Insentif Perpajakan Sebagai Pendukung Tercapainya Revolusi Industri 4.0 Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
FASILITAS PPh Energi Terbarukan

Menperin Sebut Fasilitas Fiskal Tax Holiday Terbukti Mampu Tingkatkan Investasi Dalam Negeri

PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE. Mei 2018

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PMK.010/2018 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALH AN

DAFTAR RINCIAN BIDANG USAHA DAN JENIS PRODUKSI DARI MASING- MASING CAKUPAN INDUSTRI PIONIR

Kebijakan Sektor Industri Otomotif Dalam Rangka Implementasi Roadmap Industri 4.0

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional

Account Representative

PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

2 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komer

1 of 5 21/12/ :18

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

2011, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN tentang PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.011/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

DUKUNGAN FISKAL BAGI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PUBLIK

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Perekonomian Indonesia

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Revolusi Industri Global

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Menperin Ramalkan Indonesia Masuk 5 Negara Ekonomi Terbesar Dunia di 2045

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

2015, No diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Repu

Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

PEMBERIAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-03/M.

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE)

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

BAB II PELAYANAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UU NO.25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. negara. Negara sebagai wadah bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

DAFTAR PERSYARATAN PERMOHONAN USULAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN BADAN (TAX ALLOWANCE)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Transkripsi:

Insentif Perpajakan Sebagai Pendukung Tercapainya Revolusi Industri 4.0 Indonesia Jakarta, 4 April 2018 Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Revolusi Industri dari Masa ke Masa Source: A.T. Kearney

Industry 4.0 Perubahan dalam proses bisnis Pelaku Industri 4.0 Connectivity & Computer Power Analytics and Intelligence Human- Machine Interfaxe Digital-physical Transformation Internet of things Connecting unconnected Artificial Intelligence Wearable devices 3D Printings Advance Robotic Penyedia Teknologi Artificial Intelligence (AI) Internet of Things Virtual & Augmented Reality Censor & Scanning 3D Printing Robotik / Otomasi Penyedia Infrastruktur Digital Internet Service Provider (ISP) Big Data Server Cloud Computing Telekomunikasi Pengguna Teknologi dan Infrastruktur Industry 4.0 Industri Barang Modal Industri Barang Konsumsi Jasa Industri Peningkatan efisiensi Penurunan biaya produksi Perbaikan dalam proses produksi Sumber: A.T.Kearney 3

Global Value Chain R&D memiliki kontribusi penambahan nilai (value-added) yang besar dalam global value chain, sementara manufaktur memiliki kontribusi paling kecil 4

Supply chain pada setiap value chain Supply chain pada setiap value chain 5

Area Perhatian Pengembangan Industri Dalam Negeri Peningkatan Direct Investment Ketersediaan Energi & Infrastruktur Ketersediaan Bahan Baku dan Intermediary Good Terbangunnya Ekosistem Inovasi Tersedianya SDM berdaya saing tinggi INSENTIF PERPAJAKAN Dalam rangka mendorong peningkatan area pengembangan industrialisasi, Pemerintah dapat melakukan intervensi, dengan menggunakan instrument fiskal perpajakan. Insentif Perpajakan sebagai salah satu alat pendukung, bukan faktor utama, dan bukan faktor satusatunya untuk mendorong pengembangan industrialisasi 6

Dukungan Pemerintah Melalui Insentif Perpajakan 7

Framework Perlunya Pemberian Insentif Perpajakan Pemberian Fasilitas Pajak harus terlebih dahulu memperhatikan: Tidak adanya alternative instrument lain yang lebih costefficient Benefit dari insentif pajak harus lebih besar dari cost. Terkait cost, termasuk diantaranya: Redundancy; inefficiency cost; Moral hazard. 8

Framework Political Economy Pemberian Fasilitas Pajak Peningkatan Transparansi Menghitung cost of incentives (Tax Expenditure statement) Akses informasi oleh publik atas Tax Expenditure Mengurangi Diskresi Keputusan pemberian insentif tidak berdasar diskresi perorangan, melainkan melalui automated targeting dalam ketentuan nya Perketat Administrasi Mengurangi moral hazard penggunaan insentif (eg. Melalui kewajiban laporan, audit, dll) Evaluasi efektivitas secara berkala Memberikan informasi efektifitas fasilitas dan menentukan perlunyanya mempertahankan atau menghilangkan fasilitas 9

Tax Holiday 10

Perbandingan Skema Fasilitas Tax Holiday yang Lama dan Baru Ketentuan PMK 159/2015 s.t.d.d. PMK 103/2016 PMK Baru Subjek Wajib Pajak Baru Penanaman Modal Baru Persentase pengurangan 10-100% 100% (single rate) 5-20 tahun dengan Penentuan jangka waktu berdasarkan nilai investasi Nilai Investasi Jangka waktu Tax Holiday Jangka Waktu 5-15 tahun diperpanjang s.d. 20 tahun dengan diskresi Menteri Keuangan Rp500 miliar s.d. kurang dari Rp1 triliun Rp 1 triliun s.d. kurang dari Rp 5 triliun Rp 5 triliun s.d. kurang dari Rp 15 triliun 5 tahun 7 tahun 10 tahun Rp 15 triliun s.d. kurang dari Rp 30 triliun 15 tahun Rp 30 triliun atau lebih 20 tahun Transisi Tidak diatur 50% selama 2 tahun Cakupan Industri 8 cakupan Industri Pionir 17 cakupan Industri Pionir 11

Cakupan Industri Pionir (1) PMK 159/2015 s.t.d.d. PMK 103/2016 1. Industri logam hulu 2. Industri pengilangan minyak bumi atau industri dan infrastruktur pengilangan minyak bumi, termasuk yang menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) 3. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam 4. Industri permesinan yang menghasilkan mesin industri 5. Industri pengolahan berbasis hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan 6. Industri telekomunikasi, informasi dan komunikasi 7. Industri transportasi kelautan 8. Infrastruktur ekonomi yang menggunakan skema selain Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). PMK Baru 1. Industri logam dasar hulu (besi baja dan bukan besi baja) dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi 2. Industri pemurnian dan/atau pengilangan minyak dan gas bumi dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi 3. Industri petrokimia berbasis minyak bumi, gas alam, atau batubara dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi 4. Industri kimia dasar anorganik dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi 5. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, perkebunan, atau kehutanan dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi 6. Industri bahan baku farmasi dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi 7. industri pembuatan semi konduktor dan komponen utama komputer lainnya seperti semikonduktor wafer, backlight untuk LCD, electrical driver, atau LCD yang terintegrasi dengan industri pembuatan komputer 8. Industri pembuatan komponen utama peralatan komunikasi seperti semikonduktor wafer, backlight untuk LCD, electrical driver, atau LCD yang terintegrasi dengan industri pembuatan telepon seluler (smartphone) 9. Industri pembuatan komponen utama alat kesehatan yang terintegrasi dengan industri pembuatan peralatan iradiasi, elektromedikal, atau elektroterapi 12

Cakupan Industri Pionir (2) PMK 159/2015 s.t.d.d. PMK 103/2016 PMK Baru 10. Industri pembuatan komponen utama mesin industri seperti motor listrik atau motor pembakaran dalam yang terintegrasi dengan industri pembuatan mesin 11. Industri pembuatan komponen utama mesin seperti piston, cylinder head, atau cylinder block yang terintegrasi dengan industri pembuatan kendaraan bermotor roda empat atau lebih 12. Industri pembuatan komponen robotik yang terintegrasi dengan industri pembuatan mesin-mesin manufaktur 13. Industri pembuatan komponen utama kapal yang terintegrasi dengan industri pembuatan kapal 14. Industri pembuatan komponen utama pesawat terbang seperti engine, propeller, rotor, atau komponen struktur yang terintegrasi dengan industri pembuatan pesawat terbang 15. Industri pembuatan komponen utama kereta api seperti engine atau transmisi yang terintegrasi dengan industri pembuatan kereta api 16. Industri mesin pembangkit tenaga listrik, termasuk industri mesin pembangkit listrik tenaga sampah 17. Infrastruktur ekonomi. 13

Tax Allowance 14

Fasilitas Tax Allowance Existing Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Bidangbidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerahdaerah tertentu, berupa: Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari nilai investaasi yang dibebankan secara bertahap selama 6 tahun; Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat; Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun dan maksimal 10 tahun; dan Tarif PPh sebesar 10% bagi WP luar negeri atau sesuai P3B (mana yang lebih rendah) Pasal 31A UU PPh Fasilitas Tax Allowance Regulasi Existing: PP 18 tahun 2015 s.t.d.d. PP 9 Tahun 2016 Kriteria WP yang dapat memperoleh fasilitas tax allowance: 1. Nilai investasi tinggi/untuk ekspor 2. Penyerapan tenaga kerja yang tinggi; dan 3. Kandungan lokal yang tinggi; Daftar bidang usaha yang dapat memperoleh tax allowance tercantum dalam lampiran I (terbuka untuk seluruh daerah) dan Lampiran II (untuk daerah-daerah tertentu PP 18 Lampiran I : 71 bidang usaha Lampiran II : 74 bidang usaha 15

Perbandingan Skema Existing dan Perubahan Fasilitas Tax Allowance Ketentuan PP 18/2015 stdd PP 9/2016 RPP Perubahan Prosedur pemberian fasilitas WP mengajukan permohonan ke BKPM BKPM mengadakan rapat klarifikasi dan rapat trilateral (Eselon I) Rekomendasi dari rapat trilateral sebagai dasar pemberian atau penolakan Memerlukan surat keterangan dari K/L pembina sektor WP mengajukan permohonan fasilitas bersamaan dengan pengajuan Pendaftaran Investasi (PI) di BKPM BKPM melakukan assessment persyaratan Apabila memenuhi, dalam PI akan mencantumkan uraian bahwa WP disetujui fasilitas TA nya Perluasan sektor yang dapat diberikan TA Lampiran I : 71 KBLI Lampiran II : 74 KBLI Penambahan KBLI baru Penambahan cakupan produk Perluasan daerah tujuan penanaman modal di daerah tertentu 16

Tata Cara Pengajuan Tax Allowance dan Perubahannya Existing Perubahan WAJIB PAJAK WP dapat Mengajukan permohonan bersamaan Pendaftaran Investasi Pendaftaran Investasi (PI) memuat: izin investasi Penetapan fasilitas TA Informasi mengenai KBLI, produk, tenaga kerja, dll BKPM Assessment pemenuhan KBLI, cakupan produk, nilai investasi, dll.

Insentif PPh untuk Kegiatan R&D dan Vokasi 18

Framework Fasilitas PPh mendorong Terbangunnya Ekosistem Inovasi melalui kegiatan Litbang (1) Konsideran Melakukan Litbang Litbang untuk Dipakai Sendiri Litbang untuk Dijual (perusahaan litbang) Tujuan: Penciptaan metode manufacture yang lebih efisien Tujuan: Penciptaan diversifikasi produk baru Tujuan: Menguasai Intellectual Property (one to many) Tujuan: Menjual hasil Litbang (one to one) Economic Value Added: Efisiensi biaya produksi Economic Value Added: Penjualan produk baru Economic Value Added: Royalti dari IP Economic Value Added: Penjualan hasil Litbang Dalam menentukan pemberian fasilitas Litbang, perlu ditentukan dulu jenis kegiatan litbang mana yang berpotensi menghasilkan economic value added yang strategis bagi perekonomian nasional. Jenis Litbang yang akan didorong tersebut akan menentukan jenis fasilitas yang lebih tepat diberikan (eg. Litbang untuk menguasai intellectual property lebih tepat diberi fasilitas pengurangan PPh atas penghasilan royalty, dan bukan berupa additional allowance yang dibebankan saat biaya dikeluarkan) 19

Framework Fasilitas PPh mendorong Terbangunnya Ekosistem Inovasi melalui kegiatan Litbang (2) Pertimbangan Pemberian Fasilitas Litbang Redundancy Cost Apakah swasta tetap melakukan litbang (karena nature kebutuhan industry) tanpa adanya fasilitas? Litbang yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban (eg. ketentuan SNI, BPPOM, dll) seharusnya tidak diberikan fasilitas Inefficiency Cost Litbang di Indonesia yang diberi fasilitas harus bisa memaksimalisasi penciptaan economic value added di Indonesia Jangan sampai litbang yang diberi fasilitas justru memberi value added lebih bagi negara tempat group perusahaannya, dengan cara group perusahaan menggunakan hasil litbang di Indonesia tanpa adanya kompensasi diberikan kepada perusahaan Indonesia yang melakukan litbang Moral Hazard Harus ada kepatian bahwa litbang yang dilakukan untuk tujuan penciptaan economic value added, dan bukan untuk penghindaran pajak semata Adanya fasilitas litbang, jangan sampai hanya menjadikan Indonesia sebagai cost center untuk kepentingan penghindaran pajak Targeting.Fasilitas hanya diberikan untuk jenis kegiatan litbang tertentu yang memiliki nilai strategis penciptaan economic value added. 20

Framework Fasilitas PPh mendorong Tersedianya SDM berdaya saing tinggi Pertimbangan Layaknya pemberian fasilitas bagi kegiatan vokasi industri: Penyiapan SDM berdaya saing tinggi seharusnya merupakan kewajiban Pemerintah. Ketika pemerintah belum mampu secara optimal untuk menciptakan SDM berkualitas, dan meminta swasta untuk terlibat untuk penyiapan SDM berkualitas, maka Pemerintah perlu memberikan kompensasi kepada swasta yang ikut berperan dalam penyiapan SDM berkualitas. Kriteria Kegiatan Vokasi Industri yang dapat diberi fasilitas: Kegiatan vokasi ditujukan untuk masyarakat umum, dan bukan vokasi dalam rangka diklat pegawainya. Kegiatan vokasi harus sesuai target pengembangan SDM berdasarkan program pemerintah (link and match program) Kegiatan vokasi harus sesuai dengan target kompetensi yang diharapkan berkembang dan ditentukan oleh Pemerintah. Kegiatan vokasi harus dilakukan sesuai kapasitas keahlian dari industri terkait. 21

TERIMA KASIH