BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi serta alat transmisi kebijakan moneter, seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 bahwa Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dalam praktiknya bank dibagi kedalam beberapa jenis, meliputi Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (Kasmir, 2015) Fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediasi yang mengumpulkan dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, bank merupakan perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit). Manajemen dana bank perlu dilakukan untuk mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitasnya. Hal tersebut membuat aktivitas bank lebih banyak yang berkaitan dengan kegiatan perkreditan baik secara langsung maupun tidak langsung (Muhammad, 2002). 1
2 Bank sebagai suatu lembaga yang kegiatannya mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank penting untuk terus melakukan penilaian kesehatan bank. Penilaian kesehatan bank salah satunya yaitu aspek likuiditas yang merupakan penilaian atas kemampuan bank dalam membayar semua hutanghutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih serta dapat memenuhi setiap permohonan kredit, bank yang selalu menjaga kinerja dan likuiditas yang baik dapat meningkatkan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan karena dapat menjaga kepercayaan masyarakat (Kasmir, 2015). Likuiditas suatu bank dapat diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga (Giro, Tabungan, Deposito dan Kewajiban jangka pendek lainnya) (Taswan, 2006). LDR merefleksikan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit dan mengumpulkan dana masyarakat, semakin tinggi rasio ini maka kemampuan bank tersebut semakin baik yang artinya bank dapat mengelola fungsi intermediasi secara optimal. Sebaliknya, semakin rendah rasio ini artinya bank tidak dapat mengelola fungsi intermediasi secara optimal. Rendahnya rasio ini menunjukkan jika bank semakin likuid, akan tetapi keadaan bank yang semakin likuid menunjukkan banyaknya dana menganggur sehingga memperkecil kesempatan bank untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar ( Buchory (2014) dalam (Ramadhani (2016)). Sebaliknya, semakin tinggi tingkat LDR menunjukkan semakin jelek kondisi likuiditas bank, karena penempatan pada kredit juga dibiayai dari dana yang sewaktu-waktu ditarik (Taswan, 2006). Tingkat LDR
3 haruslah dijaga agar tidak menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 17/II/PBI/2015 LDR seharusnya berada pada kisaran 78% sampai 92%. Permasalahan yang terjadi yaitu perbankan di tanah air pada tahun 2016 sedang mengalami pengetatan likuiditas, ditandai dengan rasio likuiditas atau LDR bank mengetat. Mengutip data terakhir OJK, kelompok buku III merupakan bank yang paling mengalami pengetatan likuidtas. LDR bank buku III menembus level 97,59% per september 2016, jauh diatas batas aman yang dipatok OJK sebesar 92%. Selain itu LDR industri perbankan tercatat 91,71%, disusul LDR buku I dan II masing-masing sebesar 81,59% dan 92,49%, sementara buku IV LDR sebesar 86,61%. Tak hanya itu pengetatan likuiditas atau LDR terlihat dari LDR Bank Tabungan Negara (BTN) yang per akhir oktober, LDR mencapai 103,26% atau tertinggi di antara 10 bank besar. Catatan, LDR delapan dari 10 bank besar penguasa likuiditas diatas 90%, selain itu terdapat pula LDR bank yang berada dibawah 78% terlihat dari LDR Bank Central Asia yang mencapai 77,1% pada tahun 2016 (http://keuangan.kontan.co.id oleh Galvan Yudhistira). Pengetatan likuiditas menjadi sangat berbahaya karena LDR merupakan hal yang sangat vital ketika LDR tumbuh terlalu tinggi. Perbankan Indonesia yang terdaftar di BEI tidak hanya mengalami masalah tingginya LDR yang melebihi batas atas sesuai ketentuan Bank Indonesia, namun tidak sedikit pula bank yang memiliki LDR dibawah 78%. Berikut kondisi LDR Perbankan yang berada dibawah 78% dan diatas 92% periode 2013-2016
4 Tabel 1.1 LDR Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013-2016 Kode Perbankan 2013 (%) 2014(%) 2015(%) 2016 (%) BABP 80,14 80.35 72,29 77,2 BACA 63,35 58,13 55,78 55,34 BBCA 75,4 76,8 81,1 77,1 BBHI 89,99 92,84 94,23 89,04 BBMD 102,35 101,3 101,61 80,93 BBTN 104,42 108,86 108,78 102,66 BBYB 76,58 85,71 88,95 95,74 BCIC 96,31 71,41 85 96,33 BDMN 95,1 92,6 87,5 91 BGTB 72,88 62,03 72,98 87,94 BINA 87,17 75,07 82,83 76,3 BJBR 96,47 93,18 88,13 86,7 BKSW 113,3 93,47 112,54 94,54 BMAS 85,73 77,2 92,96 99,88 BMRI 82,97 82,02 87,05 85,86 BNGA 94,49 99,46 97,98 98,38 BNII 87,04 92,67 86,14 88,92 BSIM 78,72 83,88 78,04 77,47 BSWD 93,76 88,06 82,06 82,7 BTPN 88 97 97 95 BVIC 73,39 70,25 70,17 68,38 DNAR 86,05 69,62 77,29 81,91 MEGA 57,41 65,85 65,05 55,35 NAGA 55,15 51,97 59,34 50,27 NISP 92,49 93,59 98,05 89,69 NOBU 45,72 53,99 72,53 53 Sumber: Laporan Tahunan Perbankan IDX Perbankan perlu memperhatikan pertumbuhan DPK, seperti yang dikatakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengimbau perbankan agar mewaspadai tantangan terkait penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sepanjang tahun ini. Pasalnya, posisi loan to deposit ratio (LDR) perbankan telah menyentuh 90 persen. LDR perbankan sudah cukup tinggi dan itu dapat menjadi tantangan besar. Padahal pertumbuhan dana itu sangat penting, karena merupakan salah satu upaya mencapai pertumbuhan kredit (http://beritasatu.com oleh Devie Kania).
5 Kaitannya dengan penilaian kesehatan bank melalui tinggi rendahnya LDR terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio suatu bank diantaranya yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Perfoming Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Sania & Wahyuni, 2016). Pengendalian likuiditas juga harus diperhatikan dengan melihat kesehatan manajemen, kualitas kredit, kekuatan modal dan perkembangan pendapatan (Taswan, 2006). Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang dihimpun dari masyarakat yang merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Biasanya dana tersebut berupa giro, deposito, dan tabungan. DPK yang selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan penyaluran kredit (Dendawijaya, 2009), dengan begitu semakin tingginya DPK maka semakin tinggi pula LDR (Hersugondo & Tamtomo, 2012). Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Modal merupakan faktor penting bagi bank dalam mengembangkan usahanya dan menampung risiko kerugian (Taswan, 2006). CAR yang tinggi mencerminkan stabilnya jumlah modal dan rendahnya risiko yang dimiliki oleh bank. Fungsi intermediasi dapat dilaksanakan dengan optimal jika didukung permodalan yang memadai ( Buchory (2014) dalam (Ramadhani (2016)). Sehingga dapat dikatakan jikan CAR besar maka LDR juga akan semakin besar (Ramadhani, 2016). NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL
6 mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004, hal. 231). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Hersugondo & Tamtomo, 2012) Kondisi CAR, NPL, DPK bank Konvensional yang terdaftar di BEI dapat terlihat dari gambar berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2013 2014 2015 2016 CAR (%) 15,538 16,279 18,064 19,763 NPL (%) 0,981 1,133 1,369 1,522 DPK (%) 12,496 7,996 5,795 5,778 LDR (%) 89,017 90,646 90,986 89,696 Sumber: Laporan Tahunan Perbankan (diolah) Gambar 1.1 Perbandingan antara CAR, NPL, dan DPK Terhadap LDR Berdasarkan gambar 1.1 terlihat bahwa LDR Perbankan yang terdaftar di BEI cenderung mengalami peningkatan, namun LDR tahun 2016 justru turun ketika CAR mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menunjukan adanya gap
7 dimana seharusnya peningkatan CAR diikuti juga dengan peningkatan LDR (Ramadhani, 2016). Gap juga terjadi pada NPL dimana NPL periode 2013-2016 mengalami peningkatan terus menerus namun tidak diikuti dengan penurunan LDR. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori dimana besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Hersugondo & Tamtomo, 2012). Garis statistik yang ditunjukan pada gambar 1.1 juga menunjukan bahwa DPK mengalami penurunan terus menerus, tetapi LDR justru mengalami peningkatan, kondisi tersebut menunjukan adanya gap antara teori dengan kenyataan dimana dengan semakin tingginya DPK maka semakin tinggi pula LDR, karena DPK yang akan mendorong penyaluran kredit (Dendawijaya, 2009). Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat gap antara teori dengan fakta mengenai LDR dengan CAR, NPL, dan DPK pada Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. Penelitian juga didukung oleh adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu dimana Achtar (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap likuiditas bank, Ritha & Radtya (2013) menyatakan CAR dan NPL signifikan berpengaruh negatif terhadap LDR, kemudian Prayudi (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial CAR, NPL tidak berpengaruh terhadap LDR. Sedangkan menurut Ramadhani (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap LDR, dan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR, Hersugondo & Tamtomo (2012) menyatakan
8 jika CAR berpengaruh positif terhadap LDR, NPL berpengaruh negatif terhadap LDR dan DPK tidak berpengaruh terhadap LDR, kemudian menurut Sania & Wahyuni (2016) menyatakan jika DPK berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit, NPL dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit, selain itu Satria & Subegti (2010) dalam penelitiannya menyatakan jika CAR berpengaruh terhadap penyaluran kredit, sedangkan NPL dan DPK tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit yang diukur dengan LDR. Sementara itu menurut Prabandari & Suryantini (2017) menyatakan jika NPL berpengaruh positif terhadap LDR, dan CAR tidak berpengaruh terhadap LDR, serta penelitian Akbar & Mentayani (2010) menyatakan NPL berpengaruh positif terhadap LDR. Berdasarkan fenomena dan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah CAR, NPL, dan DPK berpengaruh terhadap LDR Perbankan yang terdaftar di BEI, dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik: Pengaruh CAR, NPL, DPK Terhadap LDR Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI Periode 2013-2016 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dilakukan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
9 1. Bagaimana Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 2. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 3. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 4. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 5. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh secara simultan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Adapun maksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. menganalisis bagaimana Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016.
10 2. menganalisis pengaruh positif Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 3. menganalisis pengaruh negatif Non Performing Loan (NPL) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 4. menganalisis pengaruh positif Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 5. menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara simultan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 1.3.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. mendapatkan solusi mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 2. mendapatkan solusi mengenai permasalahan tentang pengaruh positif Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016.
11 3. mendapatkan solusi mengenai permasalahan tentang pengaruh negatif Non Performing Loan (NPL) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 4. mendapatkan solusi mengenai permasalahan tentang pengaruh positif Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 5. mendapatkan solusi mengenai permasalahan tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara simultan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi Penulis Diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai pengaruh CAR, NPL, dan DPK terhadap LDR serta menambah pengetahuan bidang akuntansi keuangan khususnya tingkat kesehatan bank. 2. Bagi pihak bank Diharapkan dapat memberikan masukan dan saran yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan keputusan dalam penyaluran kredit kaitannya dengan tingkat likuiditas bank.
12 3. Bagi Pembaca Diharapkan dapat menjadikan penelitian sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dibidang yang sama. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Perbankan Konvensional yang terdaftar di BEI periode 2013-2016. Dengan memperoleh data sekunder dari Bursa Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id. Waktu penelitian dimulai pada bulan September 2017 sampai dengan selesai.