BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Deddy Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan era globalisasi abad 21 ditandai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. Seiring dengan perkembangan IPTEK dibutuhkan keberadaan sumber daya manusia berkualitas yang dapat menjawab segala tantangan dan permasalahan yang ada. Upaya mengimbangi laju tersebut menuntut manusia terus menyesuaikan diri dalam segala aspek. Sains merupakan kunci dari perkembangan IPTEK dan menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pembelajaran sains dengan berbagai pendekatan yang sesuai, diharapkan dapat mendorong siswa untuk melek sains dan teknologi, mampu berpikir kritis dan logis, serta berargumentasi secara rasional dalam memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan. Menurut Haris, Philips, dan Penuel (2012), aspek penting dalam proses pembelajaran meliputi merumuskan pertanyaan, mendeskripsikan mekanisme, dan membangun argumen. Argumen merupakan sebuah pernyataan yang disertai dengan alasan yang dihasilkan melalui proses argumentasi. Argumentasi adalah proses membuat pernyataan disertai dengan bukti yang mendukung serta menggunakan alasan untuk membenarkan pernyataan. Menurut Voss, Lawrence dan Engle (dalam Cho dan Jonassen, 2002), proses argumentasi mengharuskan individu sebagai pemecah masalah untuk mengidentifikasi beberapa pandangan dan opini alternatif, mengembangkan dan memilih opini yang tepat, memberikan solusi yang masuk akal, serta didukung dengan data dan bukti. Siswa yang terlibat dalam proses berargumentasi perlu memberikan klaim atau pernyataan dengan bukti-bukti yang mendukung disertai alasan atau teori yang akurat untuk membenarkan klaim terhadap suatu permasalahan. Kemampuan berargumentasi merupakan aspek penting yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran sains khususnya biologi, karena proses pembelajaran biologi memfasilitasi siswa untuk belajar menemukan konsep 1
2 2 seperti yang dilakukan oleh seorang peneliti (scientist), yaitu dengan menerapkan metode ilmiah. Menurut Demirciglu dan Ucar (2012), melalui proses berargumentasi siswa mempelajari berbagai konsep ilmiah dan memiliki kesempatan untuk melatih keterampilan ilmiah siswa. Menurut McNeil dan Krajcik (2011), dengan beragumentasi siswa berpikir lebih baik dari segi pemahaman tentang konten ilmu pengetahuan. Hakyolu dan Feral (2011) menambahkan bahwa melalui kegiatan berargumentasi, kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Deane dan Song (2014) yang menyatakan bahwa argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa para siswa sangat pandai menghapal, tetapi kurang terampil dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini mungkin terkait dengan kecenderungan menggunakan hapalan sebagai wahana untuk menguasai ilmu pengetahuan, sehingga kemampuan berpikir, bernalar dan berargumentasinya kurang berkembang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya kemampuan berargumentasi siswa. Viyanti (2015) menyatakan bahwa kemampuan berargumentasi siswa masih rendah, siswa sering tidak memberikan argumentasi yang tepat dan bukti yang cukup, serta tidak menguatkan pendapat atau meluruskan bukti untuk mendukung argumentsi mereka. Roshayanti dan Rustaman (2009) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa kualitas argumentasi berdasarkan tes tertulis menunjukkan hanya 10% mahasiswa yang mengembangkan wacana argumentatif, sementara itu dari 10% mahasiswa tersebut hanya 4% yang memiliki struktur argumentasi yang cukup baik. Selain itu, Khusnayain, Abdurrahman, dan Suyatna (2013), menyatakan bahwa rata-rata skill argumentasi siswa masih tergolong rendah. Hasil penelitian lain, McNeill dan Krajcik (2011) menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membangun argumentasi ilmiah karena mengalami kebingungan dalam menentukan konten argumentasi. Zohar dan
3 3 Nemet (dalam Chan dan Esther, 2010), menyatakan bahwa lebih dari 80% siswa memberikan argumentasi dengan konsep pengetahuan yang kurang tepat. Kemampuan berargumentasi siswa yang rendah dapat disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berargumentasi, pelaksanaan pembelajaran yang kurang kontekstual, dan belum memfasilitasi siswa untuk berargumentasi. Hal ini didukung dengan temuan hasil observasi lapangan, yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di Surakarta dan salah satu SMA Negeri di Sukoharjo menunjukkan bahwa pembelajaran dilaksanakan secara konvensional dengan diskusi ceramah sederhana. Siswa masih cenderung pasif hanya beberapa siswa saja yang bertanya dan mengajukan argumentasinya. Sebagian siswa yang mengajukan argumentasi hanya mampu menyatakan klaim tanpa disertai alasan dan bukti. Pembelajaran dilaksanakan tidak secara kontekstual, padahal materi yang diajarkaan sangat mendukung untuk disampaikan secara kontekstual, sehingga proses pembelajaran belum mendukung dan memfasilitasi siswa untuk berargumentasi. Kemampuan berargumentasi membutuhkan pembiasaan dalam proses pembelajaran agar siswa dapat mencapai kompetensi keilmuan dan mampu menyelesaikan masalah yang ditemukan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang dapat memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam menyampaikan argumentasi ilmiah mereka dengan benar. Guru perlu membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berargumentasi melalui suatu pembelajaran yang mendukung siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Upaya untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran perlu dilakukan melalui pendekatan yang tepat. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas dan berpengalaman secara langsung mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang dipelajari. Pendekatan kontekstual dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang
4 4 dikembangkan oleh Piaget. Pandangan konstruktivisme menekankan bahwa belajar bukanlah sekedar menghapal, tetapi proses mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman, sehingga pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa (Sanjaya, 2014). Metode pembelajaran seperti diskusi dan investigasi (penyelidikan) juga akan mendukung peran serta siswa dalam mengembangkan kemampuan berargumentasi di dalam kelas. Menurut Acar (2008), kemampuan berargumentasi dikembangkan melalui kegiatan diskusi yang dilakukan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Melalui diskusi dan melakukan penyelidikan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah, berargumen dan menyusun kesimpulan untuk pemecahan masalah. Selain itu, diperlukan pula suatu teknik yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, salah satu teknik yang dapat dikembangkan adalah teknik dalam hal penilaian (assessment). Melalui pendekatan, metode dan teknik dapat dituangkan dalam sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran memegang peranan penting karena berkaitan dengan proses timbal balik antara guru dengan siswa serta komponen lain yang terlibat dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang mendukung peran aktif siswa dalam mengembangkan kemampuan berargumentasi adalah model Inquiry Learning. Inkuiri artinya proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan kegiatan belajar secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Scott, Tomasek dan Matthews (2010), model pembelajaran inkuiri terdiri dari 6 tahapan, observe and learn stuff (observasi), formulate inquiry question (merumuskan masalah), develop hypothesis (membuat hipotesis), design and conduct investigation (merancang dan melaksanakan percobaan), analyze data
5 5 (menganalisis data), dan argue (mengkomunikasikan). Melalui proses berinkuiri, siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, serta mampu mengembangkan kemampuan argumentasinya melalui penyelidikan ilmiah. Mc.Neill & Krajcik (2006) menyebutkan bahwa ketika siswa terlibat dalam praktek penyelidikan ilmiah, kemampuan mereka untuk membangun penjelasan atau argumen meningkat. Bricker & Bell (2008) menyatakan keterampilan berargumentasi sangat erat kaitannya dengan pembelajaran inkuiri (belajar bermakna melalui penemuan) yang merupakan ciri khas pembelajaran sains. Joyce, Weil, & Calhoun (2000) menyatakan bahwa inkuiri perlu didesain untuk membelajarkan proses penelitian yang dapat mempengaruhi cara siswa memproses informasi dan mengembangkan komitmen terhadap inkuiri ilmiah. Desain pembelajaran merupakan proses untuk menentukan kondisi belajar (Yaumi, 2013). Menurut Sanjaya (2013), desain pembelajaran adalah pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Tujuan dari sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Desain pembelajaran memperhatikan keterpaduan antara struktur materi, cara dan strategi yang sesuai dengan materi, tujuan atau kompetensi yang ingin dilatihkan kepada siswa, dan bentuk penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan diukur. Berkaitan dalam hal penilaian, sebagian besar guru hanya menilai hasil pekerjaan siswa, baik dalam bentuk produk, observasi performa, maupun sikap siswa. Tetapi hanya sedikit guru yang memberikan umpan balik terhadap pekerjaan siswa. Model pembelajaran yang diterapkan guru akan lebih bermakna jika diikuti dengan model penilaian yang memberikan umpan balik bagi siswa. Model penilaian yang memberikan umpan balik terhadap perkembangan siswa adalah Assessment for Learning (selanjutnya disingkat AfL). Menurut Basuki dan Hariyanto (2014) tujuan dari AfL adalah memberikan umpan balik dari guru maupun siswa terkait kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
6 6 Umpan balik (feedback) merupakan prinsip yang sangat krusial dalam AfL, oleh karena itu guru harus menyiapkan umpan balik yang efektif pada siswa supaya siswa mengetahui bagaimana memperbaiki belajarnya. DeLuca, Luu, Sun dan Klinger (2012) mengatakan bahwa AfL membantu untuk meningkatkan prestasi, mengembangkan metakognisi dan mendukung termotivasinya pembelajaran dan persepsi diri yang positif. Young (2005) menyebutkan bahwa AfL jika digunakan secara efektif dapat meningkatkan prestasi siswa. Riset-riset sebelumnya menunjukkan bahwa AfL dapat meningkatkan prestasi siswa, namun belum jelas bagaimana pengaruh pelatihan AfL yang rutin terhadap kemampuan berargumentasi siswa apabila dikombinasikan dengan desain pembelajaran khususnya pada materi Plantae. Plantae merupakan materi biologi yang mempelajari tentang tumbuhan, materi Plantae penting diajarkan kepada siswa karena mendasari konsep biologi lainnya terkait dengan tumbuhan. Plantae merupakan salah satu komponen biotik yang penting dalam ekosistem, karena mampu menyuplai oksigen terbesar di bumi yang bermanfaat bagi makhluk hidup untuk bernafas. Terkait dengan nama dan klasifikasinya, Plantae mempunyai banyak nama latin dan lokal yang membutuhkan kekuatan hapalan. Pembelajaran Plantae merupakan pembelajaran yang konkrit namun selama ini pelaksanaannya masih bersifat abstrak. Hal tersebut didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa guru mengajarkan materi Plantae secara abstrak dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi membahas materi Plantae kemudian dilanjutkan dengan presentasi. Pembelajaran dirasa kurang maksimal karena siswa hanya belajar teori secara abstrak tanpa ada objek yang diamati, padahal Plantae mudah ditemukan dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu materi Plantae perlu didesain khusus untuk dapat melatihkan pemahaman siswa salah satunya dalam hal berargumentasi. Desain pembelajaran Plantae hendaknya dimulai dengan merencanakan sub topik materi apa yang akan diberikan pada tahapan awal pembelajaran, dan bagaimana struktur materi selanjutnya disusun agar siswa dapat memahami dan
7 7 memiliki ketertarikan pada materi Plantae. Melalui desain pembelajaran Plantae berbasis model inkuiri diharapkan siswa dapat menemukan jawaban dan menyelidiki sendiri permasalahan yang muncul. Melalui kegiatan berinkuiri siswa akan bertanya-tanya mengenai permasalahan yang muncul, dengan bertanya maka akan mengasah kemampuan siswa dalam berargumentasi. Siswa akan dapat menemukan sendiri konsep esensial seperti mendeskripsikan karakteristik dunia tumbuhan, menyusun klasifikasi, menggambarkan siklus hidup dan juga memahami peranan tumbuhan dalam kehidupan. Konsep esensial ini dapat ditemukan sendiri oleh siswa karena materi Plantae erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mempelajari bagaimana pengaruh desain pembelajaran Plantae berbasis model inkuiri yang dipadu dengan pelatihan AfL terhadap kemampuan berargumentasi siswa. Oleh karena itu, peneliti mengajukan studi penelitian dengan judul Pengaruh Desain Pembelajaran Plantae Berbasis Inquiry Learning dipadu AfL terhadap Kemampuan Berargumentasi Siswa SMA B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran kurang kontekstual 2. Pembelajaran masih berorientasi pada guru, belum memberikan kesempatan pada siswa untuk berargumentasi, 3. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih kurang C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut :
8 8 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X SMA Negeri A Surakarta semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 304 siswa. 2. Objek Penelitian Objek penelitian dibatasi pada model pembelajaran inquiry learning dengan sintaks observe and learn stuff, formulate inquiry question, develop hypothesis, design and conduct investigation, analyze data, dan argue (Scott, 2010) dan kemampuan berargumentasi siswa meliputi aspek claim, evidence, dan reasoning (McNeill & Kracik, 2011). 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah desain pembelajaran Plantae berbasis Inquiry Learning dipadu AfL berpengaruh terhadap kemampuan berargumentasi siswa SMA? 2. Bagaimana pengaruh desain pembelajaran Plantae berbasis Inquiry Learning dipadu AfL terhadap kemampuan berargumentasi siswa SMA? 4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh desain pembelajaran Plantae berbasis Inquiry Learning dipadu AfL terhadap kemampuan berargumentasi siswa SMA 2. Mengetahui bagaimana pengaruh desain pembelajaran Plantae berbasis Inquiry Learning dipadu AfL terhadap kemampuan berargumentasi siswa SMA berikut: 5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
9 9 1. Bagi siswa a. Meningkatkan kemampuan berargumentasi b. Melatih kemampuan berargumentasinya melalui desain pembelajaran berbasis Inquiry Lerning yang dipadu dengan pemberian Assessment for Learning c. Pengalaman dalam proses belajar yang kondusif dan variatif dalam belajar. 2. Bagi Guru Biologi: a. Menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan guru, khususnya yang berkaitan dalam menyusun desain pembelajaran biologi berbasis Inquiry Learning dipadu dengan pemberian Assesment for Learning b. Memberikan alternatif pilihan pembelajaran inovatif melalui penerapan desain pembelajaran berbasis Inquiry Learning dengan Assessment for Learning 3. Bagi Sekolah: a. Inovasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi akademik maupun keterampilan-keterampilan yang dimiliki siswa. b. Masukan untuk pengembangan kurikulum mata pelajaran Biologi khususnya dengan desain pembelajaran Plantae berbasis Inquiry Learning dipadu AfL terhadap kemampuan berargumentasi siswa SMA 4. Bagi Peneliti Lain: Bahan kajian dan referensi penelitian sejenis dengan aspek yang lebih luas mengenai desain pembelajaran Plantae berbasis Inquiry Learning dipadu AfL terhadap kemampuan berargumentasi siswa SMA
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Guided Inquiry a. Pengertian Guided Inquiry Inquiry termasuk dalam bahasa Inggris yang secara harfiah memiliki arti penyelidikan. Inquiry berasal dari kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik untuk mendukung kinerja saat melaksanakan tugas. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir kreatif membantu peserta didik menciptakan ideide baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan dari sudut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri, sains, dan teknologi yang pesat di abad 21 membawa konsekuensi besar bagi kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan salah satu mata pelajaran dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang bukan hanya kegiatan penyampaian konsep atau informasi dari guru kepada siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut John Dewey, Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, semua infomasi dengan sangat mudah masuk ke dalam diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa harus berpikir secara
Lebih terperinciOleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses
Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah dengan terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan suatu negara. Maju tidaknya suatu negara tergantung dari kualitas pendidikan di dalamnya. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Penegasan Istilah.
Lebih terperinciMenurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :
A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk menyongsong abad XXI diperlukan generasi muda yang luwes, kreatif dan proaktif yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Kemampuan untuk beradaptasi
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (PTK Di SD Negeri 3 Mojopuro, Wuryantoro Kelas III Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan abad 21 saat ini ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi. Terutama pada pembangunan nasional yaitu bidang pendidikan. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan konstitusi serta sarana dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka misi pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan satuan pendidikan yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua guru pasti dihadapkan pada kondisi pembelajaran dengan jumlah siswa, gender, latar belakang etnis, agama, sosio-ekonomi, budaya, tingkah laku dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh manusia semakin kompleks seiring dengan perkembangan jaman. Permasalahan tersebut muncul karena adanya interaksi antara manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains pada hakikatnya berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan tentang kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Abad 21 ditandai dengan perubahan dan pergeseran dalam segala bidang yang berlangsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di era globalisasi saat ini merupakan suatu tantangan setiap bangsa untuk menciptakan generasi yang dapat memperkuat landasan segala sektor kehidupan. Setyawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.
1 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena dengan pendidikan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejauh ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran masih berfokus
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh seluruh komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan yaitu: (1) belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains terus menerus semakin berkembang. Perkembangan yang sangat pesat terutama terjadi dalam bidang telekomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi antara guru dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains adalah suatu wahana bagi siswa untuk mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas, serta akan berdampak langsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat tercipta kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Peran guru sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam
Lebih terperinciAction Research untuk Memperbaiki Kemampuan Argumentasi Siswa SMA Melalui Desain Pembelajaran Berbasis Inquiry Dipadu AfL
Action Research untuk Memperbaiki Kemampuan Argumentasi Siswa SMA Melalui Desain Pembelajaran Berbasis Inquiry Dipadu AfL Siti Khotijah a, Murni Ramli b,riezky Maya P c a) Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reti Tresnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan satu kesatuan dari proses, sikap dan hasil. Mengetahui cara pandang tentang sains akan berpengaruh pada proses pembelajaran sains. Pembelajaran dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat saat ini, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan dan memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi siswa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting artinya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu bangsa dikatakan cerdas apabila penduduk dalam suatu bangsa tersebut mampu memajukan negaranya dan ikut berpartisipasi aktif dalam dunia pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajah dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia di dunia ini karena pendidikan akan tetap berlangsung kapan dan di mana pun. Hal ini karena,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika merupakan salah satu mata pelajaran pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) yang sering dikategorikan siswa sebagai mata pelajaran yang sulit. Fisika seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya manusia yang cerdas serta terampil. Hal ini dapat terwujud melalui generasi
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
Lebih terperinciSiti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. menerapkan model pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran struktural tipe mind mapping dengan media flash cards
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa
Lebih terperinciNICO SATYA YUNANDA A54F100019
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lain. Kedua kegiatan tersebut merupakan proses pembelajaran. Dari proses
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kedua kegiatan tersebut merupakan proses pembelajaran. Dari proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Menurut Sanjaya (2010), salah satu masalah yang dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah mutu menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang paling esensial yang dapat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu pengembangan pembelajaran terus dikembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan pada pendidikan di sekolah. Didalam kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses belajar mengajar terdapat kesatuan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan yang baik akan diperoleh sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinci