Perekonomian Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

PEREKONOMIAN INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

PEREKONOMIAN INDONESIA

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Hubungan Ketenagakerjaan Dan Perubahan Struktur Ekonomi terhadap Kesejahteraan Masyarakat

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

III. KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

Perekonomian Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

PERGESERAN STRUKTUR PEREKONOMIAN ATAS DASAR PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Ekonomi merupakan proses perubahan kondisi suatu Negara secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDUHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi menjadi tujuan dari semua negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA. Oleh: Emi Suwarni ABSTRACT. KeywordS: Structural changes, primary sector, secondary sector, tertier sector.

Transkripsi:

MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul ini membahas konsep transformasi struktural, proses yang menyertai transformasi struktural, bagaimana transformasi struktural di Indonesia.serta dampak positif dan negatif dari transformasi struktural perekonomian. Kompetensi Mampu menjelaskan tentang: 1. Konsep Transformasi Struktural Perekonomian (Pengertian dan Teori yang mendasarinya) 2. Proses yang mengiringi Transformasi Struktural 3. Transformasi Struktural di Indonesia 4. Dampak positif dan negatif transformasi struktural

Pendahuluan Pada awal modul akan dibahas tentang konsep perubahan struktur ekonomi menurut beberapa teori tentang perubahan struktural perekonomian. Berdasarkan teori-teori tersebut akan dibahas lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan struktur perekonomian tersebut. Selanjutnya akan dibahas bagaimana perubahan struktur perekonomian yang terjadi di Indonesia. Modul ini juga membahas beberapa hal yang terkait dengan konsep teori mikro ekonomi, misalnya marginal product (MP) dan istilah-istilah dalam makro ekonomi seperti Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan koefisien Gini. Mahasiswa bisa membaca lagi materi-materi tersebut baik di mata kuliah terkait atau referensi lain, untuk memudahkan memahami materi ini. Sebelum membahas bagaimana perubahan struktur perekonomian, kita perlu membahas struktur perekonomian terlebih dahulu. Dumairy (1999) menjelaskan bahwa struktur ekonomi negara setidaknya dapat dilihat dari empat sudut tinjauan yaitu: 1. Tinjauan makro-sektoral Berdasarkan tinjauan makro sektoral, struktur perekonomian dapat terdiri dari sektor agraris (pertanian), sektor industri dan sektor perdagangan. 2. Tinjauan keruangan Berdasarkan tinjauan keruangan, suatu perekonomian ditinjau dari sektor tradisional (wilayah pedesaan) dan sektor perkotaan (sektor modern) dan dilihat bagaimana peran masing-masing sektor tersebut terhadap perekonomian secara keseluruhan 3. Tinjauan penyelenggaraan negara Perekonomian dilihat dari siapa yang memegang peran penting di dalamnya. Apakah pemerintah, rakyat pada umumnya, ataukah para pemodal. Dari hal tersebut dapat terlihat apakah perekonomian berstruktur etatis, egaliter atau borjuis. 4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan Dari tinjauan ini, perekonomian terlihat sentralistis atau desentralisitis (terpusat atau daerah diberi kewenangan untuk mengatur perekonomian). Pada pembahasan selanjutnya, struktur perekonomian akan ditinjau dari makro sektoral dan keruangan terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada perekonomian tersebut. 2

Konsep Transformasi Struktural Apa itu Transformasi Struktural Perekonomian? Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa suatu perekonomian mempunyai struktur yang di dalamnya terdiri beberapa unsur tergantung dari mana kita melihat struktur suatu perekonomian. Struktur perekonomian tersebut bisa berubah komposisinya apabila dilakukan pembangunan dan perubahan tersebut pada umumnya akan terlihat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan ekonomi akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non-primer khususnya industri manufaktur. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan per kapita, maka semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain yang mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku dan teknologi tersedia. Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi struktural dianggap menjadi prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 2006). Dengan demikian suatu pembangunan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari adanya suatu perubahan struktur dalam perekonomian. Perubahan struktur perekonomian sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. 1. Perubahan struktur ekonomi lazim disebut transformasi struktural. Teori tentang Transformasi Struktural Terdapat dua tokoh utama pengusung teori ini yaitu Arthur Lewis dan Hollis Chenery. Arthur Lewis 1 Tambunan (2012) dalam Perekonomian Indonesia 3

Arthur Lewis membahas perekonomian dari tinjauan keruangan dimana proses pembangunan ekonomi terjadi di pedesaan dan perkotaan. Lewis mengasumsikam bahwa perekonomian suatu negara terdiri dari dua unsur, perekonomian tradisional di pedesaan dengan sektor pertanian yang mendominasi dan perekonomian modern di perkotaan yang didominasi oleh sektor industri. Di pedesaan jumlah penduduk tinggi, sehingga tenaga kerja melimpah dan mengalami surplus tenaga kerja sehingga Marginal Productivity (MP)=0. Artinya perekonomian mencapai suatu titik dimana setiap tambahan satu pekerja tidak akan menambah output dengan kata lain tidak menambah produktivitas. Dengan demikian tingkat produktivitas tenaga kerja menurun. Produktivitas menurun membuat tingkat upah menjadi rendah. Sementara itu di perkotaan terjadi sebaliknya. Perkotaan yang dominan dengan sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Dalam kondisi pasar tenaga kerja tersebut dan produktivitas yang tinggi menunjukkan bahwa fungsi produksi belumm mencapai tingkat optimal. Tingginya produktivitas dan kekurangan tenaga kerja membuat tingkat upah di perkotaan menjadi lebih tinggi. (mengenai fungsi produksi, Anda bisa membaca lagi di bukubuku tentang mikro ekonomi). Perbedaan kondisi tenaga kerja, tingkat upah dan tingkat produktivitas ini, menyebabkan adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan di mana tingkat upah bisa mencapai lebih tinggi sekitar 30 persen. Perpindahan tersebut tidak akan mengurangi produktivitas di sektor pertanian karena tenaga kerja di sektor pertanian surplus. Perpindahan tersebut justru membuat tenaga kerja mendapatkan upah yang lebih tinggi di sektor industri. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan pendapatan negara. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan peningkatan permintaan bahan makanan, hal ini mnejadi pendorong utama pertumbuhan output di sektor bahan makanan dan dalam jangka panjang pertumbuhan di sektor pertanian akan meningkat. Di lain sisi, masyarakat perkotaan mulai mengalami perubahan pola konsumsi dimana mereka mulai menyisihkan sebagian pendapatan untuk membeli produk industrial dan produk jasa. Permintaan ini juga menjadi pendorong naiknya prtumbuhan output. Dengan demikian perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kapabilitas untuk melakukan investasi (peningkatan akumulasi modal). Sebagaimana telah dibahas di modul sebelumnya bahwa akumulasi modal adalah aspek yang sangat penting dalam suatu pembangunan ekonomi. Indikator yang tampak dari teori ini adalah meningkatnya porsi output sektor industri terhadap output perekonomian secara total dan menurunnya porsi output sektor pertanian terhadap output perekonomian.secara total. Selain dari sisi output, juga terlihat dari sisi tenaga keja dimana terjadi peningkatan porsi tenaga kerja sektor 4

industri terhadap total tenaga kerja dan terjadi penurunan porsi tenaga kerja sektor pertanian terhadap total tenaga kerja. Teori Arthur Lewis dapat terlihat pada gambar 8.1 berikut ini SEKTOR PERTANIAN/TRADISIONAL DI PEDESAAN Jumlah penduduk tinggi Surplus tenaga kerja MP=0 Produktivitas rendah Upah rendah SEKTOR INDUSTRI/MANUFAKTUR/MODERN DI PERKOTAAN Membutuhkan tenaga kerja lebih banyak Produktivitas tinggi Upah tinggi Perbedaan kondisi timbul perpindahan tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan Tenaga kerja perkotaan meningkat, produktivitas meningkat, pendapatan meningkat Permintaan pangan meningkat sektor pertanian meningkat Permintaan secara umum meningkat produktivitas barang/jasa (PDB) meningkat pertumbuhan ekonomi meningkat. Gambar 8.1 Hollis Chenery Kerangka pemikiran Chenery mirip dengan Lewis dan berusaha membuktikan secara empiris teori yang diajukan Lewis. Chenery bersama Syrquin (1975) melakukan pengujian secara empiris ke banyak negara (kurang lebih 101 negara selama tahun 1950 s.d 1970) terkait dengan perubahan struktural yang terjadi di negara tersebut. Hasil penelitian 5

menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat maka akan terjadi pergeseran atau perubahan struktur perekonomian. Perubahan tersebut meliputi: 1. Terjadi pergeseran dari barang produksi pertanian ke produksi barang industri, peranan industri meningkat dan peranan sektor pertanian menurun. Hal ini ditunjukkan dengan persentase output sektor-sektor tersebut terhadap output perekonomian secara total 2. Tingkat tabungan dan akumulasi modal, baik modal fisik maupun modal manusia (pendidikan) semakin meningkat. 3. Terjadi perubahan dalam komposisi permintaan dalam negeri di mana pengeluaran masyarakat untuk pangan relatif menurun, pengeluaran untuk bukan pangan meningkat, pengeluaran untuk investasi dan untuk sektor pemerintah meningkat. Pada umumnya ekspor dan impor meningkat dan komposisi ekspor bergeser dari bahan mentah menjadi barang industri 4. Terjadi pergeseran penggunaan faktor produksi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, sementara produktivitas sektor pertanian juga meningkat. 5. Perubahan sosial: terjadinya urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat kematian menurun, sekaligus distribusi pendapatan makin timpang. Jadi pada dasarnya, Chenery menjelaskan sekaligus mnedukung teori Lewis dengan membuktikannya melalui penelitian empiris dan memang terbukti terdapat perubahan struktur ekonomi seiring dengan kenaikan pendapatan per kapita. Proses dalam Transformasi Struktural Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita terjadi perubahan struktur perekonomian atau biasa disebut transformasi struktural. Transformasi struktural terjadi melalui suatu proses. Proses tersebut meliputi akumulasi, alokasi dan distribusi (Djojohadikusumo:1994). 1. Proses Akumulasi Proses akumulasi adalah proses pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan kapasitas produksi seiring dengan kenaikan pendapatan perkapita suatu negara. Variabel yang dapat merefleksikan akumulasi sumber daya yang meningkatkan kapasitas perekonomian adalah investasi (akumulasi modal fisik), pendidikan (akumulasi modal manusia), serta penerimaan pemerintah (akumulasi kemampuan pemerintah untuk membiayai pembagunan). 6

Investasi dapat diukur dari persentase tabungan dan investasi domestik terhadap PDB yang makin meningkat dan menurunnya persentase modal asing terhadap PDB. Variabel pendidikan dapat dihitung dari persentase pengeluaran pemerintah untuk pendidikan terhadap PDB dan besarnya angka kelulusan untuk pendidikan dasar. Sementara itu variabel penerimaan pemerintah dapat diukur dari besarnya persentase penerimaan pajak dan penerimaan total pemerintah terhadap PDB. 2. Proses Alokasi Proses alokasi adalah proses yang merupakan interaksi antara proses akumulasi dan pergeseran pola konsumsi masyarakat seiring dengan meningkatkan pendapatan perkapita. Variabel yang mencerminkan proses alokasi terdiri dari struktur permintaan domestik, struktur perdagangan internasional, dan struktur produksi. Struktur permintaan domestik dapat diukur dari persentase dari hal-hal sebagai berikut terhadap PDB, yaitu investasi domestik, konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, konsumsi makanan dan non-makanan. Secara teori, hanya konsumsi makanan yang mengalami penurunan sementara konsumsi yang lain mengalami peningkatan. Struktur perdagangan internasional dapat diukur dari persentase terhadap PDB dari ekspor, ekspor barang primer, Ekspor barang manufaktur, ekspor jasa dan impor. Secara teori yang mengalami penurunan persentase adalah ekspor barang primer sedangkan yang lain mengalami peningkatan. Struktur produksi dapat dilihat dari persentase produksi sektor primer, manufaktur, dan sektor jasa terhadap PDB. Secara teori, semua indikator mengalami peningkatan keculai sektor primer. 3. Proses Distribusi Pendapatan dan Demografi Proses Distribusi demografi dan pendapatan adalah proses sosial/non ekonomi yang terjadi seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita. Variabel yang merefleksikan proses ini adalah: alokasi tenaga kerja, urbanisasi, dan distribusi pendapatan. Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada persentase tenaga kerja pada sektor primer, sektor manufaktur dan sektor jasa terhadap total tenaga kerja. Secara teori, persentase tenaga kerja sektor primer akan mengalami penurunan. Indikator selanjutnya adalah urbanisasi dimana urbanisasi biasanya akan meningkat. Indikator yang terakhir adalah ketimpangan semakin besar hal ini terlihat pada koefisien Gini. 7

Proses Variabel Indikator Keterangan Akumulasi Investasi (akumulasi modal fisik Pendidikan (akumulasi modal manusia) Penerimaan pemerintah tabungan domestik/pdb (%) investasi domestik/pdb (%) modal asing/pdb (%) Belanja pemerintah untuk pendidikan/pdb (%) Angka kelulusan pendidikan dasar dan menengah Penerimaan pajak/pdb (%) Modal asing/pdb seharusnya menurun dan indikator lain meningkat Porsi belanja pendidikan pemerintah dan angka kelulusan seharusnya meningkat Seiring peningkatan pendapatan masyarakat, penerimaan pajak seharusnya juga meningkat Alokasi Struktur permintaan domestik Investasi domestik/pdb (%) Konsumsi swasta/pdb (%) Konsumsi Pemerintah/PDB (%) Konsumsi makanan/pdb (%) Persentase konsumsi makanan thd PDB seharusnya mengalami penurunan sementara indikator yang lain meningkat Konsumsi non-makanan/pdb(%) Struktur perdagangan internasional Ekspor/PDB (%) Ekspor barang primer/pdb (%) Eksor barang manufaktur/pdb (%) Ekspor jasa/pdb (%) Impor/PDB (%) Persentase ekspor barang primer thd PDB seharusnya mengalami penurunan, sementara indikatorindikator yang lain mengalami peningkatan Struktur produksi Produksi sektor primer/pdb (%) Produksi sektor manufaktur/pdb (%) Produksi sektor jasa/pdb (%) Persentase produksi sektor primer seharusnya mengalami penurunan sementara indikator lain mengalami peningkatan Distribusi pendapatan dan Penduduk Alokasi tenaga kerja Tenaga kerja sektor primer/total tenaga kerja (%) Tenaga kerja sektor manufaktur/total tenaga kerja (%) Tenaga kerja sektor jasa/total tenaga kerja (%) Persentase tenaga kerja sektor primer thd total tenaga kerja seharusnya mengalami penurunan sedangkan indikator yang lain mengalami peningkatan Urbanisasi Persentase penduduk perkotaan terhadap total penduduk Persentase penduduk perkotaan thdp total penduduk akan meningkat Distribusi Pendapatan Koefisien Gini Terjadi ketimpangan Kurva Kuznets 8

Transformasi Struktural di Indonesia Pada pembahasan ini akan ditunjukkan beberapa data perekonomian di Indonesia terkait dengan transformasi struktural. Data-data tersebut menjadi indikator-indikator dalam proses transformasi struktural yaitu proses akumulasi, proses alokasidan proses distribusi. Tidak semua data dapat ditampilkan karena keterbatasan dalam pencarian data. 1. Proses Akumulasi a. Porsi Investasi Domestik terhadap PDB Berikut ini adalah grafik perkembangan persentase investasi domestik terhadap total PDB di Indonesia sejak tahun 1969 s.d 2007 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - Gambar 4.1 grafik share investasi domestik terhadap PDB Seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat, secara teori seharusnya porsi investasi domestik terhadap PDB semakin meningkat. Jika dilihat dari grafik 4.1, secara trend, porsi investasi domestik terhadap PDB masih fluktuatif dan banyak dipengaruhi oleh kondisi fundamental ekonomi. b. Porsi penerimaan Pajak terhadap PDB Indikator selanjutnya adalah persentase penerimaan pajak terhadap PDB, yang perkembangannya ditunjukkan gambar 4.2 berikut. 9

25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - % Penerimaan pajak/ Gambar 4.2.Grafik Share penerimaan pajak terhadap PDB Peningkatan pendapatan seiring dengan terjadinya transformasi struktural akan meningkatkan penerimaan pajak, terutama pajak penghasilan. Dilihat dari grafik, secara trend terjadi peningkatan dari tahun 1969, kemudian mengalami penurunan tahun 1984. Hal ini diduga karena resesi ekonomi dunia, sehingga pemerintah menerapkan keringanan pajak untuk meningkatkan perekonomian lagi sehingga mulai trend meningkat lagi setelah itu. 2. Proses Alokasi a. Persentase konsumsi pemerintah dan konsumsi swasta terhadap PDB Gambar 4.3 menggambarkan perkembangan persentase konsumsi pemerintah dan konsumsi swasta terhadap PDB. 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 konsumsi swasta konsumsi pemerintah Gambar 4.3 grafik konsumsi pemerintah dan konsumsi swasta 10

1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 *2006 ***2008 1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 *2006 ***2008 b. Persentase Ekspor dan Impor terhadap PDB Gambar 4.4 menunjukkan perkembangan persentase ekspor dan impor terhadap PDB. 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 ekspor impor 0,00 Gambar 4.4 Grafik share ekspor dan impor terhadap PDB c. Persentase PDB sektor pertanian dan sektor manufaktur terhadap total PDB 60 50 40 30 20 PDB sektor pertanian PDB sektor manufaktur 10 0 Gambar 4.5.Grafik Share PDB sektor pertanian dan manufaktur terhadap PDB Grafik 4.5 menjelaskan bahwa persentase tenaga kerja di sektor pertanian terhadap PDB mengalami trend menurun. Hal ini berlawanan dengan trend persentase tenaga kerja sektor industri manufaktur yang mengalami peningkatan. Bahkan di awal 1969, nilainya lebih tinggi sektor pertanian, sekarang menjadi sektor industr manufaktur yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan telah terjadi transformasi struktural. 11

1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 **2007 3. Proses Distribusi a. Persentase tenaga kerja sektor pertanian dan sektor tenaga kerja terhadap total tenaga kerja 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 t.k. sektor pertanian t.k. sektor manufaktur 10,00 0,00 Gambar 4.6. Grafik share tenaga kerja pertanian&manufaktur terhadap total tenaga kerja Grafik 4.6 ini menunjukkan bahwa terjadi transformasi struktural di Indonesia dari sektor pertanian ke sektor industri manufaktur. Porsi sektor pertanian terhadap PDB menurun cukup drastis dan porsi sektor industri manufaktur mengalami peningkatan. b. Persentase jumlah penduduk perkotaan terhadap jumlah penduduk total 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 penduduk perkotaan Gambar 4.7. Grafik share penduduk perkotaan terhadap jumlah penduduk total Grafik 4.7 menggambarkan proses transformasi struktural dari sisi kependudukan. Hal ini dilihat dari perkembangan persentase penduduk yang tinggal di perkotaan. Trend 12

1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 *2006 ***2008 yang meningkat menunjukkan bahwa pelaku ekonomi lebih banyak berada di sektor modern dengan tinggal di perkotaan. c. Koefisien Gini Koefisien Gini menggambarkan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan suatu perekonomian. Semakin tinggi koefisien Gini (mendekati angka 1) berarti semakin timpang. Menurut teori pertumbuhan, pada proses pembangunan, akan terjadi kertimpangan, tetapi dalam jangka waktu yang panjang, ketimpangan akan berkurang dan perekonomian menjadi konvergen pada titik pendapatan tertentu. 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 koefisien Gini 0,1 0,05 0 13

Dampak Positif dan Negatif Transformasi Struktural Perekonomian 2 Transformasi Struktural adalah sebuah proses yang terjadi dalam pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Transformasi struktural memiliki dampak positif dan itu yang diharapkan. Namun demikian, transformasi struktural juga memiliki dampak negatif. Bagi pengambil kebijakan perlu diambil strategi bagaimana mengoptimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang timbul. Dampak Positif 1. Peningkatan produksi pertanian yang dirangsang oleh perubahan sistem pertanian subsistence ke pertanian modern (agroindustri). 2. Penyerapan tenaga kerja (pengangguran) di perkotaan pada industri-industri baru. 3. Percepatan arus uang dan barang yang merangsang percepatan pendapatan perkapita masyarakat, yang pada gilirannya memperbaiki tingkat kesejahteraannya. Dampak Negatif 1. Hilangnya lahan pertanian (sawah dan non sawah), yang mengakibatkan para petani dan buruh penggarap kehilangan mata pencaharian. 2. Munculnya pengangguran struktural yang tidak mungkin tertampung seluruhnya pada sektor industri dan jasa. 3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan beban kota semakin berat serta menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya. 2 http://www.geocities.ws/mas_tri/transformasistruktural.pdf 14

Daftar Pustaka Djojohadikusumo, Sumitro. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta:LP3ES. 1994 Dumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1999 Gilarso,T. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius. 2002. Pannenungi, Maddaremeng. Slide Bahan Ajar Kebijakan Ekonomi Indonesia- MPKP FEUI. Transformasi Struktural.2009. Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Kajian teoritis dan Analisis Empiris. Jakarta: Ghalia.2012. Todaro, Michael&Stephen C.Smith. Pembangunan Ekonomi Edisi ke sembilan. alih bahasa oleh Haris Munandar. Jakarta :Erlangga. 2006 www.bps.go.id http://www.geocities.ws/mas_tri/transformasistruktural.pdf 15