1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang atau haid merupakan suatu kondisi yang dialami oleh setiap perempuan. Biasanya seorang gadis dikatakan sudah menginjak remaja bila telah mengalami haidnya yang pertama atau menarche. Datangnya haid ini menandakan bahwa fungsi tubuh seorang perempuan berjalan dengan baik dan normal. adalah perubahan fisiologis dalam tubuh seorang perempuan yang terjadi secara berkala dan dialami setiap bulannya secara rutin (Admin, 2010). Kebiasaan menjaga kebersihan dan berperilaku hygienis, termasuk membersihkan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Namun perilaku hygiene pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Saifudin, 2002). Hasil penelitian Astuti (2003) menyatakan bahwa pendidikan seputar menstruasi mempengaruhi kesiapan anak perempuan menjelang remaja untuk menghadapinya. Selanjutnya jika individu tahu hal apa saja yang harus dilakukan pada saat mengalami kondisi yang sama, misalnya bagaimana cara mengatasi keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu, bagaimana cara memakai pembalut, serta bagaimana cara perawatan diri pada saat menstruasi, maka diharapkan individu berperilaku higienis ketika mengalami menstruasi (Indriastuti, 2009). Kebersihan vulva saat menstruasi merupakan bagian dari kebersihan personal pada saat menstruasi. Kebersihan selama masa menstruasi ini sangat penting, karena bila penanganan selama haid tidak benar atau tidak steril maka dapat mengakibatkan infeksi alat reproduksi yaitu infeksi iatrogenik. Sedangkan infeksi alat reproduksi ini mempunyai dampak yang buruk ke masa depan, atau dengan kata lain mempunyai dampak seumur hidup, seperti 1
2 kemandulan yang konsekuensinya adalah menurunnya kualitas hidup individu yang bersangkutan (Depkes, 1996 dalam Aryani, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramawati (2011) yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri anak tuna grahita diperoleh hasil kemampuan perawatan diri anak tunagrahita masih rendah. Triman Prasedjo (1976) menyebutkan bahwa Tunagrahita adalah keadaan dimana individu menunjukkan gangguan fungsi intelegensinya yang dimulai sejak lahir atau masa perkembanganya, yang bermanifestasi pada gangguan belajar dan gangguan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Depdikbud untuk keperluan pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita bahwa anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi tunagrahita berat yang memiliki tingkat kecerdasan antara 20 ke bawah, tunagrahita sedang yang mempunyai tingkat kecerdasan antara 20-50, dan tunagrahita ringan yaitu memiliki tingkat kecerdasan antara 50-70. Kemampuan anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat intelegensi sehingga untuk mencapai kemampuan optimal yang dimiliki anak tersebut dibutuhkan dukungan dari lingkungan, keluarga, dan perawat. (Maunder, 2006). Area ini menjadi tantangan tersendiri bagi perawat, karena lamanya waktu interaksi yang dibutuhkan untuk memberikan bimbingan kepada anak dengan berkebutuhan khusus (tunagrahita) dan keluarga tidak dapat direncanakan secara pasti. Adanya keterbatasan kecerdasan intelektual bahkan terkadang fisik dan emosional pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita menyebabkan panjangnya proses pembelajaran atau bimbingan yang harus diberikan. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan penulis, penulis mengambil beberapa anak remaja putri berkebutuhan khusus tuna grahita yang tercatat dalam SLB-C/C1 Yayasan Dharma Mulia Semarang yang sudah masuk masa menstruasi berjumlah 7 siswi. Studi pendahuluan yang diawali dengan observasi dilakukan peneliti dan didampingi salah satu guru dari
3 yayasan pada tanggal 5 Febuari 2013, hanya 6 siswi yang sesuai dengan kriteria peneliti. Dengan dibantu salah satu guru dari yayasan berkomunikasi dengan siswi mengatakan bahwa mereka mengetahui tentang menstruasi dari teman-teman, guru-guru SLB yang memberikan pelajaran ketrampilan bina diri, perilaku personal hygiene siswi pada saat menstruasi terutama saat mengganti pembalut terdapat 3 siswi yang sudah bisa mengganti balut secara mandiri dan 3 siswi yang lain masih membutuhkan bantuan baik dari teman maupun orang tua siswi. Sehubungan dengan kondisi dan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perilaku perineal hygiene remaja putri berkebutuhan khusus (tunagrahita) pada saat menstruasi di SLB-C/C1 Yayasan Dharma Mulia Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti Bagaimanakah perilaku perineal hygiene saat menstruasi pada remaja putri berkebutuhan khusus (tunagrahita) di SLB-C/C1 Yayasan Dharma Mulia Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui sikap dan prilaku perineal hygiene saat menstruasi pada remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita) di SLB-C/C1 Yayasan Dharma Mulia Semarang. 2. Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi karakteristik remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita) meliputi usia, klasifikasi tunagrahita dan kemampuan kognitif. b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang perineal hygiene saat menstruasi pada remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita). c. Mengidentifikasi tentang perilaku perineal hygiene saat menstruasi pada remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita).
4 D. Manfaat penelitian 1. Institusi Pendidikan Mengetahui sejauh mana perilaku perineal hygiene remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita) saat menstruasi. 2. Profesi keperawatan Memberikan masukan data tentang perilaku perineal hygiene remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita) ketika menstruasi, diharapkan dapat memberikan edukasi sehubungan dengan hasil yang dicapai. 3. Masyarakat Memberikan informasi bagi masyarakat terutama para remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita) agar dapat meningkatkan perilaku perineal hygiene ketika menstruasi. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Keperawatan Maternitas. F. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis belum ada penelitian tentang perilaku personal hygiene remaja putri berkebutuhan khusus (tunagrahita) di SLB-C/C1 YAYASAN DHARMA MULIA SEMARANG. Akan tetapi ada penelitian lain yang memiliki kesamaan variabel dependen dari penelitian ini dan perbedaan variabel independen yang digunakan antara lain: No Nama Peneliti/ Judul Metode Variabel Hasil Tahun 1. Suryati B/ 2012 Perilaku Cross Variabel Hasil penelitian adalah Kebersihan Sectional terikat : faktor dominan yang Remaja Saat Perilaku berpengaruh terhadap / Kebersihan perilaku kebersihan saat 2012 Variabel menstruasi adalah bebas pendidikan orang tua, :Remaja pengetahuan, sikap, Saat ketersediaan fasilitas alat pembersih dan dukungan teman sebaya. Analisis multivariat adalah dukungan teman sebaya dengan nilai Odds Rasio terbesar 2,963.
5 No Nama Peneliti/ Tahun 2 Saras Wijayanti Sudarto/ 2009 Judul Metode Variabel Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tetang Dengan Perilaku Hygiene Pada Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Ungaran Cross Sectional Variabel terikat: Pengetahuan Tentang menstruasi Variabel bebas: Perilaku hygiene menstruasi Perbedaan peneliti ini dengan peneliti sebelumnya adalah pada objek responden yang digunakan yaitu pada remaja putri berkebutuhan khusus (tuna grahita).