I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya dan seluruh potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa dan aspirasi sendiri demi pembangunan daerahnya masing-masing dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimilikinya. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri manufaktur (Weiss dalam Tambunan, 2001). Sejak tahun 1983 hingga krisis ekonomi, peran sektorsektor primer (pertanian dan pertambangan) cenderung menurun, sedangkan peranan sektor-sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas dan air, serta konstruksi) dan sektor-sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, bank dan keuangan, dan
kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya) terus meningkat. Semakin lemahnya posisi sektor pertanian dan pertambangan didalam perekonomian nasional disebabkan laju pertumbuhan output rata-rata per tahun di kedua sektor tersebut relatif lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output rata-rata per tahun sektor-sektor sekunder (terutama industri manufaktur) dan tersier (khususnya keuangan dan perbankan). Perubahan ini dianggap sebagai salah satu konsekuensi dari proses pembangunan ekonomi jangka panjang. Namun dibandingkan sektor-sektor lain, sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air minum merupakan dua sektor yang dapat bertahan selama krisis ekonomi dengan tetap memiliki pertumbuhan positif walaupun sangat kecil. Sektor pertanian berperan bukan hanya terbatas untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis, dan penyediaan bahan pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dan perekonomian nasional dan regional, serta penyedia bahan baku bagi industri olahan yang berbasis pertanian. Distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor maka semakin besar pula peranan sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Sektor pertanian bukan merupakan sektor yang paling berperan dalam perekonomian Kota Bogor apabila dilihat dari kecilnya kontribusi sektor 2
tersebut terhadap PDRB Kota Bogor, namun demikian kontribusi sektor ini terhadap PDRB selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 1999 hingga 2003 terus mengalami peningkatan seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1999-2003 Tahun PDRB Sektor Pertanian (jutaan Rp) Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian(%) 1999 4.388,84 5,49 2000 4.701,80 7,13 2001 4.922,21 4,69 2002 5.004,50 1,67 2003 5.283,86 5,58 Sumber: BPS Kota Bogor, 2004 % PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Total 0,36 0,38 0,39 0,39 0,40 Walapun kontribusinya terhadap PDRB tidak besar, namun jumlah penduduk yang diserap oleh sektor pertanian tidaklah kecil. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian di Kota Bogor selama tahun 2000 hingga 2003 adalah rata-rata sebesar 4,34% per tahun. Pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 9.651 orang dan mengalami peningkatan hingga tahun 2003 menjadi 12.592 orang seperti terlihat pada Tabel 2. Peran sektor pertanian dalam penyediaan bahan pangan dilihat dari kemampuan produksi yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan konsumsi pangan masyarakat Kota Bogor selama tahun 2003 dipenuhi oleh produksi lokal dan suplai pangan dari luar daerah. Untuk bahan makanan padi palawija, kacang-kacangan, sayuran, ikan dan telur kebutuhan akan suplai dari luar daerah masih 3
cukup tinggi, sedangkan untuk kebutuhan akan daging dan susu, produksi lokal Kota Bogor sudah dapat memenuhinya. Kebutuhan akan daging sapi, domba, ayam dan babi yang dapat dipenuhi oleh produksi lokal sebesar 60,52%, sedangkan untuk susu adalah sebesar 84,23% (Dinas Pertanian, 2003). Tabel 2. Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2003 Kode Sektor/Lapangan Usaha Tahun 2000 2001 2002 2003 1. Pertanian 9.651 13.413 12.838 12.592 2. Pertambangan dan 1.535 1.352 2.202 2.004 penggalian 3. Industri pengolahan* 58.464 75.168 70.799 48.076 4. Listrik, gas, dan air bersih 949 1.014 1.834 1.971 5. Bangunan 15.949 20.610 15.635 18.680 6. Perdagangan, hotel, dan 80.143 78.911 81.121 73.191 restoran 7. Pengangkutan dan 14.508 27.444 23.475 26.711 komunikasi 8. Keuangan, persewaan, & 21.179 7.230 14.256 15.436 jasa perusahaan 9. Jasa-jasa 56.347 55.193 84.149 72.533 Jumlah 258.725 280.335 306.309 271.194 Sumber: BPS Kota Bogor, 2004 Sektor pertanian di Kota Bogor merupakan penyedia bahan baku bagi kegiatan agroindustri yang jumlahnya sejak tahun 1999 hingga 2003 terus mengalami peningkatan, yaitu dari total 1.574 unit usaha pada tahun 1999 berkembang menjadi 2.079 unit usaha pada tahun 2003. Unit usaha agroindustri di Kota Bogor terdiri dari usaha berskala besar atau menengah, skala kecil formal dan skala kecil non formal. Total nilai output dari agroindustri skala menengah/besar yang berjumlah 32 unit usaha di Kota Bogor pada tahun 2003 adalah Rp. 228.195.960,- atau sebesar 23,67% dari total nilai output sektor industri pengolahan seperti 4
terlihat pada Tabel 3. Sedangkan bila dilihat dari kontribusi agroindustri terhadap total PDRB Kota Bogor adalah sebesar 6,26%, nilai output tersebut belum termasuk nilai output atau produksi yang dihasilkan oleh agroindustri berskala kecil yang berjumlah 2.047 unit usaha. Nilai ini lebih besar dibandingkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Bogor pada tahun yang sama yaitu sebesar 0,40%. Untuk lebih menunjang kegiatan agroindustri yang sedang dikembangkan maka sektor pertanian di Kota Bogor harus lebih digalakkan kembali. Tabel 3. Nilai Output Agroindustri Skala Menengah/Besar Di Kota Bogor Tahun 2003 (jutaan Rupiah) No Industri Nilai Produksi 1. Makanan dan Minuman 16.644,02 2. Kayu Olahan dan Rotan 3.004,65 3. Tekstil 205.973,63 4. Kulit 2.573,66 Total Agroindustri 228.195,96 Kontribusi (%) terhadap Total PDRB 6,26 % terhadap PDRB Industri 23,67 Sumber: BPS Kota Bogor, 2004 (diolah) Pembangunan pertanian saat ini diarahkan agar seluruh sistem agribisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Upaya tersebut bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat (petani dan produsen), pengembangan ekonomi wilayah, dan peningkatan pendapatan masyakarat pertanian, serta ketahanan pangan nasional. Sejak tahun 2001 pendekatan pembangunan pertanian di Kota Bogor mengalami perubahan dari pendekatan produksi menjadi pendekatan agribisnis, dimana 5
pembangunan pertanian dilihat secara utuh mulai dari hulu hingga ke hilir, yaitu mulai dari penyediaan sarana dan input produksi, budidaya, pengolahan, pemasaran, dan jasa/penunjang, serta tidak lagi berorientasi semata-mata pada peningkatan produksi, tetapi kepada peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Kota Bogor sebagai suatu kawasan perkotaan mempunyai luas lahan pertanian efektif 3.466,43 ha terdiri dari lahan sawah 1.006 ha, lahan kering 1.479,67 ha, lahan pekarangan 868,29 ha, dan lahan perkebunan 309,62 ha. Dalam pengembangan sektor pertanian di Kota Bogor, konsep yang digunakan adalah pengembangan agribisnis perkotaan yang mampu berdaya saing, kerakyatan, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, serta local specific. Agribisnis perkotaan yang dikembangkan adalah agribisnis yang berbasis sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, perikanan dan peternakan (Dinas Pertanian, 2002). Kota Bogor memiliki sumber daya manusia yang sangat diperlukan bagi pengembangan agribisnis di Kota Bogor, yaitu para petani, aparat, pelaku usaha, dan sarjana-sarjana pertanian yang dihasilkan oleh salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia yaitu Institut Pertanian Bogor yang berlokasi di kota ini. Selain itu, terdapat beberapa lembaga penelitian pertanian di Kota Bogor yang menghasilkan berbagai penelitian dan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tani maupun nilai tambah bagi produk yang dihasilkan. Kemudian apabila dilihat dari aspek pasar Kota Bogor berada pada lokasi yang strategis, yaitu selain berdekatan dengan Ibukota 6
Jakarta juga berdekatan dengan Kawasan Andalan (Kawan) Bodetabek yang merupakan kawasan unggulan sektor industri dan manufaktur yang berorientasi ekspor dan ramah lingkungan, Kawasan Andalan Bopuncur yang merupakan kawasan unggulan sektor agribisnis dan agrowisata, dan Kawasan Andalan Sukabumi dan sekitarnya yang merupakan kawasan unggulan sektor wisata, agribisnis dan kelautan. Luas lahan pertanian yang dimiliki Kota Bogor sebagai suatu daerah perkotaan tidak begitu luas, sehingga sumberdaya alam yang dimilikinya juga terbatas, tetapi melihat kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Kota Bogor yang terus meningkat setiap tahunnya, lokasi Kota Bogor yang cukup strategis untuk akses pasar, sumberdaya manusia dan teknologi yang dimiliki, dan tenaga kerja yang diserap oleh sektor ini tidak sedikit, serta keberadaannya yang diperlukan bagi kegiatan agroindustri, maka pertanian di Kota Bogor masih memungkinkan untuk dikembangkan. Untuk itu, perlu dirumuskan alternatif strategi pengembangan yang tepat dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan potensi daerah yang ada secara efektif dan efisien. Strategi yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah strategi pengembangan agribisnis, maka semestinya analisis yang dilakukan sebelum perumusan strategi adalah mengkaji peranan sektor agribisnis dalam perekonomian Kota Bogor. Namun karena keterbatasan dimana data yang tersedia adalah data sektor pertanian (agribisnis on farm), maka yang dikaji dalam penelitian ini adalah peranan sektor pertanian dalam perekonomian Kota Bogor. Walaupun demikian, dalam perumusan 7
strategi pengembangannya adalah strategi pengembangan agribisnis karena antara pertanian dengan agribisnis tidak dapat dipisahkan, antara sektor pertanian dengan sektor-sektor perekonomian lainnya mempunyai saling keterkaitan yang erat, dan pertanian secara luas tidak hanya berupa kegiatan produksi (agribisnis on farm) tapi merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari penyediaan sarana produksi hingga ke perdagangan atau distribusi produk yang dihasilkan (agribisnis off farm). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan sektor pertanian dan sub-sektornya terhadap perekonomian Kota Bogor 2. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji peranan sektor pertanian dan sub-sektornya dalam perekonomian Kota Bogor 2. Merumuskan alternatif dan menentukan prioritas strategi pengembangan agribisnis dalam rangka pembangunan daerah Kota Bogor 8
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat: 1. Dari segi praktis memberikan kontribusi pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis di Kota Bogor berdasarkan potensi yang dimiliki oleh daerah. 2. Dari segi akademik sebagai wahana melatih ketajaman analisis suatu masalah berdasarkan kondisi di lapangan, khususnya dalam mengkaji peranan sektor pertanian dalam memformulasikan strategi pengembangannya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada kajian peranan sektor pertanian beserta sub-sektornya dalam perekonomian Kota Bogor dan merekomendasikan alternatif serta menentukan prioritas strategi pengembangannya yang tepat di masa yang akan datang. 9