BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2014 PENGUKURAN COGNITIVE LOAD MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN ANATOMI TUMBUHAN YANG BERBASIS QUANTITATIVE LITERACY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

Penerapan asesmen kinerja dalam menilai Literasi kuantitatif siswa pada konsep ekosistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuda Gojali Ahmad N, 2013

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI TENTANG LITERASI QUANTITATIF

BAB I PENDAHULUAN. (Brum dan McKane, 1989; Towle, 1989). Ilmu biologi membahas fenomena

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan literasi kuantitatif dan kurikulum. Apakah merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

Universitas Liberal Arts: Belajar Seni Apa? Wah, kamu kuliah di universitas liberal arts? Kamu belajar seni ya?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sekali objek yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran biologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

RESUME KEGIATAN LESSON STUDY DI SMAN 1 SUMEDANG PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN BAGI SISWA CERDAS ISTIMEWA DAN BERBAKAT ISTIMEWA (CIBI)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dapat bertangung jawab pada masyarakat dan dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dika Solihah, 2013

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Dr. BUDIYONO SAPUTRO, M.Pd

I. PENDAHULUAN. tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. (BSNP, 2006). Pendidikan sains ini diharapkan dapat memberikan penguasaan

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

DESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN KEPERYAAN DIRI (SELF EFICCACY) MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan perkembangan IPTEK dalam era. melibatkan motivasi, komitmen organisasi, kepuasan pelanggan, saling

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012: 80) bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan mengakibatkan situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman

Pengantar Praktikum Biologi. DR. Sri Anggraeni, M.Si. Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini biologi masih terkesan sebagai mata kuliah hafalan oleh beberapa mahasiswa biologi. Hal ini dikarenakan pada umumnya biologi hanya menuntut mahasiswa untuk mengingat ciri, bentuk, persamaan dan perbedaan, atau karakteristik objek pengamatan lainnya (Lufri, 2007). Kemampuan mahasiswa biologi masih terbatas dari kemampuan menghafal dan mendeskripsikan konsep yang diajarkan, tidak pada kemampuan memahami literasi kuantitatif. Di lapangan ditemukan masih banyak mahasiswa yang tidak bisa membaca tabel, menginterpretasikan data melalui grafik, dan melakukan konversi satuan (Harrell, 1999). Speth et al (2010) juga melakukan penelitian mengenai literasi kuantitatif dalam mata kuliah biologi, di mana hasil penelitiannya menginformasikan bahwa sebagian besar mahasiswa biologi mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan sederhana, mempresentasikan data dalam grafik, dan mengartikulasikan data menjadi argumen. Di samping itu mayoritas mahasiswa di Amerika Serikat lulus dengan keterampilan kuantitatif yang rendah, padahal tuntutan ilmu biologi pada abad 21 diharapkan berkembang menjadi sains kuantitatif (Speth, et al., 2010). Pada abad ke 21 ini, literasi dan numerasi akan menjadi aspek yang tidak dapat dipisahkan pada orang berpendidikan terutama mahasiswa (Hustings, 2002). Agar menjadi efektif, keterampilan numerasi harus diajarkan dan dipelajari dalam situasi nyata dan pada konsep apapun di dalam sains (Steen, 2001). Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa biologi harus memiliki kemampuan pengoperasian matematika, pengukuran, dan pemodelan ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan di situasi nyata ketika belajar biologi. Selain itu, terdapat beberapa elemen yang harus dimiliki oleh mahasiswa biologi, diantaranya adalah keterampilan dalam berhitung,

memecahkan masalah, dan kemampuan berkomunikasi dan terampil dalam mengolah data kuantitatif (Hamzah, 2009). Berdasarkan hasil angket pada observasi awal (lampiran C.01) sebanyak 43,7% mahasiswa sepakat ada konsep biologi, yaitu genetika, yang digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan matematika, dan lainnya sebanyak 21,1%, 19,7%, dan 11,3% mahasiswa biologi juga masing-masing sepakat bahwa ada beberapa konsep lainnya, yaitu ekosistem, keanekaragaman dan klasifikasi makhluk hidup, dan bioteknologi juga dapat digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan matematika. Namun, hanya 1,4% mahasiswa biologi yang berpendapat bahwa anatomi tumbuhan juga dapat digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan matematika. Hal ini bisa diakibatkan karena hasil angket lain menyatakan sebanyak 93% mahasiswa biologi berpendapat bahwa konsep kualitatif adalah salah satu aspek yang paling sering dinilai dalam perkuliahan anatomi tumbuhan. Mahasiswa biologi terbiasa dilatih hanya untuk mengidentifikasi beberapa karakteristik tertentu ketika melakukan praktikum anatomi tumbuhan, beberapa diantaranya adalah : 95,8% bentuk sel, 90,1% letaknya di dalam jaringan/organ, 78,9% bentuk penebalan, 63,4% fungsi, 62% komponen penyusun, dll. Sedangkan, aspek lainnya yang mengharuskan mahasiswa memiliki keterampilan literasi kuantitatif pada perkuliahan anatomi tumbuhan tidak pernah terukur, misalnya distribusi sel per satuan luas pengamatan, frekuensi sel, diameter dan jumlah sel sebenarnya, dll. Bahkan, untuk menyelesaikan soal-soal ujian praktikum anatomi tumbuhan pun, mahasiswa lebih banyak menggunakan strategi sebagai berikut : a) 88,7% mengenali karakteristik utamanya, 83,1% menghapal gambar atau foto dari hasil praktikum, dan b) 69% menghapal ciri khas suatu spesies. Dari uraian-uraian tersebut, maka sudah dipastikan bahwa mahasiswa biologi memiliki kemampuan literasi kuantitatif yang rendah. Sehingga mahasiswa akan banyak mengalami kesulitan/kendala ketika dihadapkan pada beberapa tugas/persoalan yang diberikan pada perkuliahan anatomi tumbuhan berupa

data numerik. Hal ini terlihat dari angket, di mana sebanyak 59,2% siswa mengalami kesulitan ketika menggambar secara proposional, 54,9% kesulitan untuk menentukan ukuran sel dan jaringan sebenarnya, dll. Hasil observasi menunjukkan bahwa meskipun objek biologi sangat luas, namun literasi kuantitatif mahasiswa masih terfokus hanya pada beberapa konsep saja, misalnya genetika. Sedangkan anatomi tumbuhan dianggap tidak dapat dikembangkan ke arah keterampilan kuantitatif. Padahal tuntutan mahasiswa biologi sebagai seorang calon saintis adalah terampil dalam menggunakan mikroskop, mengukur ukuran sel, membuat model sel dengan ukuran yang sebenarnya sesuai dengan perbandingan. Hal ini sejalan dengan penelitian Harrell (1999) yang menyatakan bahwa pemahaman kuantitatif mahasiswa biologi masih lemah. Oleh karena itu, mahasiswa biologi harus mulai diperkenalkan tentang literasi kuantitatif sejak awal perkuliahan baik pada mata kuliah anatomi tumbuhan ataupun pada mata kuliah biologi lainnya. memiliki hubungan yang sinergis dengan matematika, biologi menghasilkan masalah yang menarik, dan matematika menyediakan jalan untuk memahami masalah di dalam biologi (Shonkwiler dan Herod, 2009). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ranganath (2003) yang menegaskan bahwa fenomena biologi itu kompleks dan dapat dipecahkan dengan bantuan matematika seperti peluang dan statistika. Lebih lanjut ditegaskan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanz et al (2012) yang menunjukkan bahwa matematika merupakan alat yang sangat esensial dalam beberapa subjek sains dan pendekatan kuantitatif sangat krusial untuk memahami permasalahan dalam sains. Oleh karena itu, pengajaran biologi terutama pada konsep anatomi tumbuhan untuk mahasiswa sarjana perlu untuk memberikan kesempatan terutama dalam mengembangkan keterampilannya dalam menggunakan alat matematika dan bahasa dari disiplin kuantitatif, tidak hanya berupa hafalan konsep. Untuk mengatasi kebutuhan Literasi kuantitatif, dalam pengajaran biologi,

maka perlu dimasukkan konsep-konsep kuantitatif pada seluruh mata kuliah biologi dan salah satunya pada konsep anatomi tumbuhan. Penerapan literasi kuantitatif dalam konsep anatomi tumbuhan dapat dilakukan secara efektif melalui penyusunan bahan ajar berbasis literasi kuantitatif yang terintegrasi dengan kegiatan praktikum. Bahan ajar merupakan komponen pendidikan yang sangat penting di dalam proses pembelajaran (Adisendjaja, 2007). Bahan ajar yang dikembangkan diharapkan menggalakkan kepada siswa untuk menggunakan numerasi dalam situasi apapun yang mereka lakukan, seperti : pengukuran dalam sains, memberikan penalaran yang logis dan rasional, dan juga dalam skoring. Agar menjadi efektif, keterampilan literasi kuantitatif harus diajarkan dan dipelajari dalam sebuah media yang bermakna dan mudah diingat (Steen, et al, 2001). Oleh karena itu, penerapan literasi kuantitatif ini sangat cocok untuk dimasukkan ke dalam bahan ajar. Bahan ajar juga merupakan salah satu yang sering digunakan oleh dosen maupun mahasiswa dalam proses pembelajaran serta memiliki peranan penting dalam upaya merealisasikan pembelajaran yang optimal. Hal ini dikarenakan seorang penulis dapat menuangkan informasi secara terperinci dalam bahan ajar. Selain itu, bahan ajar juga dapat dibaca berulang kali, direnungkan, dibedah, dan didiskusikan. Oleh karena itu, bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi kuantitatif mahasiswa biologi dalam konsep anatomi tumbuhan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada umumnya, di lapangan isi bahan ajar konsep anatomi tumbuhan berorientasi kepada bahan pelajaran yang formal yang menjejali mahasiswa dengan konsep-konsep yang harus dihafal, dan mayoritas bahan ajar anatomi tumbuhan belum mengarah kepada pengembangan literasi kuantitatif dan perolehan data kuantitatif, sehingga perlu adanya pengembangan dan penyusunan bahan ajar berbasis literasi kuantitatif pada konsep anatomi tumbuhan untuk meningkatkan kemampuan literasi kuantitatif mahasiswa biologi

Berdasarkan pemaparan tentang konten bahan ajar yang seharusnya, fakta, dan realita pengajaran biologi di lapangan serta hasil penelitian terkait, telah dilakukan penelitian pengembangan berupa penyusunan bahan ajar anatomi tumbuhan untuk menunjang literasi kuantitatif pada mahasiswa biologi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bahan ajar anatomi tumbuhan seperti apakah yang sesuai diterapkan untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi? Selanjutnya rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bahan ajar pada konsep anatomi tumbuhan untuk mahasiswa biologi yang berlaku di jurusan pendidikan FPMIPA UPI saat ini? 2. Bahan ajar anatomi tumbuhan seperti apakah yang sesuai untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi? 3. Bagaimana ketercapaian indikator literasi kuantitatif pada mahasiswa biologi? 4. Bagaimanakah hubungan antara nilai literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu bahan ajar anatomi tumbuhan untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa. Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bahan ajar pada konsep anatomi tumbuhan untuk mahasiswa biologi yang berlaku di jurusan pendidikan FPMIPA UPI saat ini sebagai acuan pengembangan bahan ajar yang baru 2. Untuk mengembangkan bahan ajar anatomi tumbuhan yang sesuai untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi 3. Untuk mengetahui ketercapaian indikator literasi kuantitatif pada mahasiswa biologi. 4. Untuk mengetahui hubungan antara nilai pada literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi. D. Batasan Masalah Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pokok permasalahan yang akan diteliti dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut : 1. Bahan ajar yang sudah ada dan dianalisis keterkaitannya dengan kuantitatif literasi adalah bahan ajar anatomi tumbuhan yang digunakan di jurusan pendidikan biologi FPMIPA UPI. 2. Produk bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa buku petunjuk praktikum yang berisi teori dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) anatomi tumbuhan yang terintegrasi untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa. 3. Materi literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi parenkim dan batang dengan konten yang bersifat literasi kuantitatif. 4. Materi literasi kuantitatif terapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi yang terkait dengan perkuliahan anatomi tumbuhan dan materi umum yang bersifat aplikasi (penerapan dalam kehidupan sehari-hari)

5. Hubungan yang dimaksud adalah bagaimana nilai literasi kuantitatif terapan jika seorang mahasiswa tersebut memiliki nilai anatomi tumbuhan yang baik atau sebaliknya. 6. Literasi kuantitatif yang diteliti menyangkut indikator dan kompetensi kuantitatif yang diadopsi dari Association of American Colleges and Universities (AACU, 2010). 7. Penelitian pengembangan ini dilakukan pada mahasiswa biologi S1 yang sedang mengontrak mata kuliah anatomi tumbuhan. 8. Penelitian pengembangan ini hanya sampai uji coba bahan ajar secara terbatas. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi mahasiswa, pengajar, maupun institusi pendidikan lainnya. 1. Bagi mahasiswa, melalui penelitian ini diharapkan bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan untuk menunjang kemampuan literasi kuantitatif pada mata kuliah anatomi tumbuhan 2. Bagi pengajar, diharapkan penelitian ini dapat : a) Memberikan suatu alternatif bentuk bahan ajar anatomi tumbuhan yang dapat menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi b) Memotivasi pengajar untuk mengembangkan bahan ajar literasi kuantitatif untuk materi perkuliahan biologi lainnya 3. Bagi peneliti pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian sejenis untuk menjadi rujukan dan masukan bahan pertimbangan.