PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak. jenis/hari sebesar 62,3%, sedangkan > 4 jenis /hari sebesar 37,7%. Ditemukan sebanyak 47 orang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

NURJANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik,

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB IV METODE PENELITIAN. kalsium, frekuensi konsumsi sumber kalsium anak, frekuensi konsumsi

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODE PENELITIAN. n =

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

EFEKTIVITAS SIKAT GIGI MASSAL DI SEKOLAH DASAR BINAAN JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES PONTIANAK BERDASARKAN ANGKA KARIES GIGI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. (variabel dependen) dilakukan pada saat yang sama yaitu tiap subyek hanya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

STATUS GIZI PENDERITA KARIES GIGI PADA MAHASISWA TINGKAT 1 D-III JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

PENELITIAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH. Di SDN 1 Gabel Kecamatan Sumoroto Kabupaten Ponorogo

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Transkripsi:

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN Ratnasari *, Erni Gultom *, Desi Andriyani * Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sangat luas dan paling sering dijumpai di masyarakat, terutama pada anak-anak. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. Hasil penelitian sasiwi (2004) juga dikatakan bahwa akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi). Dengan demikian diduga adanya gangguan pengunyahan tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi pada anak-anak sekolah usia 7-8 tahun. Desain penelitian menggunkan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini populasi dan sampel adalah seluruh anak-anak usia 7-8 tahun di SDN 5 Jatimulyo berjumlah 91 orang. Analisa data yang digunakan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat keparahan karies gigi (MF-T) masih sangat tinggi (+ 8,7). Beradasarkan status gizi persentase gizi yang terbesar adalah gizi baik 61 anak (73,6%), 14,3% gizi sedang dan 12,1% gizi kurang. Hasil analisis selanjutnya menyimpulkan Tidak ada hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi pada anak sekolah usia 7-8 tahun di SDN 5 kec.jatimulyo kab. Lampung Selatan. Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang bisa disampaikan adalah perlu penelitian lebih lanjut untuk mengkaji yang lebih mendalam tentang hungan karies dengan status gizi, dengan melihat analisa statistik yang paling tepat untuk melihat hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi. Dengan tingkat keparahan karies yang sangat penting disarankan agar anak-anak SDN 5 melakukan pengobatan secara intensif ke Puskesmas dan lebih meningkatkan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk menjaga kesehatan giginya. Kata Kunci: karies, gigi, status gizi LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan badan, sehingga ikut berperan menentukan status kesehatan seseorang. Untuk menilai status kesehatan gigi dapat dilihat dari ada dan tidaknya penyakit gigi, diantaranya derajat karies gigi. Penyaki karies sering terjadi pada anak namun kurang perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan dengan gigi tetap. Meskipun penyakit gigi dan mulut terbukti bahwa kesehatan gigi dan mulut yang tidak dipelihara akan menjadi sumber infeksi bagi penyakit yang menyerang organ-organ lainnya (Dep.Kes RI, 1997). Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang sangat luas dan paling sering dijumpai di masyarakat, terutama pada anak-anak. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. Menurut WHO keadaan karies gigi di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun tujuh puluhan DMF-T adalah 0,7 meningkat hingga 2,3 di tahun delapan puluhan dan pada tahun Sembilan puluhan jugaterjadi peningkatan menjadi 2,7. Sedagkan WHO telah menetapkan bahwa, Oral Health Global Goal Indicator for 2000 adalah DMF-T tidak lebih dari 3. Lebih lanjut Abdoerrahman dkk (1997) menyatakan bahwa karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak menyerang manusia sengan prosentase sebesar 98% dari penduduk dunia pernah menderita karies. Penyebab umum terjadinya karies gigi adalah proses fermentasi yang terjadi pada sisa makanan yang terdapat dalam rongga mulut. Proses fermentasi yang disebabkan oleh bakteri didalam rongga mulut dengan mengubah gula menjadi asam-asam organic yang mengakibatkan terjadinya lubang gigi dalam jangka waktu lama (Soemartono H S, 1991). Apabila masalah karies gigi dibiarkan dan tidak dicegah, maka dampaknya akan sangat merugikan masyarakat terutama pada anakanak sekolah. [33]

Dampak lanjut dari karies gigi akan merupakan sumber infeksi dalam rongga mulut sehingga menyebabkan rasa sakit. Dengan demikian yang sakit akan mempengaruhi status gizi melalui mekanisme terganggunya fungsi pengunyahan. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah serta mengganggu konsentrasi belajar, mempengaruhi nafsu makan dan intake gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang pada gilirannya akan mempengaruhi status gigi anak yang berimplikasi pada kualitas sumber manusia, khususnya pada anakanak usia sekolah. Berdsarkan penelitian Junaidi (2004), pengaruh karies gigi pada anak dapat menimbulkan gangguan proses pencernaan dan kesulitan makan yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam hasil penelitian dikatakan bahwa ada hubungan karies gigi dengan status gizi anak sekolah dasar, dan ada hubungan karies gigi dengan tingkat konsumsi energy dan protein pada anak sekolah dasar. Hasil penelitian Sasiwi (2004) juga dikatakan bahwa akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi). Akibat gangguan pengunyahan dapat berpengaruh terhadap asupan makanan. Dengan demikian diduga adanya gangguan pengunyahan tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi. Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi dan pengeluaran gizi yang terlihat melalui variabel tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan. Masalah gizi kurang pada anak-anak disebabkan oleh berbagai faktor anatara lain penyakit infeksi dan asupan makanan. Dari hasil penelitian menunjuakan bahwa ada hubungan antara tingkat keprahan karies dengan status gizi. Peneliti tertarik untuk melakukan oenelitian pada anak-anak sekolah dasar di Kecamatan Jatimulyo karena salah satu SDN di wilayah ini tempat praktek lapangan kerja mahasiswa dan hasil survey awal menunjukn bahwa hampir seluruh murid menderita karies. Oleh karena itu dirasa perlu meneliti dampak dari karies terhadap murud-murid dan berdasarkan uraian atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi pada anak-anak SDN di Kec. Jatimulyo Kabupaten Lampung Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan karies dengan status gizi pada anak-anak sekolah usia 7-8 tahun di SDN di Kec. Jatimulyo Kabupaten Lampung Selatan. METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design penelitian cross sectional. tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di SDN 5 Jatimulyo Bandar Lampung. Waktu penelitian pada Bulan Agustus 2010, Polpulasi dalam penelitian ini populasi adalah seluruh anak-anak sekolah (muridmurid) usia 7-8 tahun di SDN di Kec. Jatimulyo Lampung Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yang ada. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data tingkat keparahan karies dan status gizi. Tingkat keparahan karies diukur dengan DMF-T. untuk mengetahui status gizi, terlebih dahulu diperoleh berat badan dengan menggunankan alat timbang injak, sedangkan untuk pengukuran tinggi badan digunakan alat ukur tinggi badan. Kemudian status gizi diukur secara antropometri dengan indeks BB/TB yang nantinya akan dikonversikan terhadap standar WHO 2005. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data gambaran umum SDN 5 Jatimulyo, meliputi data jumlah murid yang diperoleh dari sekolah. Cara pengumpulan data karakteristik responden dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Tingkat keparahan karies diukur dengan DMF-T. Status gizi diukur secara antropometri dengan indeks BB/TB. Data-data yang diperoleh diolah dikumpulkan dan diedit serta disajikan dalam bentuk tabel yang ditabulasikan dalam bentuk prosentase. [34]

Analisa data dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: analisa univariat yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti untuk mendeskripsikan variabel dependen dan independen dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara tingkat keparahan aries dengan status gizi menggunakan uji parametrik yaitu uji statistik Chi-Square. HASIL Analisis Univariat Berdasarkan analisis univariat diketahui bahwa dari 91 sampel yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 45 orang (50,5%) dan perempuan berjumlah 44 orang (49,5%). Berdasarkan skor DMF-T dikatakan bahwa tingkat keparahan karies gigi anak laki-laki sangat tinggi (8,6) dan tingkat pada anak perempuan juga sangat tinggi (8,8). Sehingga berdasarkan rata-rata, maka tingkat keparahan karies gigi siswa SDN di kec.jatimulyo sangat tinggi (8,7). Selanjutnya berdasarkan distribusi frekwensi tingkat keparahan karies gigi dapat dikatakan sangat tinggi mencapai 61 orang (67%) dan yang rendah hanya 4 orang (4,4 %), berturut-turut tingkat karies sedang dan tinggi masing-masing 11 orang (12,2%) dan 15 orang (16,4%). Tidak seorangpun anak-anak SDN 5 Kec. Jatimulyo dengan kategori sangat rendah. Berdasarkan status gizi, maka anak laki-laki di SDN 5 Kec. Jatimulyo yang memiliki gizi baik 35 orang, sedang 6 orang, kurang 4 orang dan buruk 0 orang. Dengan demikian disimpulkan status gizi anak Perempuan di SDN 5 Kec. Jatimulyo sebagai berikut : Baik 32 orang, sedang 7 orang, kurang 7 orang, buruk 0 orang Selanjutnya berdasarkan distribusi frekwensi gizi dapat dikatakan baik mancapai 67 orang (73,6%) dan tidak ada yang mempunyai status gizi buruk, berturut-turut status gizi yang mempunyai kategori sedang dan kurang adalah 13 orang (14,3%) dan 11 orang (12,1%) Analisis Bivariat Setelah dibuat data dari analisis univariat untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi telah dilakukan uji statistic Kai Kuadrat: Table 1: Distribusi Frekuensi Keparahan Karies Gigi dan Status Gizi Kategori DMF-T Status gizi Sangat Sangat Total Rendah Sedang Tinggi rendah tinggi Buruk 0 0 0 0 0 0 Kurang 0 0 2 2 7 11 Sedang 0 1 2 2 9 13 Baik 0 3 8 11 45 67 Total 0 4 11 15 61 91 Dalam melakukan uji X2 terdapat kendala dimana pada tabel notasi nilai harapan pada tabel di atas terdapat nilai 0 pada sel E1g ku,e2,e3,e4,e5,e6,e11,e16, sedangkan batasan dalam uji X2 tidak ada nilai yang kurang dari sati (1) dan tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh sel sehingga untuk melakukan uji X2 tidak dapat dilakukan (dr. Budi Chandra, 1995). Sehingga dalam penelitian ini tidak dapat dicari hubungan tingkat keparahan karies (DMF-T) dengan status gizi anak-anak Selatan. PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan peneliti berdasarkan dari hasil distribusi frekuensi dari dua variabel yang ada. Dari 91 responden tidak terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara jumlah anak lakilaki dan perempuan. Secara berurutan persentase anak laki-laki dan anak perempuan adalah 49,5% dan 50,5%. Pada hasil penelitian ini secara univariat rata-rata tingkat keparahan karies pada anak-anak SDN 5 Kec. Jatimulyo Kab. Lampung Selatan adalah 8,6 (67%) masih sangat tinggi. Tingkat keparahan karies pada anak laki-laki adalah 8,6 sedikit lebih rendah dari anak perempuan 8,8. Hasil ini tidak jauh dari penelitian Situmorang (1994) yang dilakukan pada ibu-ibu rumah [35]

tangga di Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang yaitu 7,7. Hal ini perlu mendapat perhatian serius untuk menurunkan tingkat keparahan karies dan pencegahan penyakit karies yang lebih lanjut. Komponen yang terbesar dari DMF-T adalah decay yaitu rata-rata sebesar 5,5 untuk anak laki-laki dan 5,8 untuk anak perempuan, sedangkan missing sedang (3,0) dan filling sangat rendah bahkan pada komponen filling tidak dapat diobservasi pada semua sampel, baik yang laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran responden akan kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah. Standar DMF-T menurut WHO adalah < 3, sehingga tingkat keparahan karies sangat jauh diatas standar, namun kesadaran untuk berobat gigi sangat rendah dilihat dari skor filling yang sangat rendah. Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi status gizi anak-anak di SDN 5 Kec. Jatimulyo Kab. Lampung Selatan, diketahui bahwa dari 91 sampel jumlah anak yang mempunyai status gizi baik sebanyak 67 orang (73,6%), yang sedang sebanyak 13 orang (14,3%), yang kurang sebanyak 1 orang (12,1%) dan tidak ada anak yang mempunyai status gizi buruk. Sebagian besar responden mempunyai status gizi yang baik, dan tidak satupun responden dengan status gizi buruk. Hal ini menunjukan bahwa asupan makanan bergizi pada anak-anak SDN 5 dapat dikatakan sudah sangat baik. Penilaian status gizi menggambarkan status gizi sekarang (Supriasa,2000). Dari hasil distribusi frekuensi bivariat dari dua variabel pada kategori status gizi dan tingkat keparahan karies (DMF-T) dapat dikatakan bahwa status gizi yang terbanyak didapat pada kategori status gizi baik, pada karies sangat tinggi 43, karies tinggi 12, karies sedang 9 dan karies rendah 3. Pada anak-anak dengan tingkat keparahan karies yang tinggi, tidak terdapat gizi buruk. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara kearahan karies dengan status gizi pada anak-anak SDN di Kec. Jatimulyo Kab. Lampung Selatan. Namun hal ini masih perlu pengkajian lebih mendalam, karena analisa yang dipakai hanya dengan distribusi frekuensi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat keparahan dengan status gizi. Dalam penelitian Noerwida Rahayu Sasiwi pada anak taman kanak-kanak di Desa Pagersari Kec. Paten Kab. Kendal diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara tingkat keparahan karies dengan gangguan pengunyahan (dengan menggunakan uji Mann-Whitney). Dengan uji Rank Sperman dihasilkan ada hubungan antara gangguan pengunyahan dengan status gizi dan dengan menggunakan uji Pearsonac Product Moment didapatkan hasil ada hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi. Dengan demikian, gigi yang sakit akan mempengaruhi status gizi melalui mekanisme gangguan fungsi pengunyahan. Pada penelitian Noverina Damanik (2009) pada anak-anak SDN 091285 Panei Tongah Kec. Panei juga menunjukan adanya hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi pada anak-anak SD. Kedua hasil penelitian diatas sangat bertentangn dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, dimana hasil terlihat bahwa tingkat keparahan karies yang tinggi justru status gizi anak-anak SDN 5 adalah baik. Hal ini menurut penulis kemungkinan disebabkan oleh kurang tepatnya analisis statistic yang digunakan pada penelitian ini. Analisis dengan uji Kai Kuadrat yang dilakukan penulis terdapat nilai nol pada beberapa sel. Sedangkan batasan pada uji X2 tidak ada nilai kurang dari satu dan tidak boleh lebih dari 20% dari seluruh sel sehingga untuk melakukan uji X2 tidak dapat dilakukan (dr. Budi Chandra, 1995). Sehingga dalam penelitian ini tidak dapat dicari hubungan tingkat keparahan karies (DMF-T) dengan status gizi anak-anak Selatan Hal tersebut dapat terjadi berdasarkan analisis peneliti sebagai berikut: [36]

1. Penyebaran sampel yang tidak merata dimana pada analisis bivariat terdapat hasil penelitian bahwa pada anak-anak Selatan dengan status gizi buruk, sedang, kurang dan baik terdapat nilai DMF-T 0 2. Jumlah sampel yang kurang, hanya berjumlah 91 3. Tidak dilakukan survey pendahuluan untuk mengetahui gambaran kondisi populasi. KESIMPULAN Dari analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan belum diketahuinya hubungan DMF-T dengan status gizi pada anak-anak SDN 5 Kec. Jatimulyo Kab. Lampung Selatan. Hal ini terjadi karena adanya batasan-batasan untuk uji X2 tidak dapt dicari karena ada nilai 0 pada sel ekspektasi, sedangkan syarat uji X2 tidak boleh kurang dari 1 dan lebih dari 20% dari seluruh sel. Namun berdasarkan hasil frekuensi distribusi tingkat keparahan karies dengan status gizi, tidak hubungan keduanya. Tingkat keparahan karies (MF-T) rata-rata masih sangat tinggi (8,7), baik pada anak lai-laki maupun perempuan dan persentase status gizi terbesar adalah gizi baik yaitu 61 anak (73,6%). Selanjutnya penulis menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengkaji yang lebih mendalam tentang hubungan karies dengn status gizi, dengan melihat analisa statistic yang aling tepat untuk melihat hubungan antara tingkat keparahan karies dengan status gizi. Untuk sekolah disarankan agar anak-anak SDN 5 melakukan pengobatan secara intensif ke puskesmas dan lebih meningkatkan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk menjaga kesehatan giginya * Dosen pada Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang. DAFTAR PUSTAKA Abdoerrahman, Afandi, Agusman S, Alatas, Dahlan A, Aminullah A, Bakri F, Bisanto Y, Budiarso A, Budiman LG, Musa AD, dkk, 1997. Odontologi dalam ilmu kesehatan anak II. Info Medika, Jakarta. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Dep Kes RI, 2004. Seri Survey Kesehatan Rumah Tangga Status Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta. Dep Kes RI, 1997. Modul Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Jakarta. Dir Jen Pelayanan Medik, Jakarta. [37]