PERENCANAAN GEDUNG PASCASARJANA POLTEKES SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL AMARIS SIMPANG LIMA SEMARANG

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL IBIS BUDGET SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL PERSONA JAKARTA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG MENARA BRI SEMARANG. Linda Permatasari, Rahadhiyan Putra W, Parang Sabdono *), Hardi Wibowo *)

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN ALAM INDAH TEMANGGUNG

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN RASUNA SOLO

REDESAIN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA T-24 PARAKAN DI TEMANGGUNG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT ISLAM GIGI DAN MULUT RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR CITRA DREAM HOTEL SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL CEMPAKA, KRANGGAN TEMANGGUNG

PERENCANAAN STRUKTUR KONDOTEL GRAND DARMO SUITE SURABAYA

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN ARMADA II DI MAGELANG. Bakhtiar Ali Afandi, Mansyur Arifudin, Himawan Indarto *), Ilham Nurhuda

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL KUDUS BERDASARKAN SNI

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN


EVALUASI DESAIN STRUKTUR GEDUNG TRAINING CENTRE II UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG HOTEL HORISON PEKALONGAN. Andy Purwanto, M. Tri Prayogy Ilham Nurhuda * ), Parang Sabdono

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH DI YOGYAKARTA

PERENCANAAN GEDUNG BEDAH SENTRAL TERPADU (GBST) RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL GRANDHIKA SEMARANG

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI ACEH

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG. Ahmad Faisol, Saddam Mirza, Nuroji *), Himawan Indarto *)

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

PERANCANGAN MODIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN. Oleh : Sulistiyo NRP Dosen Pembimbing : Ir. Iman Wimbadi, MS

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN WHITE PEARL SEMARANG. David Mulyawan Prayogo, Dea Nika Alvianti Nuroji, Himawan Indarto ABSTRAK

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL GET S SEMARANG. Ricky Imanda, Ray Irwan Maulana, Nuroji *), Himawan Indarto *)

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UTAMA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH DENGAN STRUKTUR ATAP SPACE FRAME

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

Perhitungan Struktur Bab IV

PENGARUH PENGGUNAAN BETON FLY SLAB PADA GEDUNG BERTINGKAT ( STUDI KASUS GEDUNG TELKOMSEL SEMARANG )

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. Oleh : BAYU ARDHI PRIHANTORO NPM :

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

BAB V PENUTUP. Pada tabel tersebut dengan nilai N = 27,9 maka jenis tanah termasuk tanah sedang.

TUGAS AKHIR RC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB III ANALISA STRKTUR

PERANCANGAN STRUKTUR KANTOR INDOSAT SEMARANG. Oleh : LIDIA CORRY RUMAPEA NPM. :

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

menggunakan ketebalan 300 mm.

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB III METODE PENELITIAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

PERENCANAAN STRUKTUR CONVENTION HALL KOTA MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN. Dika Dwi Angga, Nandia Tri Pangestika Sri Tudjono, Himawan Indarto

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DI KOTA PADANG

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Wilayah Gempa... 6

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

Transkripsi:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman, 419-427 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN GEDUNG PASCASARJANA POLTEKES SEMARANG Rangga Maulana, Andika Yudha P, Nuroji *), Hardi wibowo *) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Struktur gedung pascasarjana poltekes didesain dengan mengacu pada SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2012, SNI 03-1729-2015 dan PPIUG 1987. Metode dynamic respons spectrum digunakan dalam menganalisis gempa.gaya gempa pada struktur direncanakan dengan menggunakan konfigurasi struktur sistem rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) karena struktur termasuk kedalam Kategori Desain Seismik tipe D. Sistem rangka berupa rangka yang tersusun dari balok dan kolom, dimana kolom dibuat lebih kuat dari balok (strong column weak beam). Untuk menghindari terjadinya kegagalan struktur pada pertemuan balok-kolom, maka sendi plastis direncanakan terjadi di balok sedangkan pada kolom sendi plastis hanya terjadi di kolom bagian atas pondasi.program analisis struktur yang digunakan untuk membantu pemodelan struktur dan menghitung gaya dalam yang bekerja pada struktur adalah SAP 2000. Material yang digunakan yaitu beton f c 30 MPa, sedangkan untuk besi tulangan f y 400 Mpa dan 240 Mpa. Kata kunci: SNI 03-1726-2012, SNI 03-2847-2002, Desain seismic tipe D, SRPMK, Sendi ABSTRACT The Structure of Postgraduate of Poltekes was designed based on SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2012, SNI 03-1729-2015, and PPIUG 1987.Dynamic Response Spectrum was used in seismic analysis. The seismic force was calculated according to Seismic Design Criteria type D, so that on the designing phase used frame system method called Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Frame system can be defined as frames contain beam and column, where the columns were designed stronger than the beam (strong column weak beam). To prevent structural failure at the joint, the plastic joints were designed at the beam and for column were at the end of top floor column and column-foundation s joint. A structure analysis program which used to help modeling a frame structure and calculating element internal force is SAP 2000. The material used was fc 30 Mpa concrete, fy 400 Mpa and fy 240 Mpa for the reinforcement bars. Keywords: SNI 03-1726-2012, SNI 03-2847-2002, Seismic Design Type D, SRPMK, joint. PENDAHULUAN Seiring dengan peningkatan akreditasi Politeknik Kemenkes Semarang, jumlah mahasiswa pascasarjana yang masuk juga semakin banyak, sehingga dibutuhkan gedung yang dapat menampung mahasiswa dengan fasilitas yang harus meningkat pula. Dengan demikian dibutuhkan pembangunan gedung baru. Teknologi konstruksi yang berkembang untuk struktur *) Penulis Penanggung Jawab 419

gedung bertingkat tinggi, dewasa ini banyak menggunakan Sistem Rangka Gedung atau building frame system yang terdiri dari portal berupa balok dan kolom. Pada perencanaan struktur gedung bertingkat tinggi yang direncanakan, gedung didisain memiliki 6 lantai dan direncanakan menggunakan konsep disain kapasitas (capacity design) berdasarkan pedoman Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 03-1726-2012. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Gedung bertingkat tinggi memiliki resiko yang besar terhadap gaya gempa. Semakin tinggi suatu struktur gedung, deformasi lateral dari struktur tersebut akan menjadi semakin besar akibat adanya gaya gempa. Oleh karena itu pertimbangan kekakuan dan kekuatan struktur sangat menentukan dalam perencanaan dan perhitungan disain suatu struktur gedung bertingkat tinggi. Gedung direncanakan sebagai struktur yang daktail dengan tujuan keamanan, yaitu apabila terjadi gempa besar, struktur tidak akan roboh. Beban gempa yang bersifat tak terprediksi menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan struktur gedung bertingkat, sehingga perlu pemahaman akan peraturan gempa dan beton yaitu SNI 03-1726-2012 dan SNI 03-2847-2002. Ruang lingkup perencanaan struktur gedung ditinjau dari segi teknis adalah disain struktur gedung bertingkat tinggi direncanakan diaplikasikan di zonasi gempa wilayah Kota Semarang, perencanaan dan perhitungan struktur primer, yaitu: balok induk, kolom, hubungan balok-kolom, dan, perencanaan dan perhitungan struktur sekunder, yaitu: rangka atap, tangga, pelat lantai dan balok anak. Perencanaan struktur menggunakan program analisis struktur, perencanaan tidak meninjau metode pelaksanaan konstruksi dan spesifikasi teknis, dan perencanaan tidak memperhitungkan sistem utilitas gedung, perencanaan saluran air bersih dan kotor, instalasi atau jaringan listrik, finishing, dan lain-lain. Data Umum Perencanaan Data umum dari perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Nama kegiatan = Perencanaan Gedung Pascasarjana Poltekes Semarang 2. Lokasi bangunan = Semarang, Jawa Tengah 3. Fungsi bangunan = Gedung Kuliah 4. Jumlah lantai = 6lantai 5. Mutu beton (fc) = 30 MPa 6. Mutu baja tulangan = 400 MPa (ulir) 7. Pondasi = Tiang Pancang 8. Kondisi tanah = Tanah Sedang dengan nilai N-SPT rata-rata sebesar 40,52 Perencanaan Pembebanan Dalam perencanaan struktur bangunan gedung ini, beban yang bekerja adalah sebagai berikut: 1 Beban mati (Dead Load) - Beban sendiri struktur - Beban mati tambahan Terdiri dari: Beban penutup lantai + spesi (3cm) = 24 + 42 = 66 kg/m 2 Beban plafond + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m 2 Beban dinding = 100 kg/m (bata ringan) 2 Beban hidup (Live Load) Berdasarkan fungsi bangunan ruang kuliah diperhitungkan sebesar q = 250 kg/m 2 Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perhitungan struktur, antara lain: Kombinasi Pembebanan Tetap U = 1,4 D...(1) 420

U = 1,2 D + 1,6 L...(2) Kombinasi Pembebanan Sementara U = 1,2 D + 1 L + 1,0 (I e /R) Ex + 0,3 (I e /R) Ey...(3) U = 1,2 D + 1 L + 0,3 (I e /R) Ex + 1,0 (I e /R) Ey...(4) dimana: D = Beban mati L = Beban hidup Ex, Ey = Beban gempa I e = Faktor keutamaan gempa R = Koefisien modifikasi respons Pengumpulan Data Data teknis yang didapat untuk kepentingan proses perencanaan struktur gedung apartemen ini adalah sebagai berikut: - Data tanah - Gambar rencana bangunan Standar Yang digunakan Untuk keperluan perencanaan struktur gedung, digunakan standar struktur yang berlaku di Indonesia, yaitu: - Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non Gedung - Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1987) - Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural ( SNI 03-1729-2015) ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perencanaan Struktur Atap Dengan memperhatikan panjang bentang kuda kuda sebesar 16 m, maka struktur atap menggunakan struktur baja. Perencanaan struktur rangka atap dibuat sesuai dengan peraturan untuk bangunan baja yaitu SNI 03-1729-2015. Perencanaan struktur atap diawali dengan penentuan gording yang terpakai yang kemudian dicek kekuatan gording dengan kontrol terhadap lentur, kontrol tegangan, kontrol lendutan. Untuk pendimensian profil I digunakan rumus perhitungan,.dari hasil perhitungan didapatkan dimensi gording double C 200x150x20x3,2, dimensi balok I menggunakan IWF 300 x 150, dimensi kolom I menggunakan IWF 400 x 200. Perencanaan Tangga Perhitungan tangga dibagi menjadi dua yaitu perhitungan plat tangga dan plat bordes. Langkah perhitungannya adalah dengan menghitung rasio tulangan kemudian dibandingkan dengan rasio 421

minimum dan maksimum, langkah selanjutnya adalah menentukan luas kebutuhan tulangan dengan mengalikan ρ x b x d x setelah luas tulangan yang dibutuhkan didapat, maka dapat menghitung spasi antar tulangan. Hasil perhitungan tulangan untuk plat bordes adalah tumpuan dan lapangan arah x adalah D13-350, arah y adalah D13-700, sedangkan untuk penulangan plat tangga tumpuan arah x adalah D13-175 dan arah y adalah D13-350, lapangan arah x adalah D13-350 dan arah y adalah D13-700. Perencanaan Plat Lantai Penentuan syarat batas dan bentang plat lantai adalah langkah awal dalam perencanaan plat lantai. Kemudian dapat ditentukan apakah plat lantai termasuk one way slab atau two way slab dan juga dapat menentukan tebal plat lantai. Langkah selanjutnya adalah perhitungan momen plat yang dihitung sesuai dengan ketentuan pada buku CUR IV karya Gideon. Untuk langkah perhitungan tulangan plat lantai, sama dengan perhitungan plat tangga. Dari hasil perhitungan didapat tulangan arah y D10 dan arah x D10. Detail tulangan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Detail Penulangan Plat Lantai Evaluasi Beban Gempa Perhitungan analisis struktur gedung terhadap beban gempa mengacu pada SNI 03-1726-2012, dimana analisis struktur gedung bertingkat tinggi dilakukan dengan Metode Analisis Dinamik Spektrum Respons. Langkah untuk menentukan konfigurasi sistem rangka pemikul momen diawali dengan menentukan kategori resiko struktur gedung terhadap pengaruh gempa. Acuan dari langkah ini adalah fungsi bangunan gedung itu sendiri seperti halnya gedung kuliah yang berkategori resiko IV. Langkah berikutnya adalah menentukan faktor keutamaan gempa dari struktur gedung, yakni dengan merujuk pada SNI 03-1726-2012 tabel 2 yang menyatakan bahwa struktur gedung yang berkategori resiko IV memiliki faktor keutamaan gempa (I e ) yang bernilai 1,5. Langkah selanjutnya adalah menentukan kategori desain seismik gedung dilihat dari nilai SD S dan SD 1 berdasarkan wilayah zonasi gempa. Dengan mendapatkan nilai S s dan S 1 dan mengalikan dengan F a dan F 1, akan didapatkan nilai S Ms dan S M1 yang selanjutnya dikalikan dengan 2/3 sehingga didapatkan nilai SD S = 0,79g dan SD 1 = 0,41g. Merujuk pada SNI 03-1726-2012 tabel 6 dan 7 menyatakan bahwa nilai SD S > 0,5 dan SD 1 > 0,2 berkategori desain seismik D. Dari 03-1726-2012 tabel 9 didapatkan bahwa struktur gedung dengan kategori 422

desain seismik D dapat direncanakan menggunakan konfigurasi Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Dari tabel 9, kita juga bisa mendapatkan nilai koefisien respon (R) yaitu sebesar 8 untuk sistem rangka pemikul momen khusus. Hasil grafik spektrum respons percepatan disain adalah seperti pada Gambar 2 berikut: Perencanaan Balok Induk Balok induk merupakan elemen horisontal dari struktur dan direncanakan untuk menerima lentur yang terjadi pada struktur. Pada perencanaan balok induk, dimensi tinggi balok induk diperkirakan h = (1/10 1/15) L dan perkiraan lebar balok induk b = (1/2 2/3) h. Balok harus memikul beban gempa dengan perencanaan lentur momen ultimit (Mu) momen nominal (Mn) pada daerah tumpuan dan lapangan balok. Kuat lentur maksimum (Mpr) pada daerah sendi plastis dihitung berdasarkan tulangan terpasang dengan tegangan tarik baja fs = 1,25 fy dan faktor reduksi 1,0 dan tidak boleh lebih kecil dari gaya geser berdasarkan analisis struktur. Probable Moment pada rangka balok terlihat pada Gambar 3. Gambar 2. Grafik Nilai Spektrum Respons Percepatan Desain Kota Semarang Gambar 3. Probable Moment Balok Menahan Gempa ke Kiri dan Kanan (Sumber: SNI 03-2847-2002) Gaya geser rencana balok direncanakan berdasarkan kuat lentur maksimum balok (Mpr) yang terjadi pada daerah sendi plastis balok yaitu pada penampang kritis dengan jarak 2h dari tepi balok. Gaya geser terfaktor pada muka tumpuan dihitung sebagai berikut: Ve M pr1 l n M pr2 Wu.ln 2... (5) 423

dimana: Ve = Gaya geser akibat sendi plastis di ujung ujung balok (kn) M pr = Kekuatan lentur mungkin komponen struktur (knm) W u = Gaya geser terfaktor (kn) l n = Panjang bentang bersih (m) Dari hasil perhitungan, didapatkan diameter tulangan utama D22, diameter tulangan sengkang D10. Hasil pendimensian balok induk ditampilkan pada Gambar 4 berikut ini: Perencanaan Kolom Tumpuan Lapangan Gambar 4. Penulangan balok induk pada tumpuan dan lapangan Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4 dijelaskan bahwa untuk komponen-komponen struktur pada perhitungan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) yang memikul gaya akibat beban gempa dan menerima beban aksial terfaktor yang lebih besar dari 0,1.Ag.f c, maka komponen elemen struktur tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 1. Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada kolom melebihi 0,1.Ag.f c 2. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm. 3. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah tegak lurusnya Kolom dirancang lebih kuat dibandingkan balok ( strong column weak beam). Kolom ditinjau terhadap portal bergoyang atau tidak bergoyang, serta ditinjau terhadap kelangsingan. Kuat lentur kolom dihitung berdasarkan desain kapasitas strong column weak beam yaitu sebagai berikut. Mc>1,2 Mg...(6) dimana: Mc = Momen nominal kolom Mg = Momen nominal balok Kuat geser kolom SRPMK terjadi sendi-sendi plastis terjadi pada ujung balok-balok yang bertemu pada kolom tersebut. Pada perencanaan kolom, gaya geser didapat dengan menjumlahkan Mpr kolom atas dengan Mpr kolom bawah dibagi dengan tinggi bersih kolom. Gaya geser tidak perlu diambil lebih besar gaya geser rencana dari kuat hubungan balok kolom berdasarkan Mpr balok, dan tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis struktur. Diagram gaya geser rencana kolom yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5. 424

Gambar 5. Gaya geser rencana Kolom Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (Sumber: SNI 03-2847-2002) Dari hasil perhitungan, didapatkan diameter tulangan utama D29 dan diameter tulangan sengkang D13. Hasil pendimensian kolom ditampilkan pada Gambar 6 berikut ini: Perencangan Hubungan Balok-Kolom Gambar 6. Detail penulangan kolom Hubungan balok kolom (HBK) atau beam column joint mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu struktur gedung bertingkat tinggi dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Hal ini dikarenakan joint yang menghubungkan balok dengan kolom akan sangat sering menerima gaya yang dihasilkan oleh balok dan kolom secara bersamaan. Hal ini dapat mengakibatkan joint yang mempertemukan balok dan kolom menjadi tidak kuat dan cepat runtuh. Maka dari itu diperlukan tulangan pengekang untuk mampu menerima dan menyalurkan gaya gaya yang dihasilkan oleh balok dan kolom, sehingga konsep SRPMK dapat dipenuhi. Dapat kita lihat free body diagram gayanya seperti pada Gambar 7 dibawah ini: 425

Gambar 7. Gaya gaya yang bekerja pada hubungan balok-kolom (Sumber: SNI 03-2847-2002) Dirancang tulangan 3legD13(A st = 398,197 mm 2 ), dengan spasi minimum (s) tulangan adalah 100 mm. Detail penulangan pengekang yang terpasang pada hubungan balok-kolom dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini: a. Detail Hubungan Balok Kolom Interior b. Detail Hubungan Balok Kolom Eksterior Gambar 8. Detail Tulangan Pengekang pada Hubungan Balok-Kolom Perencanaan Pondasi Perhitungan Daya Dukung Pondasi Pada perhitungan ini meninjau kapasitas daya dukung tanah dengan membandingkandua metode perhitungan antara lain: Berdasarkan N-Spt dengan metode Mayerhoff Q all = 163,64 ton dan berdasarkan uji Direct Shear dengan Q all = 165,74 ton. Berdasarkan perhitungan sebelumnya didapatkan kebutuhan tiang pancang sebanyak 4 buah. Sementara itu daya 426

dukung pondasi group diperhitungankan dengan nilai efisiensi, E ff = 0.77, sehingga didapatkan daya dukung, P all = 491,7 ton Kontrol geser pons terhadap tebal pile cap diperhitungkan berdasarkan akibat kolom dan tiang pancang.berdasarkan tiang pancang, øv c = 0,75 x KN =1884,15 KN > P all = 1636,4 KN sedangkan berdasarkan kolom P u ØV c => 4917 kn 7335,9 kn. Tahanan Lateral Tiang Pancang Berdasarkan hasil analisis struktur diketahui tiang pancang menerima gaya lateral sebesar, H = 0,7 ton. Tahanan lateral tiang pancang (H uijin ) dari hari perhitungan dengan metode Broums didapatkan, H uijin = 1,7 ton, sehingga tiang pancang dinyatakan aman terhadap gaya lateral. Perhitungan Pilecap Kebutuhan tulangan pile cap dilakukan seperti pada perhitungan tulangan beton bertulang lainnya. Momen yang digunakan dalam perencanaan pile cap didapatkan dengan skema seperti pada Gambar 11, maka didapatkan momen M u = 403,2 tm. Sehingga dari hasil perhitungan digunakan tulangan D22-50. Gambar 11. Skema perhitungan momen Pile Cap DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional, 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012), BSN, Bandung. Badan Standardisasi Nasional, 2002. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), BSN, Bandung. Badan Standardisasi Nasional, 2015. Spesifikasi untuk Bangunan Baja Struktural (SNI 03-1729-2013), BSN, Bandung. Christady, Hary, 2010. Analisis dan Perancangan Fondasi II, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Christady, Hary, 2014. Analisis dan Perancangan Fondasi I, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Chu Kia Wang, Charles G. Salmon., dan Binsar Hariandja (ed.)., 1993. Desain Beton Bertulang. Jilid I, Erlangga, Jakarta. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, 1983.Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. Kusuma, Gideon, 1995. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta. 427

428