (KPI) diidentifikasi, yang akan digunakan untuk meningkatkan efisiensi memahami daya saing kontraktor dalam industri konstruksi Hong Kong. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan baik dengan klien, pemerintah departemen, dan konsultan profesional dapat keuntungan kompetitif bagi kontraktor. Kontraktor harus terlibat dalam berbagai jenis hubungan dengan peserta proyek. Hubungan kontraktor dengan klien, pemerintah departemen, dan konsultan profesional sangat penting, dan telah memiliki latar belakang yang berbeda dan keunggulan kompetitif dalam persaingan. Penelitian lain oleh Harijanto Setiawan yang berjudul Competitive Aggressiveness of Contractors: A study of Indonesia. Penelitian tersebut mengidentifikasi lima faktor kunci agresivitas daya saing kontraktor antara lain : 1) bertindak sebagai pemecah masalah bagi klien; 2) menjadi berbeda dibandingkan dengan pesaing; 3) membangun dan memelihara kepercayaan klien; 4) menjaga hubungan baik dengan klien; dan 5) posisi di pasar yang prihatin tentang kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agresivitas kompetitif kontraktor dilakukan melalui berbagai upaya untuk mendekati pemilik proyek dan untuk membangun kepercayaan klien. Oleh karena itu, hubungan yang baik dengan klien merupakan elemen kuat dari kontraktor untuk meraih kepercayaan klien. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Indikator yang paling mempengaruhi keunggulan bersaing antar perusahaan konstruksi di Indonesia adalah pada environmental dan safety management (mean 4,86 dan SD 0,48), project performance record (mean 4,81 dan SD 0,40), contract dan risk management (mean 4,81 dan SD 0,40), quality of personnel (mean 4,81 dan SD 0,40), dan yang terakhir merupakan credibility grade (mean 4,67 dan SD 0,48). 2. Dari 21 responden perusahaan kontraktor besar di Indonesia, sebanyak 100% perusahaan memiliki tingkat pendidikan penanggung jawab badan usaha dan tingkat pendidikan penanggung jawab teknik yang sama yaitu pada tingkat pendidikan S1/S2/S3. Sebanyak 100% rata-rata sertifikat yang dimiliki penanggung jawab teknik badan usaha tiap perusahaan adalah Sertifikat Keahlian Kerja. Sehingga untuk tingkat pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha dan sertifikat yang dimiliki oleh penanggungjawab teknik badan usaha dapat disimpulkan semua pengusaha jasa konstruksi memenuhi syarat dasar karena didalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tidak disebutkan latar belakang pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha, tetapi hanya diatur bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja. Sedangkan Peraturan Lembaga LPJK No.11a Tahun 1999 juga tidak mensyaratkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab teknik badan usaha, tetapi menyebutkan bahwa PJT (Penanggung Jawab Teknik) adalah tenaga ahli atau tenaga terampil bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab dalam hal teknik atas keseluruhan kegiatan Badan Usaha. Sebesar 28,57% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki kekayaan bersih antara Rp. 10 Milyar s.d Rp 50 Milyar, sebebsar 23,81% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 Milyar s.d Rp 250 Milyar, sebesar 9,52% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 250 Milyar s.d Rp 1 Triliun dan sebesar 38,10% perusahaan kontraktor besar di Indonesia memiliki nilai proyek lebih dari Rp 1 Triliun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pengusaha jasa konstruksi kualifikasi besar di Indonesia sudah memenuhi syarat dasar dalam PerLem LPJK No.11a Tahun 2008 mensyaratkan bahwa Usaha Golongan Besar memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 1 Milyar. Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 yang telah menetapkan besaran kekayaan bersih untuk kualifikasi kontraktor besar. Hal ini juga menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruksi semakin memiliki daya saing serta struktur usaha yang semakin andal sehingga mampu menghasilkan pekerjaan konstruksi yang berkualitas. 3. Hasil ALSCAL menunjukkan perusahaan-perusahaan kontraktor besar di Indonesia mengelompok dalam empat kelompok yaitu: a) Kelompok 1: WIKA, HK, PP, WASKIT, ADHI dan TOTAL merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang bersaing secara ketat di Indonesia karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. Sedanglan SBBK walaupun terletak dikuadran yang sama tetapi jarak titiknya berjauhan dengan kontraktor besar ke enam kontraktor lainnya ini berarti perusahaan tersebut kurang memiliki MK - 34

kemiripan karakteristik maupun persepsi indikator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. b). Kelompok 2: TJS, PMU dan CHU merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang bersaing dengan tingkatan sedang diantara ketiganya. Dilihat dari Jarak titik antara ketiga perusahaan berjauhan di kuadran yang sama artinya ketiga perusahaan ini kurang ada kemiripan dalam hal karakteristik maupun persepsi indikator yang mengungguli persaingan antar kontraktor besar. c). Kelompok tiga: LB, TIB, SSR, SKS, AM dan TOM merupakan kelompok perusahaan kontraktor besar yang bersaing ketat karena jarak titiknya yang berdekatan dan terletak di kuadran yang sama. KK juga termasuk kelompok tiga karena jarak titiknya yang lebih dekat dengan SKS. d). Kelompok 4: NRC, NINDYA dan ADP merupakan kelompok perusahaan kontraktor yang bersain dengan tingkatan kurang dilihat dari jarak antar titik yang berjauhan. Saran untuk pemerintah yang merupakan klien tunggal terbesar di industri konstruksi Indonesia dan bertanggung jawab untuk semua bangunan publik seperti rumah sakit dan sekolah-sekolah, dan semua proyek infrastruktur utama termasuk jalan, terowongan, saluran pembuangan, jembatan, dan lain-lain. Maka hubungan kontraktor yang baik dengan klien, arsitek, konsultan, subkontraktor, dan pemasok dapat membantu kontraktor untuk memiliki informasi lebih lanjut dan kesempatan untuk memperoleh kontrak konstruksi. Oleh karena itu, masuknya kontaktor pada daftar tender untuk pekerjaan pemerintah sangat penting didalam kompetensi. Kontraktor juga harus lebih menekankan pada teknologi dan inovasi, kemampuan pemasaran dan organisasi dan sumber daya manusia jika mereka ingin mencapai pertumbuhan dalam penghargaan kontrak. Kemampuan pemasaran yang baik dapat memungkinkan kontraktor untuk mencari peluang baru di pasar. Teknologi canggih dan sumber daya manusia yang baik memungkinkan kontraktor untuk menyediakan klien dengan pelayanan yang baik yang akan membangun reputasi kontraktor di industri. Reputasi yang baik juga akan membantu kontraktor menarik lebih banyak klien untuk bekerja sama dengan mereka. Membangun budaya organisasi yang sehat dan sistem manajemen sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kerjasama internal dan efisiensi kerja, sehingga keuntungan yang lebih tinggi dapat dicapai melalui menyelesaikan proyek-proyek konstruksi yang lebih efisien. DAFTAR PUSTAKA Das,T.K & Teng, S-H. 2000. Instabilities of Strategic Alliances: An Internal Tensions Perspective, Organizational Science, Vol 11, Issue 1, 77-101. Ginanjar, I. 2008. Aplikasi Multidimensional Scaling (MDS) Untuk Peningkatan Pelayanan Proses Belajar Mengajar (PBM). Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD, Bandung. Hilebrant, P.M. 2000. Econmic Theory and The Construction Industry, Palgrave Macmillan; 3rd Edition. Kadin, 2002, Industri Jasa Konstruksi di Indonesia, Kompartemen Jasa Konstruksi, Konsultasi, Real Estate dan Teknologi Tinggi, Kadin Indonesia, Jakarta, hal. 9 Langford, D. & Male, S. 2001. Strategic Management in Construction (2nd ed.). Oxford: Blackwell Science. LPJK NO. 11a tahun 2008 tentang Kualifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia Markus, G., 2008, Measuring Company Level Competiveness in Porter s Diamond Model Framework, FIKUSZ 2008 Business Sciences Symposium for Young Researchers: Proceedings : 149-158. Momaya, K. and Selby, K., 1998, International Competitiveness of the Canadian Construction Industry: A Comparison with Japan and the United States, Canadian Journal Civil Engineering 25: 640-652 Parikesit,D.; Suraji,A.; Purwanto, H.; Susilo, L.W.B. 2007 Sektor Konstruksi dan Pilihan Kebijakan Industri Konstruksi Ke Depan, Konferensi Nasional Teknik Sipil 1-2007 (KoNTekS 1), 64-87. Pranoto, 2005, Menyiasati KKN Sektor Konstruksi, Lembaga Pengemnagan Jasa Konstruksi Nasional, Indonesia. Setiawan, H. (2015) Competitive Aggressiveness of Contractors: a study of Indonesia. The 5th International Conference of Euro Asia Civil Engineering Forum (EACEF-5). Surabaya. Sutjipto, 1991, Strategi Industri Jasa Konstruksi Nasional Dalam Era Globalisasi, Jakarta, hal. 7, 9 Swantari, P.I. (2015) Kajian Daya Saing Kontraktor Besar Indonesia, Tesis, MTS-PPS, UAJY. Tan, Yongtao (2008). Contractor Key Competitiveness Indicators (KCIs) : A Hong Kong Study. Surveying and Built Environtment Vol 18 (2), 33-46. Timm, N. H. (2002). Applied Multivariate Analysis. Springer-Verleg. New York Trisnowardono, N., (2002). Menuju Usaha Jasa Konstruksi Yang Handal, Abdi Tandur, Jakarta UU (2017) Undang Undang Jasa Konstruksi no 2 Tahun 2017. MK - 35

MK - 36