BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah


BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

A. Latar Belakang tasalah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB II TINJAUANPUSTAKA. atau menyarap adalah kata kerja yang berarti makan sesuatu pada pagi hari.

HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN (KARBOHIDRAT, LEMAK, PROTEIN) DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KAB

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup dan kebiasan makan remaja mempengaruhui baik asupan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tenaga professional yang mandiri, beretos kerja tinggi dan produktif. Masalah

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah akan berpengaruh terhadap permasalahan gizi ketika dewasa. Salah satu persoalan yang dialami oleh remaja putri adalah masalah gizi. Salah satu sebab kenapa hal itu terjadi adalah karena mereka melakukan diet. Diet dilakukan karena umumnya remaja putri mendambakan memiliki tubuh yang ideal. Tetapi masih banyak di antara remaja putri yang memiliki persepsi yang kurang tepat berkaitan dengan persoalan tersebut. Untuk mewujudkan keinginannya tubuh yang sehat dan ideal, para remaja putri biasanya melakukan diet yang ketat. Hal itu tidak jarang menyebabkan tubuh justru kurang mendapatkan makanan dengan gizi seimbang bahkan berakibat pada penurunan status gizi (Sayogo, 2011). Pada umumnya remaja putri mempunyai pola dan kebiasaan makan yang homogen dimana asupan energi dan zat gizi kurang dari angka kecukupan gizi (AKG) yang sudah dianjurkan. Hal ini juga terlihat bahwa hampir separuh remaja putri mempunyai berat badan rendah dan tinggi badan yang kurus, serta sepertiga dari mereka kurus, yang menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan (Sayogo, 2011). Bagi remaja putri khususnya usia sekolah, makan pagi merupakan hal yang penting. Karena makan pagi bermanfaat dapat membantu mengikuti aktivitas belajar. Moehji mengungkapkan manusia membutuhkan makan pagi 1

karena dalam makan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak makan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009). Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000). Membiasakan makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan kebugaran jasmani dan konsentrasi pada saat belajar. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki resiko menderita gangguan kesehatan berupa kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain, lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan (Khomsan, 2004). Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas dalam satu hari. Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa, sehingga dapat menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tidak tersedia suplai energi. Tidak melakukan makan pagi akan menyebabkan penyakit Hipoglikemia dimana terjadi penurunan terhadap daya pikir dan tubuh menjadi lemas serta dapat menyebabkan kejang pada perut, pusing, bahkan pingsan pada anak usia sekolah (Jetvig, 2010). Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan 2

produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000). Makan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji, 2009). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, makan pagi sangat penting guna menjaga status gizi dan kesegaran jasmani. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagian akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi (Almatsier, 2009), Kekurangan gizi pada masa remaja akan berdampak pada aktifitas siswi di sekolah seperti lesu, mudah letih, lelah, terhambatnya pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa dan menurunnya belajar di sekolah (Elnovriza, 2008). Status gizi yang tidak baik bagi remaja putri usia sekolah merupakan hal buruk bila dilihat dari segi kesehatan. Apalagi remaja putri usia sekolah masih melakukan aktivitas belajar. Kebugaran jasmani yang baik merupakan modal dasar utama bagi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik, maka seseorang diharapkan akan mampu bekerja dengan produktif dan efisien, tidak mudah terserang penyakit, belajar menjadi lebih semangat, serta dapat berprestasi secara optimal (Kosasih, 1985). Keadaan status gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh pola konsumsi makan, kebanyakan dari mereka konsumsi zat gizinya rendah, hal 3

ini disebabkan oleh keterbatasan makanan atau membatasi sendiri makanannya karena faktor ingin langsing (Karyadi 1995, dalam Waluya 2007). Hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak makan pagi. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini kalau makan pagi memang penting. Namun mereka yang makan pagi secara teratur hanya 60% (Daniel, 1997 dalam Arisman, 2004). Penelitian tentang status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yang juga dilakukan oleh Fanny et al., (2010) di SMU PGRI Maros menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tergolong kurus mencapai 34,5% yang terdiri atas 9,7% berstatus gizi kurus tingkat berat, 24,8% kurus tingkat ringan. Sedangkan yang tergolong obesitas hanya 0,9%. Adapun hasil penelitian mengenai asupan zat gizi makro dan mikro yang dilakukan oleh Amsi (2011) di FKM Unhas menunjukkan bahwa 90,48% responden memiliki asupan protein yang cukup dan 9,52% yang kurang. Untuk asupan asam folat, vitamin B, dan vitamin C yang cukup sebanyak 86,58%, 96,97%, 0%, dan 61,47% sedangkan yang kurang sebanyak 13,42%,3,03%, 100%, dan 38,53%. Adapun asupan Fe dan Zn yang cukup sebanyak 87,45% dan 40,69% sedangkan yang kurang 12,55% dan 59,31%. Asupan makanan merupakan faktor dominan yang menentukan tingkat kesegaran jasmani seseorang. Selain itu dapat diperlukan juga adanya peningkatan energi untuk mempertahankan kebugaran seseorang. Malnutrisi juga dapat menyebabkan penurunan kesegaran jasmani dengan akibat, kelelahan, kelesuhan, mudah mengantuk, sehingga dapat diasumsikan bahwa status gizi yang baik dapat meningkatkan kesegaran jasmani seseorang (Soekirman, 2000). Penelitian yang dilakukan Saadah dkk. (2012), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan gizi makan 4

pagi dan makan siang dengan status gizi dan kesegaran jasmani pada anak sekolah negeri Semarang. Kebugaran jasmani sangat penting dibutuhkan bagi remaja, khususnya usia sekolah. Kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh status gizi dan kebiasaan melakukan makan pagi. Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metoda latihan yang benar (Harsuki, 2003). Depdiknas (2002) dalam Sidiq, dkk (2012) mendefinisikan kesegaran jasmani sebagai kemampuan tubuh untuk melakukan tugas atau pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani juga memiliki peranan penting dalam kegiatan sehari-hari siswi, karena kesegaran jasmani yang baik sangat diperlukan oleh siswi dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, makan pagi sangat penting guna menjaga status gizi dan kesegaran jasmani. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagian akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi (Almatsier, 2009), Kekurangan gizi pada masa remaja akan berdampak pada aktifitas siswi di sekolah seperti lesu, mudah letih, lelah, terhambatnya pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa dan menurunnya belajar di sekolah (Elnovriza, 2008). Berdasarkan survei pendahuluan bulan 10 tahun 2013 yang dilakukan di Pondok Madrasah Aliyah AL-Manshur Tegalgondo Klaten, didapatkan bahwa siswi hanya mendapatkan dua kali makan dari pondok, yaitu makan 5

siang dan makan malam. Siswi tidak mendapatkan makan pagi sebanyak 25 siswi (34,72%) dari pondok sehingga ada beberapa siswi yang makan pagi di luar pondok dan ada juga yang tidak makan pagi. Survei pendahuluan bulan 10 tahun 2013 dilakukan penilaian status gizi yang dilakukan pada 30 siswi diperoleh rata-rata status gizi kategori status gizi kurang sebanyak 10 siswi (33,33%) dan status gizi lebih sebanyak 3 siswi (10%) dan kesegaran jasmani siswi dengan kategori kurang sebanyak 5 sisiwi (12,33%). Hasil tersebut menunjukkan masih ada beberapa siswi yang belum mencapai status gizi normal dan kesegaran jasmani yang baik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan makan pagi dan status gizi dengan tingkat kesegaran jasmani pada siswi putri di Pondok Madrasah Aliyah Al- Manshur Tegalgondo, Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa, apakah ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dan status gizi dengan kesegaran jasmani pada di Pondok Madrasah Aliyah Al Manshur Tegalgondo, Klaten? C. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui ada hubungan antara kebiasaan makan pagi dan status gizi dengan tingkat kesegaran jasmani pada siswi di Pondok Madrasah Aliyah Al Manshur Tegalgondo, Klaten. 6

2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan kebiasaan makan pagi siswi. b. Mendeskripsikan status gizi siswi. c. Mendeskripsikan kesegaran jasmani siswi d. Menganalisis hubungan kebiasaan makan pagi dengan tingkat kesegaran jasmani pada siswi e. Menganalisis hubungan status gizi dengan tingkat kesegaran jasmani pada siswi. f. Menginternalisasi nilai-nilai keislaman dalam bidang gizi dan kesehatan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah Pondok Madrasah Aliyah AL-Manshur Tegalgondo, Klaten Memberikan informasi dan pengetahuan tentang hubungan makan pagi dan status gizi dengan tingkat kesegaran jasmani pada anak sekolah menengah atas, 2. Bagi Siswi Pondok Madrasah Aliyah Al-Manshur Tegalgondo, Klaten Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang adanya hubungan antara kebiasaan makan pagi dan status gizi terahadap tingkat kesegaran jasmani. 3. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini dapat memberikan acuan buat penelitian selanjutnya. 7