KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November 2017

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA

SEBARAN INFORMASI GEOFISIKA MATA IE (SIGMA)

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

KEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG

LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

Integrasi Jaringan InaTEWS Dengan Jaringan Miniregional Untuk Meningkatan Kualitas Hasil Analisa Parameter Gempabumi Wilayah Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

*

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010

TINJAUAN KEGEMPAAN DI SULAWESI TENGGARA PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN STASIUN GEOFISIKA KENDARI

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Perubahan nilai kandungan elektron di atmosfer sebelum terjadi Gempabumi Yogyakarta 26 Mei 2006 ( I Made Kris Adi Astra, 2009)

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

NEPAL MASIH PUNYA POTENSI GEMPA BESAR

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

ANALISIS PERUBAHAN POLA DEKLINASI PADA GEMPA BUMI SIGNIFIKAN (M 7.0) WILAYAH SUMATERA

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!!

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Grafik One Earthquake cycle fase interseismic postseismic[andreas, 2005]

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

Keywords: circle method, intensity scale, P wave velocity

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA

MODEL KECEPATAN 1-D GELOMBANG P DAN RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI BENGKULU MENGGUNAKAN METODE COUPLED VELOCITY HIPOCENTER

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

ANALISIS REKAHAN GEMPA BUMI DAN GEMPA BUMI SUSULAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE OMORI

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

KAITAN B VALUE DENGAN MAGNITUDO DAN FREKUENSI GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SUMATERA UTARA TAHUN

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Subduksi antara Lempeng Samudera dan Lempeng Benua [Katili, 1995]

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

Studi Analisis Parameter Gempa Bengkulu Berdasarkan Data Single-Station dan Multi-Station serta Pola Sebarannya

Buletin Vol.6 No.03 - Maret 2016 ISSN :

ANALISA SESAR AKTIF MENGGUNAKAN METODE FOCAL MECHANISM (STUDI KASUS DATA GEMPA SEPANJANG CINCIN API ZONA SELATAN WILAYAH JAWA BARAT PADA TAHUN

KARAKTERISTIK MIKROTREMOR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS TFA (TIME FREQUENCY ANALYSIS) DAN ANALISIS SEISMISITAS PADA KAWASAN JALUR SESAR OPAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model Linked Stress Release pada Data Gempa Bumi di Pulau Sumatra

ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan diantara tiga lempeng besar, yaitu lempeng pasifik, lempeng Indo-

BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologi Pulau Jawa yang sebagian besar

ANALISIS GEMPA NIAS DAN GEMPA SUMATERA BARAT DAN KESAMAANNYA YANG TIDAK MENIMBULKAN TSUNAMI

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS Seismisitas sesar Cimandiri Ada beberapa definisi seismisitas, sebagai berikut :

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JL.

LAPORAN GEMPABUMI Manokwari, 4 Januari Pusdatin Geofisika Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Transkripsi:

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI 2016 15 DESEMBER 2017 Oleh ZULHAM. S, S.Tr 1, RILZA NUR AKBAR, ST 1, LORI AGUNG SATRIA, A.Md 1 ERIDAWATI, SE 2 1 PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh 2 Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh Pendahuluan Provinsi Aceh dipengaruhi oleh aktifitas tektonik yang berasal dari pergerakan lempeng di zona subduksi yang terletak sekitar 250 km di sebelah barat daya Pulau Sumatera, hal tersebut menjadi pembangkit gempabumi yang sering terjadi. Kejadian gempabumi di Provinsi Aceh sangat bervariasi pada tiap segmen daerah zona subduksi dan segmen sesar wilayah aceh, sehingga dapat diasosiasikan terhadap jumlah frekuensi kejadian gempabumi dengan tren aktifitas di zona seismotektonik wilayah tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya akumulasi stress yang berbeda-beda tingginya di tiap lokasi. Kajian ini menganalisis sederhana daerah-daerah yang terjadi kegempaan yang dirasakan dari data katalog gempabumi SeisComP3,JISVIEW, TDS dan SPS-3 di Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh, serta data pembanding dari laman situs Inatews BMKG periode 01 Januari 2016 sampai dengan 15 Desember 2017 berjumlah 43 kejadian dengan batasan wilayah meliputi 2 6.5 LU dan 93 98.5 BT. Segmentasi Subduksi dan Sesar Jalur aktif kegempaan di Aceh terbagi menjadi dua, yaitu subduksi di sebelah barat Pulau Sumatra dan jalur patahan aktif. Patahan aktif di Sumatra adalah Sesar Sumatra yang memanjang dari Aceh hingga Lampung. Sesar Sumatra tersegmentasi, segmen-segmen sesar sepanjang 1.900 km tersebut merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo Australia. Retakan pada batuan yang telah mengalami pergeseran di daerah permukaan bumi sering disebut dengan Sesar. Retakan yang belum bergerak atau bergeser dinamakan kekar (joint). Jenis pergerakan Sesar dapat berupa retakan tunggal yang membentuk lajur atau zona Sesar (Fault Zone). Berdasarkan arah pergerakannya Sesar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Sesar naik (Reverse Fault), Sesar mendatar (Strike Fault), dan Sesar normal (Normal Fault). Adapun tingkat keaktifitan Sesar dibagi menjadi tiga, yaitu Sesar aktif, Sesar potensi aktif, dan Sesar tidak aktif. Sesar aktif adalah Sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu 10.000 tahun terakhir sedangkan Sesar berpotensi aktif adalah Sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu dua juta tahun terakhir. Sedangkan Sesar tidak aktif adalah Sesar yang belum/tidak pernah bergerak dalam kurun waktu lebih dari dua juta tahun terakhir.

Sesar aktif tergolong sebagai sumber gempabumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dapat identifikasi dari bentuk patahan atau retakan baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil. Setiap jenis Sesar aktif, yaitu Sesar normal, Sesar mendatar, Sesar naik, dan Sesar Oblique (gabungan sesar mendatar dan naik), akan menunjukkan perbedaan karakteristik bentuk dengan variasi strukturnya. Wilayah Sumatra khususnya daerah Provinsi Aceh menghasilkan rangkaian lipatan batuan dan karakteristik pergerakan tanah seperti rangkaian pegunungan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik, serta Sesar aktif (The Great Sumatera Fault). Sesar tersebut diperkirakan bergeser sekitar sebelas sentimeter per tahun dengan lajur linearitas dari Laut Andaman sampai ke kepulauan Sumatera mulai dari Teluk Semangko hingga Banda Aceh. Di samping patahan utama tersebut, terdapat beberapa patahan di wilayah Provinsi Aceh yaitu: Sesar Andaman Barat (WAF), Sesar Aceh (GSF-A), Sesar Seulimeum (GSF-S), Sesar Batee (BF), Sesar Samalanga (SSF), Sesar Lhokseumawe (LF), Sesar Tripa dan Sesar Blangkejeren (SBF) di Tabel 1. Tabel 1. Segmentasi Zona Seismotektonik Wilayah Provinsi Aceh SEGMENTASI ZONA SEISMOTEKTONIK WILAYAH ACEH Koordinat No Zona Segmen Kode Lintang Utara Bujur Timur Kedalaman (Km) 1 Segmen Subduksi ST 5.08 1.49 92.935 95.832 0-250 2 Segmen Sesar Aceh GSF-A 5.77 4.51 95.053 96.440 0-20 3 Segmen Sesar Seulimeum GSF-S 5.00 4.40 94.940 95.950 0-15 4 Segmen Sesar Tripa STF 4.49 3.90 96.449 97.527 0-20 5 Sesar Sesar Samalanga SSF 5.04 5.27 96.338 96.413 0-20 6 Segmen Sesar Lhokseumawe LF 5.20 4.72 97.077 97.276 0-20 7 Segmen Sesar Andaman Barat WAF 6.43 4.54 93.805 94.469 0-30 8 Segmen Sesar Batee BF 3.61 2.89 96.999 97.638 0-20 9 Segmen Sesar Blangkejeren SBF 4.66 2.60 97.509 98.082 0-20

Tabel 2. Distribusi Gempabumi Dirasakan Berdasarkan Magnitudo Periode ( 1 Januari 31 Desember 2016 ) GEMPABUMI DIRASAKAN PROVINSI ACEH (01 JANUARI 2016-31 DESEMBER 2016) BERDASARKAN ZONASI SEISMOTEKTONIK No PERIODE JML LONG LAT DEPTH MAG DAERAH DIRASAKAN ZONA SEGMEN 1 Januari 1 96.2 2.66 10 4.4 Sinabang (2 MMI) BF 2 Februari 1 94.53 5.18 13 4.6 Banda Aceh (3 MMI) WAF 3 Maret 1 95.5 4.61 25 4.3 Banda Aceh (3 MMI) ST 4 Juli 1 96.86 2.15 8 4.9 Simeulue (2 MMI) BF 5 Agustus 1 94.66 4.46 127 4.8 Banda Aceh (2 MMI) ST 6 96.28 5.22 10 6.5 Pidie Jaya (3 MMI) SSF 7 96.04 5.23 10 3.9 Pidie (3 MMI) SSF 8 96.04 5.29 10 4.5 Meureudeu (3 MMI) SSF 9 96.15 5.32 10 3.7 Meureudu (3 MMI) SSF 10 96.12 5.29 10 3.9 Meureudeu (3 MMI) SSF 11 96.03 5.37 23 4.5 Pidie Jaya (3 MMI) SSF 12 2016 96.27 5.16 10 3.3 Pidie Jaya (2 MMI) SSF 13 96.13 5.17 7 3.4 Pidie (2 MMI) SSF 14 96.13 2.3 12 3.9 Sinabang (2 MMI) BF Desember 18 15 96.17 5.4 20 4.3 Pidie Jaya (3 MMI) SSF 16 95.96 5.16 10 3.5 Pidie Jaya (2 MMI) SSF 17 96.21 5.32 10 5.3 Pidie (2 MMI SSF 18 96.29 5.51 15 3.8 Pidie Jaya (2 MMI) SSF 19 96.55 4.92 3 3.5 Pidie Jaya (2 MMI) SSF 20 95.86 5.02 10 4.6 Pidie Jaya (2 MMI) SSF 21 93.52 5.9 10 5.2 Banda Aceh (3 MMI) WAF 22 95.81 4.02 19 4.9 Banda Aceh (2 MMI) SST 23 94.47 5.21 54 4.9 Banda Aceh (3 MMI) ST Sumber data : Seiscomp3, TDS dan www.repogempa.bmkg.go.id Tabel 2. Menunjukkan distribusi gempabumi dirasakan tahun 2016 didominasi oleh zona Sipopok/Samalanga Fault (SSF) dikarenakan banyaknya gempabumi susulan dari gempabumi utama 6.5 SR pada tanggal 7 Desember 2016 berjumlah 14 kejadian, dengan periode gempabumi susulan yaitu mulai pada tanggal 8 terdapat 2 kejadian, tanggal 9 terdapat 3 kejadian, tanggal 10 terdapat 3 kejadian, tanggal 11 terdapat 2 kejadian, tanggal 13 terdapat 1 kejadian, tanggal 14 terdapat 1 kejadian dan tanggal 17 terdapat 1 kejadian. Sementara gempabumi dirasakan lainnya, arah sebaran tidak terlalu mendominasi disalah satu zona seismik. Hal ini mengindikasikan keaktifan pergerakan Lempeng kerak Bumi mempengaruhi perubahan energi di zona Sesar tersebut.

Tabel 3. Distribusi Gempabumi Dirasakan Berdasarkan Magnitudo Periode ( 1 Januari 18 Desember 2017) GEMPABUMI DIRASAKAN PROVINSI ACEH (01 JANUARI 2017-12 DESEMBER 2017) BERDASARKAN ZONASI SEISMOTEKTONIK No PERIODE JML LONG LAT DEPTH MAG DAERAH DIRASAKAN ZONA SEGMEN 24 26 Januari 5 96.56 5.33 43 2.6 Bireun (2 MMI) ST 2017 96.17 5.24 10 3.6 Pidie Jaya (2 MMI) SSF 25 94.66 5.36 89 5.4 Banda Aceh (3 MMI) ST 27 93.24 6.09 10 5.6 Banda Aceh (3 MMI) WAF 28 93.64 5.16 10 4.6 Banda Aceh (2 MMI) WAF 29 96.19 5.18 14 5.5 Banda Aceh (3 MMI) SSF 30 96.13 5.21 12 5.4 Banda Aceh (3 MMI) SSF Februari 4 31 96.35 4.51 16 4.9 Takengon (2 MMI) GSF-A 32 96.22 5.14 10 4.5 Pidie Jaya (3 MMI) SSF 33 93.99 5.75 10 4.5 Banda Aceh (2 MMI) WAF 34 92.16 6.01 10 5.9 Sabang (2 MMI) WAF Maret 4 35 95.45 3.56 78 5.2 Meulaboh (3 MMI) ST 36 96.16 5.22 10 3.8 Pidie Jaya (2 MMI SSF 37 95.86 3.92 23 4.9 Meulaboh (3 MMI) ST Mei 2 38 97.2 4.15 10 5.0 Gayo Lues (3 MMI) GSF 39 Juli 1 94.44 4.71 10 5.1 Banda Aceh (3 MMI) WAF 40 Agustus 1 95.44 4.58 51 4.5 Banda Aceh (3 MMI) ST 41 November 1 94.65 4.57 60 4.4 Banda Aceh (2 MMI) ST 42 Desember 1 97.51 3.32 10 5.0 Kabanjahe (3 MMI) GSF Sumber data : Seiscomp3, TDS dan www.repogempa.bmkg.go.id Tabel 3. Menunjukkan distribusi gempabumi dirasakan sepanjang tahun 2017 dilihat dari frekuensi sebaran episenter kegempaan, tidak ada yang mendominasi disetiap zona segmentasi. Sehingga implikasi terhadap pelepasan energi yang dilalui dari lajur zona sesar dan subduksi tidak terlalu signifikan. Dari tabel diatas kekuatan magnitudo dari bulan Januari sampai dengan Desember berkisar 3-5 SR, sedangkan distribusi gempabumi di daerah yang dirasakan dengan intensitas skala (II-III MMI) terbanyak di Banda Aceh berjumlah 9 kejadian, Pidie Jaya 3 kejadian dan Bireuen, Meulaboh, Sabang, Takengon, Gayolues, Kabanjahe berjumlah 1 kejadian gempabumi. Sementara zona paling aktif di tahun 2017 adalah zona Sunda Trench (ST) berjumlah 6 kejadian, zona Sesar Andaman Barat (WAF) berjumlah 5 kejadian, zona Sesar Sipopok/Samalanga (SSF) berjumlah 5 kejadian, zona Sesar Besar Sumatra (GSF) berjumlah 2 kejadian dan zona Sesar Segmen Aceh berjumlah 1 kejadian.

Gambar 1. Trend Grafik Intensitas Gempabumi di Provinsi Aceh Berdasarkan Zona Seismotektonik Gambar 1. menunjukkan grafik distribusi gempabumi dirasakan berdasarkan tabulasi zona seismotektonik. Hasil segmentasi zona didapatkan tertinggi distribusi di zona Sipopok/Samalanga Fault (SSF) tahun 2016 dengan 14 kejadian, tahun 2017 hanya 5 kejadian. Selanjutnya zona Sunda Trench (ST) tahun 2016 hanya 3 kejadian sedangkan tahun 2017 sebanyak 6 kejadian. Untuk distribusi gempabumi di zona-zona lain hanya dibawah 8 kejadian gempabumi yang dirasakan. Gambar 2. Trend Grafik Gempabumi dirasakan di Provinsi Aceh Gambar 2. menunjukkan trend fluktuasi sebaran gempabumi periode tahun 2016 dan 2017. Gambar diatas dapat dilihat bulan Januari 2017 lebih tinggi intensitas dibandingkan dengan Januari 2016, pada Desember 2016 intensitas gempabumi sangat signifikan disebabkan kejadian gempabumi merusak di Pidie Jaya (07 Desember 2016), pada bulan yang sama di tahun 2017 hanya 1 kejadian yang dirasakan di Provinsi Aceh.

Gambar 3. Peta Gempabumi dirasakan di Provinsi Aceh Periode 1 Januari 2016 hingga 10 November 2017 Gambar 3. menunjukkan persebaran episenter gempabumi tektonik dirasakan di wilayah Provinsi Aceh periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2017 dengan kekuatan Magnitudo berkisar 3 sampai 6 SR. Lingkaran merah menunjukkan kejadian gempabumi dengan skala magnitudo 3-6 SR dan kedalaman berkisar 0-30 Km. Lingkaran kuning menunjukkan kejadian gempabumi dengan skala 3-5 SR dan kedalaman berkisar 30-70 Km, sedangkan lingkaran hijau menunjukkan kejadian gempabumi dengan skala 4-5 SR dan kedalaman lebih dari 70 Km. Dari hasil pemetaan gempabumi tersebut dapat dilokalisasi daerah segmentasi berdasarkan zona seismotektonik sehingga dapat di identifikasikan pola kejadian gempabumi dirasakan di wilayah Provinsi Aceh dengan kesesuaian kriteria segmen Sesar dan Subduksi. Lokalisasi tren kegempaan ini dapat diasumsikan bahwa gempabumi yang berasosiasi terhadap segmen Sesar dan Subduksi sangat erat korelasinya karena dipengaruhi oleh aktifitas pergerakan pertemuan lempeng tiap tahun berkisar 200 mm/tahun mengakibatkan pemicu keaktifan Sesar Besar Sumatra.

Gambar 4. Peta Episenter Gempabumi Dirasakan Wilayah Pidie Jaya Periode Desember 2016 - Januari 2017 Gambar 4. menunjukkan persebaran gempabumi merusak yang terjadi pada tanggal 07 Desember 2016 jam 05.03.37 WIB di wilayah Pidie Jaya dengan intensitas skala goncangan III SIG-BMKG (VI MMI). Kekuatan Magnitudo 6.5 SR, episenter 5.22 LU dan 96.28 BT di kedalaman 17 km dan sumber mekanisme patahan geser (Strike Slip Fault) yang di akibatkan oleh zona keaktifan sesar sipopok/samalanga. Sejak awal desember 2016 sampai dengan januari 2017 Gempabumi dirasakan di wilayah tersebut mencapai 12 kejadian, Magnitudo 3-5 SR dengan kedalaman dangkal <30 Km. Hal ini merupakan serangkaian pelepasan energi yang signifikan dalam durasi waktu tertentu setelah gempabumi utama.

Lampiran