BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan dari famili leguminoseae yang dibutuhkan tubuh. Kedelai memiliki kandungan gizi tinggi yang berperan untuk membentuk sel-sel tubuh dan menjaga kondisi sel-sel tersebut. Kedelai mengandung protein 75-80% dan lemak mencapai 16-20 serta beberapa asamasam kasein (Suhardi, 2002) Kedelai biasanya diolah menjadi berbagai produk makanan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, dan susu. Kebutuhan bahan baku industri pengolahan kedelai seperti tempe, tahu maupun kecap, sebagian besar masih dipenuhi dari impor. Target swasembada kedelai tahun 2014 mengalami kegagalan, impor kedelai semakin membesar. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, per Agustus 2014 volume impor bahan baku tempe dan tahu ini sudah mencapai 1,58 juta ton. Jumlah ini mengalami kenaikan 31,15% dibandingkan dengan periode sama tahun 2013 yang hanya 1,21 juta ton (Winarto, 2014). Selain dalam bentuk biji kedelai, impor bungkil kedelai juga masih tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri makanan ternak (Kasryno dkk, 1985). Untuk itu, produktivitas kedelai di dalam negeri perlu ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat maupun industri makanan ternak. Varietas kedelai berperan penting pada hasil produksi, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan salah satunya oleh potensi 1
genetiknya. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Bakhtiar dkk, 2014). Dewasa ini dikenal beberapa varietas unggul yang beredar di masyarakat dan berumur genjah, diantaranya varietas Dena 1 dan Gema. Varietas Dena 1 memiliki tipe tumbuh determinit dan tinggi tanaman sekitar 59 cm. Potensi hasil hingga 2,89 ton/ha. Bentuk biji varietas Dena 1 adalah lonjong dan ukuran biji tergolong besar (bobot 100 biji antara 11,07-16,06 g). Kandungan protein dan lemak berturut-turut adalah 36,67% dan 18,81% (basis kering). Umur masak varietas Dena 1 adalah 78 hari. Varietas Gema memiliki tipe tumbuh determinit dan tinggi tanaman sekitar 55 cm. Potensi hasil hingga 2,47 ton/ha. Ukuran biji tergolong besar (bobot 100 biji 11,90 g). Umur masak varietas Gema adalah 73 hari (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2012). Budidaya kedelai sering menghadapi beberapa kendala sehingga produktivitas tanaman rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia ialah serangan hama (Sumarno dan Harnoto, 1983). Hama penting pada kedelai antara lain adalah belalang. Kerugian tanaman kedelai akibat belalang dapat mencapai 80% dan serangan berat menyebabkan puso atau gagal panen (Marwoto dan Suharsono, 2008). Dalam mengendalikan belalang, umumnya petani menggunakan insektisida kimia sintetis karena lebih efektif, cepat diketahui hasilnya, dan penerapannya relatif mudah. Namun, penggunaan insektisida sintetis dapat menimbulkan efek samping yang merugikan, seperti 2
timbulnya resistensi pada hama sasaran, ledakan hama sekunder, dan terjadinya pencemaran lingkungan (Oka, 1995). Karena itu, perlu dikembangkan metode pengendalian belalang yang lebih efektif dan ramah lingkungan. Penggunaan insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama. Insektisida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh negatif bagi lingkungan (Kardinan, 2002). Umbi gadung atau dioscorea hispida Dennst. merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian yang tumbuh liar di hutan-hutan, pekarangan, maupun perkebunan. Maspary (2012) mengemukakan bahwa umbi gadung mengandung dioscorin salah satu alkaloid yang bersifat racun bagi serangga, ulat, cacing (nematoda) bahkan juga tikus. Kandungan kimia umbi gadung berpotensi menimbulkan gangguan metabolisme (anti makan dan keracunan), yaitu jenis racun dioscorin (racun penyebab kejang), diosgenin (antifertilitas) dan dioscin yang dapat menyebabkan gangguan syaraf. Kemampuan ekstrak umbi gadung dalam pengendalian larva nyamuk Aedes aegypti dengan konsentrasi 0,13% dapat membunuh 50% larva uji Aedes aegypti (Koswara, 2001). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2012) menyebutkan bahwa bubuk kering umbi gadung yang diekstrak dengan etanol, mempunyai nilai Lethal Dosis/ambang batas kematian (LD50) sebesar 580 ppm untuk tikus putih jantan, dan 540 ppm untuk tikus putih betina. Pengaruh umbi racun terhadap tikus dan babi yaitu menyebabkan muntah darah, sesak nafas, pusing dan kematian. 3
Mengingat pentingnya pengendalian hama belalang terhadap tanaman kedelai, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi ekstrak umbi gadung yang tepat terhadap hama belalang pada tanaman kedelai varietas Dena 1 dan Gema. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak umbi gadung (Dioscorea hispida dennst) terhadap intensitas serangan belalang, pertumbuhan dan hasil kedelai? 2. Bagaimana pengaruh varietas kedelai terhadap intensitas serangan hama belalang, pertumbuhan dan hasil kedelai? 3. Bagaimana pengaruh interaksi varietas tanaman kedelai dan konsentrasi ekstrak umbi gadung (Dioscorea hispida dennst) dan varietas kedelai terhadap intensitas serangan hama belalang (L. migratoria), pertumbuhan dan hasil kedelai? 1.3 Tujuan Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak umbi gadung (Dioscorea hispida dennst) terhadap intensitas serangan belalang pertumbuhan dan hasil kedelai 4
2. Mengetahui pengaruh varietas kedelai terhadap intensitas serangan hama belalang, pertumbuhan dan hasil kedelai 3. Mengetahui pengaruh interaksi varietas tanaman kedelai dan konsentrasi ekstrak umbi gadung (Dioscorea hispida dennst) dan varietas kedelai terhadap intensitas serangan hama belalang (L. migratoria), pertumbuhan dan hasil kedelai 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani tentang pemberian ekstrak umbi gadung sebagai biopestisida terhadap intensitas serangan belalang (L migratoria) serta pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. 5